Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PDI-P: Puan Tidak Harus Mundur dari Ketua DPR jika Maju Capres

Kompas.com - 01/11/2022, 17:00 WIB
Adhyasta Dirgantara,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Bidang Pemenangan Pemilu DPP PDI-P Bambang Wuryanto atau Bambang Pacul mengatakan, Puan Maharani tak perlu mundur dari kursi Ketua DPR bila dicalonkan sebagai calon presiden maupun calon wakil presiden.

Menurut dia, hal serupa juga berlaku untuk pimpinan DPR atau anggota DPR lainnya yang dicalonkan partainya sebagai capres/cawapres.

"Nah ini penting. Jadi kalau Mbak Puan Maharani mencalonkan sebagai capres/cawapres perlu mundur enggak? Mboten (tidak). Pak Dasco mboten. Bambang Pacul? Sebagai anggota DPR tidak mundur," ujar Pacul saat ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (1/11/2022).

Baca juga: Puan Maharani Sebut 7 Fokus DPR Terkini, Awasi Gagal Ginjal Akut hingga Jejaring Judi Online

Pacul mengatakan, selama pimpinan atau anggota DPR yang maju capres atau cawapres tidak menggunakan fasilitas negara, maka tidak masalah.

Dia menegaskan sudah membaca aturan perihal aturan tersebut.

"Mundur enggak? Tidak mundur. Sudah saya baca UU-nya. Yang penting tidak menggunakan fasilitas negara. Ini menarik," tuturnya.

Untuk itu, Pacul menyebut Pasal 170 ayat (1) UU Pemilu sudah jelas mengatur hal tersebut.

Berikut isi Pasal 170 ayat (1) UU Pemilu:

"Pejabat negara yang dicalonkan oleh partai politik peserta pemilu atau gabungan partai politik sebagai calon presiden atau calon wakil presiden harus mengundurkan diri dari jabatannya, kecuali Presiden, Wakil Presiden, pimpinan dan anggota MPR, pimpinan dan anggota DPR, pimpinan dan anggota DPD, gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil bupati, wali kota, dan wakil wali kota."

Baca juga: Ganjar Cari Relawan yang Laporkan Puan ke KPK: Sudah Minta Maaf

Sebelumnya, Mahkamah Konstitusi (MK) membolehkan menteri yang ingin maju sebagai calon presiden (capres) atau calon wakil presiden (cawapres) tidak perlu mundur dari jabatannya.

"Saya mengabulkan sebagian permohonan pemohon, sehingga norma Pasal 170 ayat (1) UU 7/2017 bertentangan dengan UUD NRI Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum tetap mengikat secara bersyarat sepanjang tidak dimaknai pejabat negara yang dicalonkan oleh partai politik peserta pemilu atau gabungan partai politik sebagai calon presiden atau calon wakil presiden harus mengundurkan diri dari jabatannya," demikian jawaban Ketua MK Anwar Usman seperti dikutip dari laman resmi MK, Senin (31/10/2022).

Baca juga: Bantah Beri Dukungan Khusus pada Anies, Jusuf Kalla: Saya Bersahabat Juga dengan Prabowo dan Puan

"Kecuali Presiden, Wakil Presiden, pimpinan dan anggota MPR, pimpinan dan anggota DPR, pimpinan dan anggota DPD, gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil bupati, wali kota, wakil wali kota, termasuk menteri dan pejabat setingkat menteri, sepanjang menteri dan pejabat setingkat menteri mendapatkan persetujuan Presiden dan cuti/non-aktif sebagai menteri dan pejabat setingkat menteri terhitung sejak ditetapkan sebagai calon sampai selesainya tahapan pemilu presiden dan wakil presiden," sambungnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Komentar
puan nyapres... wkwkwkwkkw


Terkini Lainnya
MK Kabulkan Gugatan soal Larangan Lembaga Pemantau Pemilihan Lakukan Kegiatan Lain
MK Kabulkan Gugatan soal Larangan Lembaga Pemantau Pemilihan Lakukan Kegiatan Lain
Nasional
Komisi III DPR Mulai Bahas RUU KUHAP Pekan Depan
Komisi III DPR Mulai Bahas RUU KUHAP Pekan Depan
Nasional
Dituntut 7 Tahun Penjara, Hasto Minta Kader dan Simpatisan PDI-P Tetap Tenang
Dituntut 7 Tahun Penjara, Hasto Minta Kader dan Simpatisan PDI-P Tetap Tenang
Nasional
Anggota DPR: Wakapolri yang Baru Harus Mampu Terjemahkan Keinginan Prabowo
Anggota DPR: Wakapolri yang Baru Harus Mampu Terjemahkan Keinginan Prabowo
Nasional
Putusan MK soal Pemilu Disebut Inkonstitusional, PDI-P: Kami Masih Mengkaji
Putusan MK soal Pemilu Disebut Inkonstitusional, PDI-P: Kami Masih Mengkaji
Nasional
Jaksa KPK di Sidang Tuntutan Hasto: Ini Bukan Sarana Balas Dendam
Jaksa KPK di Sidang Tuntutan Hasto: Ini Bukan Sarana Balas Dendam
Nasional
Anggota DPR Ingatkan Kejagung, Sadap Terduga Pelaku Sebelum Penyidikan Itu Pelanggaran
Anggota DPR Ingatkan Kejagung, Sadap Terduga Pelaku Sebelum Penyidikan Itu Pelanggaran
Nasional
Dituntut 7 Tahun Bui, Hasto Sudah Prediksi Risiko Lawan Penguasa
Dituntut 7 Tahun Bui, Hasto Sudah Prediksi Risiko Lawan Penguasa
Nasional
Siapa Calon Dubes RI di AS? Puan: Nama yang Diusulkan Pilihan Terbaik
Siapa Calon Dubes RI di AS? Puan: Nama yang Diusulkan Pilihan Terbaik
Nasional
Tembus Pasar Jepang, 10 UMKM Binaan Pertamina Tampil di World Expo Osaka 2025
Tembus Pasar Jepang, 10 UMKM Binaan Pertamina Tampil di World Expo Osaka 2025
Nasional
Simpatisan Caci Maki Jaksa Usai Hasto Dituntut 7 Tahun Penjara
Simpatisan Caci Maki Jaksa Usai Hasto Dituntut 7 Tahun Penjara
Nasional
Menag Dampingi dan Doakan Prabowo Saat Umrah
Menag Dampingi dan Doakan Prabowo Saat Umrah
Nasional
Anggota DPR soal Kasus Proyek Fiktif di Telkom: Perampokan Terang-terangan
Anggota DPR soal Kasus Proyek Fiktif di Telkom: Perampokan Terang-terangan
Nasional
Hasto Tertawa Saat Coba Angkat Surat Tuntutan 1.300 Halaman Jaksa KPK
Hasto Tertawa Saat Coba Angkat Surat Tuntutan 1.300 Halaman Jaksa KPK
Nasional
Kekuatan Baru TNI AL: KRI Brawijaya-320 Mampu Hadapi Serangan Udara
Kekuatan Baru TNI AL: KRI Brawijaya-320 Mampu Hadapi Serangan Udara
Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau