Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Penemuan Pembangkit Listrik Tenaga Surya, Mulai dari Selenium hingga Silikon

Kompas.com - Diperbarui 08/11/2022, 21:13 WIB
Masya Famely Ruhulessin,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan cahaya matahari agar menghasilkan energi listrik.

Matahari merupakan sumber energi yang ketersediaannya melimpah dan tidak terbatas sehiggga lebih unggul dibanding bahan bakar fosil, yang sebelumnya menjadi bahan bakar utama dalam produksi listrik.

Pemanfaatan energi surya bukanlah hal yang baru bagi manusia. Sejak abad ke-7 sebelum masehi, orang-orang telah memanfaatkannya. Bahkan matahari menjadi objek yang dihormati dan dipuja.

Baca juga: Gunakan Energi Surya, Gereja Katedral Jakarta Hemat Biaya Listrik 30 Persen

Pada abad ke-3 SM, orang Yunani dan Romawi telah memantulkan sinar matahari dari cermin untuk menyalakan obor suci dalam berbagai upacara keagamaan.

Teknologi PLTS Ditemukan

Pada tahun 1839, fisikawan asal Perancis Edmond Becquerel menemukan efek fotovoltaik saat melakukan eksperimen dengan sel yang terbuat dari elektroda logam dalam larutan konduktor.

Dalam eksperimen tersebut, Edmond menemukan sebuah sel yang menghasilkan lebih banyak listrik ketika terkena cahaya.

Kemudian pada tahun 1873, Willoughby Smith menemukan senyawa kimia, selenium dapat berfungsi sebagai fotokonduktor.

Berselang tiga tahun kemudian, William Grylls Adams dan Richard Evans Day menerapkan prinsip fotovoltaik yang ditemukan oleh Becquerel pada selenium.

Baca juga: Plus Minus Gunakan Panel Surya di Rumah, Apa Saja Itu?

Mereka menemukan bahwa selenium sebenarnya bisa menghasilkan listrik saat terkena cahaya.

Hampir 50 tahun setelah penemuan efek fotovoltaik, pada 1883, penemu Amerika Charles Fritz menciptakan panel surya selenium pertama dan berhasil menghasilkan listrik.

Panel surya selenium ini adalah cikal bakal dari penggunaan silikon dalam panel surya modern.

Di satu sisi, banyak fisikawan berperan dalam penemuan sel surya. Becquerel dikaitkan dengan pengungkapan potensi efek fotovoltaik, dan Fritz dengan benar-benar menciptakan nenek moyang semua sel surya.

Pada tahun 1905, Alber Einstein menerbitkan sebuah makalah tentang efek fotolistrik dan bagaimana cahaya membawa energi.

Tulisan Enstein ini berhasil menarik banyak perhatian dan membuat penerimaan pengunaan energi surya di banyak bidang.

Baca juga: Pertama di Indonesia, Panel Surya Bendungan Jatibarang

Lompatan besar menuju pengunaan PLTS seperti yang digunakan sekerang ini berasal dari temuan Bell Labs pada tahun 1954.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com