KEDIRI, KOMPAS.com - Banyaknya temuan benda purbakala di Desa Bogem, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, membuat pemerintah desa membangun museum sendiri.
Sebuah ruangan di balai desa setempat "disulap" sebagai tempat penyimpanan barang purbakala yang ditemukan warga.
Di ruangan itu, terpajang 20 benda purbakala berbagai ukuran, mulai dari gerabah, arca, hingga yoni, yang tertata cukup apik dan sederhana.
Pada dinding ruangan bercat putih itu juga terpampang spanduk berisi informasi perihal sejarah Desa Bogem. Adapun pada benda-benda purbakala, terdapat papan kertas berisikan informasi singkat asal usulnya.
Adanya kelengkapan informasi itu untuk memudahkan para pengunjung yang datang. Museum itu memang kerap dikunjungi masyarakat, pelajar, bahkan peneliti.
Selain untuk warga sekitar, pemerintah desa sengaja membuka musem itu untuk umum, jam operasionalnya mulai Senin hingga Jumat. Pemerintah desa tak memungut biaya tiket masuk museum tersebut.
Kepala Desa Bogem Samsudin mengatakan, museum itu didirikan pada 2014. Rasa keprihatinan menggerakkan Samsudin untuk membuat museum tersebut.
Ia khawatir generasi selanjutnya dari masyarakat Desa Bogem semakin abai dengan tradisi, sejarah, dan budaya di wilayah itu.
Baca juga: Teknik Pembangunan Fondasi Candi di Situs Klotok Kediri seperti Cara Membangun Rumah Saat Ini
"Di sini banyak temuan benda purbakala, tapi warga tidak tahu asal usul desanya sendiri," ujar Samsudin mengawali percakapan, Sabtu (26/6/2021).
Bahkan, kata dia, benda-benda purbakala yang selama ini ditemukan itu kerap berakhir pilu. Kadang rusak karena tidak terawat, sering juga hilang dibawa tangan-tangan tak bertanggung jawab.
Atas kondisi itu, ia berinisiatif mengumpulkan benda-benda purbakala. Itu diawali dengan beberapa koleksi benda purbakala milik desa yang masih tersisa.
Tak dinyana, upayanya itu disambut baik warga. Banyak warga yang mulai sadar dan menyerahkan benda purbakala yang selama ini tersimpan di rumah mereka.
"Alhamdulillah mereka mendukung. Menyerahkan secara ikhlas," imbuhnya.
Begitu juga dengan setiap kali ada temuan baru, warga secara sukarela menyerahkannya kepada pemerintah desa untuk disimpan di museum.
Warga desa memang sering menemukan artefak itu di desa tersebut. Biasanya, warga menemukannya saat menggali tanah, kadang juga saat membajak sawah.