Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Keunikan Kerupuk Gurilem, Tiga Rasa yang Menggoyang Lidah

Kompas.com - 06/07/2020, 11:10 WIB
Reni Susanti,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi


BANDUNG, KOMPAS.com – Jarum jam menunjukkan pukul 09.00 WIB.

Terik matahari begitu menyengat di Kampung Pasir Meong, Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

Yayat terlihat sedang merapikan adonan kerupuk gurilem.

Sesekali ia tersenyum menyapa tamu yang datang berkunjung.

“Alhamdulillah panas,” ujar Yayat mengawali perbincangan dengan Kompas.com, Minggu (5/6/2020).

Baca juga: Kisah Dosen ITB Bikin Ventilator Indonesia, Rela Dicibir, Tidur di Masjid, hingga Dapat Dana Rp 10 M

Untuk pengusaha gurilem seperti Yayat, cuaca adalah faktor utama.

Apabila cuaca panas, kerupuknya kering dengan cepat dan mengembang saat disangrai.

Namun, jika musim hujan, kerupuk sulit kering, berjamur dan tidak mekar maksimal saat disangrai.

Itu sebabnya Yayat berhenti memproduksi kerupuk saat musim hujan tiba.

Cara unik dan tradisional

Yayat mengatakan, produksi gurilem masih tradisional, sehingga sangat mengandalkan sinar matahari.

Berbeda dengan kerupuk yang menggunakan mesin.

“Semua proses pembuatan masih tradisional,” tutur Ayah dari dua anak ini.

Baca juga: Mengenal Blengep Cotot, Kue Khas Indramayu yang Langka dan Melegenda


Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com