Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Husen Mony
Dosen

Mengajar Komunikasi Politik & Jurnalistik/Penulis

Tontonan Politik Anak-anak Penggede: Penuh Drama dan Intrik

Kompas.com - 25/09/2023, 06:39 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BAK sinetron, kisah-kisah anak penggede dalam politik kita selalu menjadi tontonan yang menarik. Diskursus politik nasional belakangan ini menempatkan mereka dalam salah satu bahasan.

Penggede yang saya maksud adalah anak-anak presiden atau anak-anak bakal calon presiden (bacapres).

Berbagai episode sudah sinetron tentang mereka hadir melalui tontonan yang kadang lucu, sedih, penuh intrik, dan tentu saja ada unsur dramatisnya.

Beberapa waktu lalu, publik baru disuguhi tontonan dramatis terkait anak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yakni Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

AHY terpaksa harus menelan pil pahit karena di-ghosting oleh Surya Paloh dan Anies Baswedan.

Berbulan-bulan lamanya, AHY berdinamika dengan kelompok yang menamakan diri Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) agar bisa menjadi pendamping Anies, sebagai bakal calon wakil presidennya.

Apa mau dikata, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) berhasil “menikung” dan membubarkan kisah pedekate-an tersebut hingga terbentuklah pasangan Anies-Cak Imin.

Episode itu, konon kabarnya tidak luput dari arahan sutradara sekaligus penulis skenarionya bernama Surya Paloh.

Lantas apa yang terjadi dengan AHY? Ketua umum Partai Demokrat tersebut marah karena merasa dikhianati.

Meski begitu, sebagaimana pernyataan AHY ke publik pada sesi konferensi pers, dia dan gerbong partainya akhirnya memilih “move on”.

Kini, AHY dan partai berlogo mercy itu memilih bergabung di Koalisi Indonesia Maju (KIM), bersama Prabowo Subianto sebagai bacapres-nya.

Dalam sambutan “perpisahannya” dengan KPP, AHY berujar “Saya mengajak seluruh kader Partai Demokrat agar tetap tenang dan berpikir jernih. Kita tidak akan patah oleh ganjaran politik sekeras apa pun. Meskipun kita juga tidak akan berkompromi pada konspirasi politik securang apa pun”.

Inilah plot dramatis dalam episode yang saya beri judul “berpisah dibatas penantian”.

Sinetron tentang KPP ini sebenarnya tidak hanya menampilkan AHY, selaku anak penggede yang di-ghosting Anies dan Partai Nasdem.

Ada juga Zannuba Arifah Chafsoh atau kerap disapa Yenny Wahid, anak dari almarhum KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur).

Ramai mengemuka di publik bahwa kubu Anies sempat menginginkan Yenny sebagai calon presidennya.

Munculnya nama Yenny karena KPP menginginkan ada representasi NU dan Jawa Timur, dari seorang pendamping Anies.

Ini tentunya menjadi pilihan strategis bagi KPP untuk menutup kekurangan dukungan Anies dari kelompok dan daerah yang dimaksud.

Ketua DPP Bappilu Partai Nasdem, Effendi Choiri atau Gus Choi, adalah salah satu tokoh yang ngotot memasangkan Anies dengan Yenny.

Hal ini karena keinginannya pasangan yang mereka dukung bisa memperoleh dukungan dari kaum Nahdiyin.

Dukungan yang sama juga datang dari Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mardani Ali Sera.

Menurut dia, usulan menduetkan Anies-Yenny sangat rasional, karena sebagai tokoh NU, putri Gus Dur itu bisa membantu menambah dukungan elektoral dan sekaligus menjadi efek ekor jas bagi partai pendukung di pemilu legislatif 2024.

Lantas, apakah Anies juga menginginkan Yenny? Memang, tidak ada pernyataan secara terbuka dari Anies tentang hal itu, kecuali bahwa Yenny dan empat kandidat lainnya (AHY, Mahfud, Cak Imin, Khofifah) disebutkan olehnya bahwa mereka masuk dalam pertimbangan.

Halaman:
Komentar
mbrebes beres rebes
Baca tentang


Terkini Lainnya
Suryadharma Ali Akan Dimakamkan di Pondok Pesantren, Menag: Agar Selalu Didoakan
Suryadharma Ali Akan Dimakamkan di Pondok Pesantren, Menag: Agar Selalu Didoakan
Nasional
KPK Periksa Eks Direktur Gas PT Pertamina Terkait Kasus LNG
KPK Periksa Eks Direktur Gas PT Pertamina Terkait Kasus LNG
Nasional
Rahayu Saraswati Singgung Maraknya Prostitusi di IKN, Sudah Lapor Kabareskrim
Rahayu Saraswati Singgung Maraknya Prostitusi di IKN, Sudah Lapor Kabareskrim
Nasional
Bukan di TMP Kalibata, Jenazah Suryadharma Ali Dimakamkan di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Bekasi
Bukan di TMP Kalibata, Jenazah Suryadharma Ali Dimakamkan di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Bekasi
Nasional
KPK Periksa Pegawai BPK Jadi Saksi Terkait Kasus Bank BJB
KPK Periksa Pegawai BPK Jadi Saksi Terkait Kasus Bank BJB
Nasional
Wapres Gibran Minta Dana BSU 2025 Tak Digunakan untuk Judi 'Online'
Wapres Gibran Minta Dana BSU 2025 Tak Digunakan untuk Judi "Online"
Nasional
Melayat Suryadharma Ali, Menag: Beliau Memang Kurang Sehat Selama Ini
Melayat Suryadharma Ali, Menag: Beliau Memang Kurang Sehat Selama Ini
Nasional
Perusakan Rumah Doa di Padang, Menag: Sudah Selesai, Itu Kriminal Murni
Perusakan Rumah Doa di Padang, Menag: Sudah Selesai, Itu Kriminal Murni
Nasional
Suryadharma Tutup Usia, Hatta Rajasa: Kami Kehilangan Seorang Sahabat
Suryadharma Tutup Usia, Hatta Rajasa: Kami Kehilangan Seorang Sahabat
Nasional
Keponakan Prabowo Minta Direktorat PPA PPO Polri Diperlakukan Sama Seperti Unit Lain
Keponakan Prabowo Minta Direktorat PPA PPO Polri Diperlakukan Sama Seperti Unit Lain
Nasional
Implementasi PP Tunas, Menkomdigi: Kami Beri Waktu Platform Perbaiki Fitur agar Ramah Anak
Implementasi PP Tunas, Menkomdigi: Kami Beri Waktu Platform Perbaiki Fitur agar Ramah Anak
Nasional
Jimly Asshiddiqie Ungkap Prabowo Marah kepada MK Akibat Putusannya
Jimly Asshiddiqie Ungkap Prabowo Marah kepada MK Akibat Putusannya
Nasional
KPK Panggil 2 ASN Imigrasi dan Dosen Terkait Kasus Pemerasan Izin TKA di Kemenaker
KPK Panggil 2 ASN Imigrasi dan Dosen Terkait Kasus Pemerasan Izin TKA di Kemenaker
Nasional
Pernyataan Puan soal 'Merdeka' Tunjukkan PDI-P Partai Modern, Pengamat: Bukan Sindir Megawati
Pernyataan Puan soal "Merdeka" Tunjukkan PDI-P Partai Modern, Pengamat: Bukan Sindir Megawati
Nasional
Tutup Bimtek PDI-P, Puan Minta Kader Siap Hadapi Dinamika Revisi UU Pemilu
Tutup Bimtek PDI-P, Puan Minta Kader Siap Hadapi Dinamika Revisi UU Pemilu
Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau