Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi: Labuan Bajo Destinasi Wisata Premium, Jangan Dicampur dengan Menengah ke Bawah

Kompas.com - 28/11/2019, 11:18 WIB
Rakhmat Nur Hakim,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Joko Widodo meminta Labuan Bajo menjadi destinasi wisata super premium.

Ia pun meminta pengelolaan wisata Labuan Bajo tidak bercampur dengan destinasi wisata untuk kalangan menengah ke bawah.

"Labuan Bajo ini super premium. Ini hati-hati. Saya sudah ingatkan hati-hati. Jangan sampai campur aduk super premium dengan yang menengah bawah," ujar Jokowi saat membuka Kompas 100 CEO Forum di Hotel Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta, Kamis (28/11/2019).

Bahkan, Jokowi meminta Menteri Pariwisata Wishnutama Kusubandio memberlakukan sistem kuota bagi wisatawan yang hendak berkunjung ke Labuan Bajo.

Baca juga: Gubernur NTT Sebut Wisatawan Miskin Tak Boleh ke Labuan Bajo, Ini Maksudnya

Ia mengharapkan destinasi wisata di Labuan Bajo disiapkan betul agar siap dipromosikan sehingga mampu menarik devisa dari banyaknya wisatawan yang berkunjung.

"Kalau perlu ada kuotanya. Berapa orang yang boleh masuk Labuan Bajo dalam satu tahun. Saya sudah memberikan arahan seperti itu kepada Menteri Pariwisata Pak Wishnutama," lanjut Presiden.

Sebelumnya Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat sempat menyebutkan bahwa Labuan Bajo dirancang untuk menjadi destinasi wisata kelas premium.

Baca juga: Bandara Labuan Bajo Akan Dikelola Singapura?

Artinya, wisatawan atau turis asing yang berkantong tebal saja yang disarankan mengunjungi Labuan Bajo. Sementara yang berkantong tipis tidak dianjurkan datang dan berkunjung ke NTT.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan NTT, Lydia Kurniawati Christyana, mengatakan, ungkapan Gubernur NTT itu sebetulnya untuk menarik wisatawan asing datang ke NTT, terutama yang berkantong tebal sehingga mampu menggerakkan ekonomi sekitar.

"Pak Gubernur memang statement-nya selalu menohok. Mungkin itu salah satu jawaban dia bahwa banyak lho potensi wisata di Labuan Bajo. Oleh karena itu, pemerintah sangat memikirkan bagaimana sarana prasarana diperbaiki terlebih dahulu," kata Lydia Kurniawati Christyana di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Jumat (15/11/2019).

Baca juga: Dapat Kucuran Rp 822 Miliar, Ini Pengembangan Wisata Labuan Bajo 2020

Terkait rancangan menjadi kelas premium, Kepala Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BPOLBF) Shana Fatina Sukarsono membenarkan hal itu.

Dia mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, setidaknya sejak 2017 pemerintah memang menggenjot pembangunan destinasi wisata tersebut.

Berbagai pembangunan sarana dan prasarana, seperti dermaga, bandara internasional, dan perbaikan jalan, hingga tahun 2019 pun mulai terlihat hasilnya.

"NTT memang disasar untuk market. Potensi wisatanya luar biasa sehingga memang yang bisa datang ke lokasi-lokasi tadi adalah market premium. Dan kita perlu lihat (pernyataan) Gubernur itu maksudnya untuk menambah wisatawan yang datang," ujar dia dalam kesempatan yang sama.

Kompas TV Pulau Padar adalah pulau ketiga terbesar di kawasan Taman Nasional Komodo setelah Pulau Komodo dan Pulau Rinca. Untuk bisa menikmati keindahan surga tersembunyi ini ada perjuangan yang tak ringan. Wisatawan harus mendaki 700 anak tangga. Kalau anda mau berkunjung ke sini datanglah sepagi mungkin. Setidaknya butuh 30 hingga 40 menit untuk sampai di puncak. Usaha yang dikeluarkan pun terbayar dengan keindahan di Puncak Bukit Pulau Padar. Lautan berwarna biru dan langit tanpa polusi sesuatu yang tak akan didapat di kota besar. Sayangnya bukit pulau padar terbilang kering karena sudah 8 bulan Labuan Bajo tak diguyur hujan. Lalu pindah ke Pulau Komodo menggunakan kapal cepat sekitar 20 menit. Sesuai dengan namanya tujuan saya kesini adalah melihat habitat hewan purba komodo. Untuk masuk ke habitat komodo ada beberapa jalur yang bisa ditempuh mulai dari jalur sangat pendek menengah hingga panjang. Pulau komodo ini merupakan bagian dari situs warisan dunia UNESCO karena komodo yang saat ini berjumlah 1700 hanya hidup di Indonesia. Sifatnya yang kanibal membuat komodo bisa makan anaknya sendiri. Itulah mengapa habitat ini sangat dijaga. Dari menikmati pemandangan di pulau langsung menuju beberapa pulau yang menyediakan keindahan lautnya. <em>Island</em> <em>hopping</em> atau berpindah-pindah pulau jadi menu wajib di Labuan Bajo. Wisatawan bisa memilih memakai kapal kayu atau kapal cepat. Perbedaannya ada di harga dan kecepatan kapal. Pantai pertama yang didatangi adalah <em>Pink Beach</em>. Warna merah muda berasal dari hewan mikroskopik Firaminifera yang hanya bisa dilihat menggunakan mikroskop. Setelah itu menuju Taka Makassar salah satu spot <em>snorkling</em> dan <em>diving</em> yang termahsyur di Labuan Bajo. Berenang di Taka Makassar cukup menantang karena arusnya cukup kencang dan tujuannya adalah menuju pulau timbul yang jadi ciri khas Taka Makassar. Wisata Labuan Bajo memang sedang viral karena keindahannya. Itupun diakui para wisatawan yang datang ke Labuan Bajo. #LabuanBajo #PulauPadar #WisataAkhirTahun
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Bingung Mau Siapkan Jawaban

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Bingung Mau Siapkan Jawaban

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

Nasional
Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Nasional
Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Nasional
Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Nasional
Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Nasional
Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Nasional
Airin Ingin Bentuk Koalisi Besar untuk Mengusungnya di Pilkada Banten

Airin Ingin Bentuk Koalisi Besar untuk Mengusungnya di Pilkada Banten

Nasional
Sebut Warga Ingin Anies Balik ke Jakarta, Nasdem: Kinerjanya Terasa

Sebut Warga Ingin Anies Balik ke Jakarta, Nasdem: Kinerjanya Terasa

Nasional
Caleg PSI Gugat Teman Satu Partai ke MK, Saldi Isra: Berdamai Saja Lah

Caleg PSI Gugat Teman Satu Partai ke MK, Saldi Isra: Berdamai Saja Lah

Nasional
Irigasi Rentang Targetkan Peningkatan Indeks Pertanaman hingga 280 Persen

Irigasi Rentang Targetkan Peningkatan Indeks Pertanaman hingga 280 Persen

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com