Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepekan Pertama Coklit Pemilih 2024, Petugas di Sejumlah Daerah Masih Terkendala Logistik

Kompas.com - 21/02/2023, 12:43 WIB
Vitorio Mantalean,
Bagus Santosa

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Panitia pemutakhiran daftar pemilih (pantarlih) yang melakukan proses pencocokan dan penelitian (coklit) di sejumlah daerah disebut masih terkendala logistik selama pekan pertama coklit.

Adapun proses coklit dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 12 Februari hingga 14 Maret 2023.

Pantarlih mendatangi warga dari rumah ke rumah untuk memverifikasi data DP4 (Daftar Penduduk Potensial Pemilih) yang sudah disinkronkan KPU.

"Banyak pantarlih yang belum melakukan coklit karena dokumen fisik formulir model A belum diberikan oleh KPU kabupaten/kota. Asas kepastian hukum terkait setiap tahapan dijalankan sesuai jadwal tahapan terabaikan," ujar Direktur DEEP Indonesia, Neni Nur Hayati, kepada Kompas.com, Selasa (21/2/2023).

Baca juga: Minta Warga Tak Tolak Petugas Pantarlih, Bupati Sumenep: Jangan Takut Coklit, Itu Tahapan Pemilu

Ia mengeklaim bahwa temuan itu berdasarkan pemantauan yang dilakukan jajarannya di Jakarta, Gorontalo, Lampung, Sumatera Barat, dan Jawa Barat hingga 18 Februari 2023.

Lembaganya saat ini sudah terdaftar sebagai pemantau pemilu terakreditasi tingkat nasional di Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI.

"Faktor utamanya keterlambatan pengadaan hardcopy model A sebagai bahan pantarlih bekerja oleh KPU kabupaten/kota. Rompi dan topi tepat waktu, hardcopy model A yang substansial dan stiker coklit kok terlambat," imbuhnya.

Ia menyebutkan bahwa problem ini merupakan masalah berulang yang menghambat kerja pantarlih.

"Sebab, formulir model A dan stiker adalah instrumen yang wajib dipegang oleh pantarlih sebagai bukti bahwa mereka telah melakukan coklit," ungkap Neni.

Baca juga: KPU Antisipasi Orang Meninggal Dunia Tercatat sebagai Pemilih saat Coklit

Sebelumnya, masalah sejenis juga dikemukakan Bawaslu RI.

Koordinator Divisi Pencegahan, Partisipasi Masyarakat, dan Humas Bawaslu RI, Lolly Suhenty, mengaku jajarannya telah menemukan masalah ini sejak 14 Februari 2023 atau hari ketiga pelaksanaan coklit, berdasarkan data daru 10 persen wilayah yang diawasi.

"Terdapat pantarlih yang tidak bisa melaksanakan tugasnya karena memang logistiknya terlambat. Itu kami lihat di beberapa tempat," kata Lolly kepada wartawan pekan lalu.

Baca juga: Hanung Bramantyo Pertanyakan Film Merah Putih: One For All Bisa Dapat Jadwal Tayang Agustus

Di samping masalah logistik, Neni maupun Lolly juga menyinggung masalah aplikasi e-Coklit yang disebut kerap mengalami gangguan sistem dan jaringan, serta minimnya pengetahuan pantarlih soal mekanisme coklit yang sesuai prosedur.

Sementara itu, Koordinator Divisi Data dan Informasi KPU RI Betty Epsilon Idroos memastikan bahwa proses coklit terus berlangsung sesuai jadwal. Ia menyebut bahwa isu logistik merupakan ranah KPU daerah.

"Sejauh ini semuanya sudah bisa diatasi dan pantarlih sudah bekerja. Pelosok saja sudah bekerja, kok," kata Betty kepada Kompas.com, Selasa.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE
Baca tentang


Terkini Lainnya
Prabowo Anugerahkan Bintang Republik Indonesia Adipurna untuk Presiden Peru
Prabowo Anugerahkan Bintang Republik Indonesia Adipurna untuk Presiden Peru
Nasional
Rekening Yayasannya Diblokir PPATK, Ketua MUI: Kebijakan yang Tak Bijak!
Rekening Yayasannya Diblokir PPATK, Ketua MUI: Kebijakan yang Tak Bijak!
Nasional
100 Siswa Sekolah Rakyat Bakal Bernyanyi di Istana saat HUT ke-80 RI
100 Siswa Sekolah Rakyat Bakal Bernyanyi di Istana saat HUT ke-80 RI
Nasional
Wamen P2MI Anggap Wajar Siswa Sekolah Rakyat 'Homesick', Seperti Orang Merantau
Wamen P2MI Anggap Wajar Siswa Sekolah Rakyat "Homesick", Seperti Orang Merantau
Nasional
Wamen P2MI soal Anak Pekerja Migran: Sebagian Hanya Makan Sekali Sehari
Wamen P2MI soal Anak Pekerja Migran: Sebagian Hanya Makan Sekali Sehari
Nasional
Didatangi Tom Lembong, KY Janji Tindak Lanjuti Laporan soal Hakim
Didatangi Tom Lembong, KY Janji Tindak Lanjuti Laporan soal Hakim
Nasional
Kasus Ronald Tannur, Eks Ketua PN Surabaya Divonis Pada 22 Agustus
Kasus Ronald Tannur, Eks Ketua PN Surabaya Divonis Pada 22 Agustus
Nasional
3 Panglima Pasukan Elite TNI Dilantik, Komisi I Ungkap Tantangan ke Depan
3 Panglima Pasukan Elite TNI Dilantik, Komisi I Ungkap Tantangan ke Depan
Nasional
Eks Ketua PN Surabaya Minta Dibebaskan dari Tuntutan Kasus Vonis Ronald Tannur
Eks Ketua PN Surabaya Minta Dibebaskan dari Tuntutan Kasus Vonis Ronald Tannur
Nasional
Gempa Magnitudo 6,1 di Turki, Kemenlu Pastikan Belum Ada WNI yang Jadi Korban
Gempa Magnitudo 6,1 di Turki, Kemenlu Pastikan Belum Ada WNI yang Jadi Korban
Nasional
Rekening Ketua MUI Diblokir PPATK, Berisi Uang Yayasan Rp 300 Juta
Rekening Ketua MUI Diblokir PPATK, Berisi Uang Yayasan Rp 300 Juta
Nasional
27.932 Pegawai BUMN Terima Bansos, Anggota DPR: Memang Berhak atau Kesalahan Data?
27.932 Pegawai BUMN Terima Bansos, Anggota DPR: Memang Berhak atau Kesalahan Data?
Nasional
Presiden Peru Ingin Blueberry dan Delima Cepat Masuk Pasar Indonesia
Presiden Peru Ingin Blueberry dan Delima Cepat Masuk Pasar Indonesia
Nasional
Pendiri Sriwijaya Air Tetap Dihukum 14 Tahun Penjara dan Bayar Rp 1,05 Triliun pada Kasus Timah
Pendiri Sriwijaya Air Tetap Dihukum 14 Tahun Penjara dan Bayar Rp 1,05 Triliun pada Kasus Timah
Nasional
Ada 6 Kodam Baru hingga 100 Batalion, Posisi Wakil Panglima TNI Dinilai Relevan
Ada 6 Kodam Baru hingga 100 Batalion, Posisi Wakil Panglima TNI Dinilai Relevan
Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau