Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Mata Rantai Korupsi Politikus dan Pengusaha Menurut Emil Salim...

Kompas.com - 03/12/2019, 16:41 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom Emil Salim mengungkap mata rantai praktik koruptif antara pengusaha dan politikus menggunakan sumber daya alam.

Dalam diskusi bertajuk 'Menakar Komitmen Pemenuhan Hak atas Lingkungan Hidup dan HAM dalam Lima Tahun ke Depan' di Hotel Mercure, Jakarta Selatan, Selasa (3/12/2019), Emil menjelaskan bahwa praktik koruptif berawal dari ketiadaan dana partai politik.

"Pemerintah dipimpin dari (peserta) pemilu yang didominasi parpol. Yang jadi masalah, parpol di negara berkembang itu tidak punya uang. Siapa yang punya uang? Pengusaha," ujar Emil membuka diskusi.

"Lalu, bagaimana pengusaha cari uang? Dengan menggunakan sumber daya alam. Hutan, kekayaan bumi (tambang dan batu bara) serta laut," lanjut dia.

Baca juga: Sri Mulyani Jengkel Kasus Korupsi Tutupi Kinerja Positif Kemenkeu

Emil melanjutkan, dalam kondisi ini, politikus dan pengusaha membutuhkan satu sama lain.

Politikus melalui parpolnya membutuhkan dana untuk merebut kekuasaan. Sementara, pengusaha butuh politikus yang mengurus negara agar bisnis dan usahanya tetap berjalan lancar.

Pesta demokrasi, yakni pemilu atau pilkada , lanjut Emil, merupakan momentum 'perkawinan' antara kedua kelompok itu.

"Pengusaha perlu ini supaya diterima pemerintah. Bagaimana diterima pemerintah? Melalui politik. Siapa pemain politik? Parpol. Bagaimana bisa rangkul parpol? Saat ada pemilu," papar Emil.

Emil mengakui, biaya politik saat ini sangat tinggi. Ia menyebut, biaya yang dibutuhkan mencapai ratusan miliar agar partai politik mendukungnya.

"Jadi, (politikus) harus jual diri (ke pengusaha). Maka politisi jadi disandera oleh si pemilik uang," ujar Emil.

Baca juga: Emil Salim: UU KPK Hasil Revisi Bawa Kita Kembali ke Era Korupsi

Setelah keinginan politikus tercapai, lanjut Emil, pengusaha pun menagih apa-apa saja yang dia butuhkan agar bisnis dan usahanya tetap berjalan lancar. Bahkan berkembang dibandingkan yang sebelumnya.

Setelah itu, tak menutup kemungkinan pengusaha nekat meminta agar politikus yang sudah masuk ke dalam pemerintahan memberikan, misalnya konsesi lahan.

"Si pemilik uang yang berkata, aku perlu konsesi wilayah itu, aku perlu pertambangan itu, macan- macam. Maka lahirlah kolusi antara donatur pengusaha," ujar Emil.

"Anggota parpol yang terpilih tapi tidak punya uang itu bergabung dengan pemerintah ya sehingga lahirlah korupsi," lanjut dia. 

 

Kompas TV

Kesultanan Siak Sri Indrapura adalah salah satu kerajaan melayu islam, yang punya kekayaan budaya, termasuk dari sisi arsitektur, juga kulinernya. Di Pekanbaru, ada sebuah restoran yang menawarkan nuansa klasik khas Kesultanan Siak, sekaligus kuliner khas Melayu. Asam pedas patin dan air mata pengantin, menjadi menu yang acap kali dicari pelanggan.

Sultan Resto berdiri sejak tahun 2017 dengan mengadopsi dekorasi Kesultanan Siak yang memperkuat kesan Melayu di dalam restoran ini. Mulai dari pintu masuk, jendela, hingga pajangan-pajangan foto lama Daerah Riau yang menjadi sarana edukasi budaya dan sejarah melayu. Awal berdirinya Sultan Resto, dimulai dari kecintaan Pak Rahman selaku pemilik Sultan Resto terhadap makanan dan minuman serta budaya melayu riau.

#BeritaDaerah #CeritaNusantara

Jangan lewatkan live streaming Kompas TV 24 jam non stop di
https://www.kompas.tv/live. Supaya tidak ketinggalan berita-
berita terkini, terlengkap, serta laporan langsung dari
berbagai daerah di Indonesia, yuk subscribe channel youtube
Kompas TV. Aktifkan juga lonceng supaya kamu dapat notifikasi
kalau ada video baru.
Media social Kompas TV:
Facebook: https://www.facebook.com/KompasTV
Instagram: https://www.instagram.com/kompastv
Twitter: https://twitter.com/KompasTV
LINE: https://line.me/ti/p/%40KompasTV

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Nasional
Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Nasional
KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

Nasional
Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Nasional
Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Nasional
Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Nasional
Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Nasional
PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

Nasional
Tanggapi Ide 'Presidential Club' Prabowo, Ganjar: Bagus-bagus Saja

Tanggapi Ide "Presidential Club" Prabowo, Ganjar: Bagus-bagus Saja

Nasional
6 Pengedar Narkoba Bermodus Paket Suku Cadang Dibekuk, 20.272 Ekstasi Disita

6 Pengedar Narkoba Bermodus Paket Suku Cadang Dibekuk, 20.272 Ekstasi Disita

Nasional
Budiman Sudjatmiko: Bisa Saja Kementerian di Era Prabowo Tetap 34, tetapi Ditambah Badan

Budiman Sudjatmiko: Bisa Saja Kementerian di Era Prabowo Tetap 34, tetapi Ditambah Badan

Nasional
PAN Ungkap Alasan Belum Rekomendasikan Duet Khofifah dan Emil Dardak pada Pilkada Jatim

PAN Ungkap Alasan Belum Rekomendasikan Duet Khofifah dan Emil Dardak pada Pilkada Jatim

Nasional
Prabowo Hendak Tambah Kementerian, Ganjar: Kalau Buat Aturan Sendiri Itu Langgar UU

Prabowo Hendak Tambah Kementerian, Ganjar: Kalau Buat Aturan Sendiri Itu Langgar UU

Nasional
Tingkatkan Pengamanan Objek Vital Nasional, Pertamina Sepakati Kerja Sama dengan Polri

Tingkatkan Pengamanan Objek Vital Nasional, Pertamina Sepakati Kerja Sama dengan Polri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com