Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Evaluasi Rekayasa Lalu Lintas Mudik Lebaran, 6 Hal Ini Jadi Sorotan

Kompas.com - 18/05/2022, 08:31 WIB
Stanly Ravel

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Meski pelaksanaan mudik Lebaran 2022 berjalan cukup baik, namun berdasarkan catatan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub), ada enam poin yang menjadi bahan evaluasi.

Adapun evaluasi pada sektor darat difokuskan pada penerapan rekayasa lalu lintas yang dilakukan selama arus mudik dan balik pada ruas Jalan Tol Trans-Jawa.

Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi mengatakan, secara umum apa yang dilakukan kepolisian sudah cukup baik dan sesuai rencana, namun ada beberapa evaluasi yang harus dilakukan untuk ke depannya.

Baca juga: Belajar dari Kecelakaan Maut Bus Pariwisata di Tol Sumo

"Sudah sesuai rencana karena kesiapan dalam melakukan one way ini sudah cukup panjang. Untuk evaluasinya ini ada beberapa hal, pertama terkait perlunya dilakukan antisipasi pergerakan komuter," ujar Budi, dalam konferensi pers secara virutal, Selasa (17/5/2022).

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id
Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!

Terkait komuter yang dimaksud untuk mengantisipasi banyaknya jumlah penduduk pada kota satelit yang menghasilkan pergerakan yang banyak.

Apalagi penerapan one way dan ganjil genap melewati kawasan aglomerasi, seperti Bandung Raya dan juga Kabupaten Karawang yang memiliki banyak pergerakan dan membutuhkan akses tol.

"Saat pemberlakukan one way, kepolisian sebenarnya juga sudah melakukan beberapa variasi lokasi penetapan, seperti dari Km 47 dan Km 70 Jalan Tol Jakarta-Cikampek, bahkan mulai dari Halim. Tapi pada pelaksanaan lebih banyak dari Km 70 agar pergerakan ke Bekasi tak terganggu," ucap Budi.

Evaluasi kedua menyangkut permasalahan pada jalan nasional. Menurut Budi, imbas penerapan one way dan ganjil genap di jalan tol, mengakibatkan kendaraan yang tidak sesuai dengan aturan beralih ke jalan arteri atau nasional.

Baca juga: Toyota Innova Hybrid Dikabarkan Siap Meluncur

Kondisinya makin padat, karena di satu sisi kendaraan yang menuju ke Jakarta dialihkan via jalan nasional. Bila hal ini tidak diantisipasi dengan baik, akan terjadi permasalahan seperti kepadatan lalu lintas.

Selanjutnya soal kendaraan yang berhenti atau beristirahat di bahu jalan. Budi mengatakan, hal ini juga menjadi bahan evaluasi ke depannya karena menghambat laju di jalan tol dan membuat kepadatan.

"Ini juga harus diantisipasi, karena pelaksanaan kemarin itu banyak masyarakat yang membuat rest area sendiri, dengan gelar tikar dan beristirahat di bahu jalan sehingga menimbulkan kepadatan," katanya.

Keempat terait bottleneck pertemuan di Tol Layang MBZ dengan jalur utama Jakarta-Cikampek. Kondisi tersebut tak bisa dipungkiri yang berimbas pada kepadatan lalu lintas.

Untuk hal ini, Budi menyampaikan perlunya skema pemberlakuan buka tutup khususnya untuk akses tol layang, guna menekan potensi kemacetan.

Evaluasi selanjutnya soal kecepatan kendaraan saat one way dilakukan yang mana membuat pemudik kerap memacu kendaraan lebih cepat imbas meningkatnya kapasitas jalan. Hal tersebut berisiko terjadi kecelakaan.

Baca juga: Bocoran Suzuki Ertiga Hybrid di Indonesia, Meluncur Bulan Depan

"Terakhir soal diperlukannya simulasi guna mengatasi kemacetan yang terjadi di jalan arteri atau non-tol akibat penerapan one way. Tentunya ini jadi pembelajaran kita untuk memperhatikan traffic yang ada di jalur komuter di sekitar Bekasi," ujar Budi

"Hal ini memang menjadi persoalan dan perlu adanya masukkan, karena di jalan nasional, terutama di Karawang itu cukup berat bebannya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

 
Pilihan Untukmu
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

News

Remaja Joki Strava Raup Rp 300.000 Sekali Lari, Uangnya Buat Jajan dan Ditabung
api-2 . MOST-POPULAR
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Tren

Ciri Orang Cerdas Menurut Psikolog, Einstein, dan Socrates
api-2 . MOST-POPULAR
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Money

Ironi Ayah dan Anak di Pusaran Kasus Korupsi Minyak Mentah Pertamina
api-2 . MOST-POPULAR
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

News

60 Keluarga Kuasai Hampir 50 Persen Lahan Bersertifikat di RI
api-2 . MOST-POPULAR
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Regional

Buntut Pemukulan Anggota TNI, Terminal Arjosari di Kota Malang Usir 25 Jupang dan Mandor Liar
api-2 . MOST-POPULAR
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Tren

6 Dokumen Kependudukan yang Tidak Perlu Lagi Surat Pengantar RT/RW
api-2 . MOST-POPULAR
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Edukasi

Undip Buka Jalur Mandiri 2025, Sekian Uang Pangkal dan UKT Per Semester
api-2 . MOST-POPULAR
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Regional

Cerita Avan, Anak Penjual Es di Ponorogo yang Rumahnya Penuh Piala, Mengaku Tak Pernah Dapat Beasiswa Pemda
api-2 . MOST-POPULAR
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Prov

Kisah Pilu Evakuasi Jenazah ASN BKKBN di Donggala, Dibungkus Kain dan Dibawa dengan Sepeda Motor
api-2 . MOST-POPULAR
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

News

10.000 Data Konsumen Ninja Xpress Dicuri, Ratusan Konsumen Terima Paket Berisi Sampah
api-2 . MOST-POPULAR
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

News

Istri Diplomat Kemlu Telepon Penjaga Kos 3 Kali Sebelum Suaminya Ditemukan Tewas
api-2 . MOST-POPULAR
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Global

Beijing Salahkan Jepang soal Insiden Jet Tempur di Laut China Timur
api-2 . LATEST


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau