WELERI, KOMPAS.com - Tiap daerah biasanya mempunyai makanan khas dalam merayakan hari raya Idul Fitri atau Lebaran. Di Weleri, Kabupaten Kendal ada makanan khas namanya lepet, penganan berbahan dasar beras ketan dan parutan kelapa.
Makanan ini hadir melengkapi sajian lontong opor atau ketupat opor yang "wajib" tersaji saat Lebaran Idul Fitri maupun Lebaran Haji (Idul Adha).
Makanan ini terasa spesial lantaran tidak hadir setiap hari. Selain itu, masyarakat percaya, Lepet bisa membuat keluarga yang sudah meninggal atau ahli kubur ikut bersukacita saat lebaran tiba.
"Kata orang-orang tua dulu, kalau kita tidak membuat lepet. Maka ahli kubur sedih, karena yang lain juga dapat kiriman lepet dari saudara-saudaranya," kata Ny Sa'adah (58) warga Desa Tratemulyo, Weleri, Kendal, Selasa (5/7/2016).
Maka menjadi setengah wajib bagi Sa'adah untuk membuat lepet setiap Lebaran. Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam membuat lepet adalah beras ketan, kelapa muda dan garam serta janur atau daun kelapa muda sebagai pembungkusnya. Namun cara membuatnya terbilang cukup rumit dan melelahkan.
Setiap satu kilogram beras ketan, maka parutan kelapa muda yang dicampur adalah satu butir. Sedangkan garam diberikan secukupnya.
Pertama-tama, Beras ketan dicuci bersih, lalu dicampur rata dengan parutan kelapa dan sedikit garam. Kemudian bahan tadi dimasukkan kedalam janur yang dibentuk sedemikian rupa. Setelah terisi penuh, bungkus janur tersebut lalu diikat kuat-kuat dengan "utus" atau tali dari serat batang bambu di kedua sisi.
"Kalau anak muda sekarang jarang yang bisa. Pada males belajar," imbuhnya.
Sembari mengemas bahan lepet kedalam janur, sebaiknya masaklah air dipanci atau dandang. Setelah airnya mendidih, lepet mentah dimasukkan satu persatu. Lepet biasanya diikat setiap 5 hingga 6 buah untuk memudahkan dalam perebusan.
Agar lepet bisa masak merata dan sempurna, baiknya dirbus diatas tungku dengan bahan bakar kayu.
"Kalau dimasah dikompor matengnya tidak merata dan cepat basi," ucapnya.
Perebusan dilakukan selama 8 hingga 9 jam dengan api yang terjaga. Selama merebus ini yang perlu diperhatikan adalah air rebusan yang tidak boleh menyusut. Maka perlu satu panci atau dandang lagi yang selalu siap dengan cadangan air mendidih.
Setelah perebusan selesai, lepet kemudian diangkat dan ditiriskan dengan cara digantang diatas tali. Setelah airnya tidak lagi menetes, lepet bisa dinikmati. Melihat proses perebusan yag begitu lama, maka tak heran lepet bisa bertahan hingga 5 hari.
"Kalau sudah lebih 5 hari, biasanya kita goreng atau dibakar," ucapnya.