Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RI Jadi Penerima Transfer Teknologi Pembuatan Vaksin mRNA, Menlu: Bisa Penuhi Kebutuhan Kawasan

Kompas.com - 24/02/2022, 07:14 WIB
Mutia Fauzia,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia melalui PT Biofarma menjadi penerima transfer teknologi pembuatan vaksin mRNA dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pun mengatakan, dengan transfer teknologi tersebut, Indonesia tak hanya bisa memenuhi kebutuhan vaksin mRNA di dalam negeri saja, namun juga untuk kawasan.

"Kemampuan Indonesia untuk memanfaatkan teknologi mRNA bisa memenuhi kebutuhan di kawasan, terutama untuk vaksin yang berbasis mRNA serta pengembangan dan manufaktur obat terapi," kata dia di dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (23/2/2022).

Baca juga: WHO: Indonesia Ditunjuk sebagai Penerima Transfer Teknologi Pembuatan Vaksin mRNA

Retno mengatakan, kemampuan Biofarma tersebut didukung oleh kapasitas produksi perusahaan yang bisa mencapai 3,2 miliar dosis vaksin per tahun.

Selain itu, Biofarma juga telah memproduksi 14 tipe vaksin serta mengekspornya ke lebih dari 150 negara.

"Hari ini saya dengan bangga mengumumkan Indonesia dengan Biofarma, dipercaya sebagai penerima transfer teknologi vaksin mRNA," kata Retno.

Ia pun mengatakan, transfer teknologi merupakan solusi yang dibutuhkan oleh negara berkembang dan membuat mereka menjadi lebih mandiri.

Di sisi lain, melalui transfer teknologi tersebut, negara berkembang juga bisa memberikan kontribusi terhadap daya tahan kesehatan global.

Baca juga: Menlu Retno ke Pejabat Internasional: 2022 Tahun Pemulihan dari Covid-19

Selain itu, dengan transfer teknologi, diharapkan setiap negara di dunia bisa memiliki akses setara untuk mengatasi virus corona yang menyebabkan pandemi Covid-19.

"Transfer teknologi adalah solusi yang dibutuhkan oleh para negara berkembang, solusi yang memberdayakan, solusi yang memperkuat kemandirian, solusi yang memungkinan kami berkontribusi pada ketahanan kesehatan global," kata dia.

Indonesia menjadi penerima transfer teknologi vaksin mRNA bersama tiga negara lain, yakni Pakistan, Serbia dan Vietnam.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, penunjukan negara-negara tersebut sebagai penerima transfer teknologi pembuatan vaksin mRNA dengan tujuan negara-negara berkembang memiliki kemampuan untuk memproduksi vaksin sendiri.

Baca juga: 6 Negara Afrika Terpilih untuk Menerima Teknologi Pembuatan Vaksin mRNA

"Kami (WHO) percaya transfer hub ini menjanjikan, tidak hanya untuk peningkatan vaksin Covid-19, tetapi juga untuk penyakit lain termasuk malaria, TBC dan kanker," ujarnya.

Lebih lanjut, Tedros mengatakan, pihaknya melalui WHO academy serta dibantu Pemerintah Korea Selatan yang menawarkan fasilitas dalam pelatihan biomanufaktur dan memperluas operasinya untuk mengakomodasi pelatihan dari negara lain.

"Sementara itu, WHO academy akan mendukung upaya ini dengan membantu mengembangkan kurikulum yang komprehensif tentang bio manufaktur," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Komentar
semakin maju teknologi modern baik industri otomotif, pesawat, accu, kesehatan dll, tapi pertanian lebih dikembangkan. ini otomatis meningkatkan sdm, jadi tidak hanya mengharapkan jadi karyawan di perusahaan apalagi pns.


Terkini Lainnya
Budi Arie: Berbagai Propaganda Kita Hadapi dengan Hasil Nyata untuk Rakyat
Budi Arie: Berbagai Propaganda Kita Hadapi dengan Hasil Nyata untuk Rakyat
Nasional
Putusan MK Bukan Obat, Pakar: Revisi UU Pemilu Harus Segera Dibahas
Putusan MK Bukan Obat, Pakar: Revisi UU Pemilu Harus Segera Dibahas
Nasional
Bima Arya: Jangan Sampai Biaya Politik Mahal Jadi Alasan Kepala Daerah Dipilih DPRD
Bima Arya: Jangan Sampai Biaya Politik Mahal Jadi Alasan Kepala Daerah Dipilih DPRD
Nasional
Bus Persib Kecelakaan di Thailand, Kondisi Pemain Aman, Pengemudi Luka Ringan
Bus Persib Kecelakaan di Thailand, Kondisi Pemain Aman, Pengemudi Luka Ringan
Nasional
Bima Arya: Indonesia Anut Sistem Presidensial, tetapi UU Kepresidenan Belum Ada, Ajaib
Bima Arya: Indonesia Anut Sistem Presidensial, tetapi UU Kepresidenan Belum Ada, Ajaib
Nasional
Djarot PDI-P: Kalau Mau Fair Tangkaplah Harun Masiku, Jangan Hasto Dikorbankan
Djarot PDI-P: Kalau Mau Fair Tangkaplah Harun Masiku, Jangan Hasto Dikorbankan
Nasional
Wamendagri: Revisi UU Pemilu Jangan untuk Kepentingan Jangka Pendek dan Partisan
Wamendagri: Revisi UU Pemilu Jangan untuk Kepentingan Jangka Pendek dan Partisan
Nasional
PDI-P Tegaskan Hasto Masih Sekjen meski Sudah Divonis Terlibat Kasus Suap Harun Masiku
PDI-P Tegaskan Hasto Masih Sekjen meski Sudah Divonis Terlibat Kasus Suap Harun Masiku
Nasional
PDI-P: Jangan Sampai Ada Kader yang Nikmati Kemenangan, tetapi Lupa Perjuangan Berdarah-darah
PDI-P: Jangan Sampai Ada Kader yang Nikmati Kemenangan, tetapi Lupa Perjuangan Berdarah-darah
Nasional
Reuni UGM Tak Goyahkan Roy Suryo soal Ijazah Jokowi, Projo: Mereka Tak Pernah Terima Fakta
Reuni UGM Tak Goyahkan Roy Suryo soal Ijazah Jokowi, Projo: Mereka Tak Pernah Terima Fakta
Nasional
Pertamina Ajak Pelanggan Tukar Poin dengan Tiket Gratis Eco Run dan Energizing Music Festival 2025 di Aplikasi MyPertamina
Pertamina Ajak Pelanggan Tukar Poin dengan Tiket Gratis Eco Run dan Energizing Music Festival 2025 di Aplikasi MyPertamina
Nasional
PDI-P Bakal Gelar Bimtek dan Konsolidasi di Bali, Dilanjutkan Kongres?
PDI-P Bakal Gelar Bimtek dan Konsolidasi di Bali, Dilanjutkan Kongres?
Nasional
Nasib IKN di Bawah Pemerintahan Prabowo: Tak Ada Moratorium, Komitmen Tuntas 3 Tahun
Nasib IKN di Bawah Pemerintahan Prabowo: Tak Ada Moratorium, Komitmen Tuntas 3 Tahun
Nasional
PDI-P: Tanpa Kudatuli, Tak Ada Tukang Kayu jadi Presiden
PDI-P: Tanpa Kudatuli, Tak Ada Tukang Kayu jadi Presiden
Nasional
PDI-P Ingatkan Kader: Jangan Kaya dengan Merusak Alam dan Menindas Rakyat
PDI-P Ingatkan Kader: Jangan Kaya dengan Merusak Alam dan Menindas Rakyat
Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau