Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Meludan Wengi dan Meludan Awan, Momen Berkumpul Warga Jawa Tondano Rayakan Maulid Nabi

Kompas.com - 07/10/2022, 21:56 WIB
Rosyid A Azhar ,
Khairina

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com – Bagi masyarakat Jawa Tondano  (Jaton) perayaan Maulid Nabi Muhammad merupakan hari istimewa yang dimeriahkan dengan bacaan shalawat yang diiringi rebana di masjid-masjid.

Mereka mengenal dua kegiatan dalam perayaan Nabi Muhammad ini, Meludan Wengi dan Meludan Awan.

“Meludan wengi dilakukan dengan membaca shalawat jawa di masjid oleh pemuka agama dan masyarakat,” kata Mimy Astuty Pulukadang, salah seorang warga Jaton yang juga pengajar di Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik (Sendratasik) Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gor0ontalo, Jumat (7/10/2022).

Baca juga: Grebeg Maulud, Puncak Peringatan Maulid Nabi di Keraton Yogyakarta

Meludan wengi ini dilakukan selepas shalat isya, mereka membaca Riwayat Nabi Muhammad sebagai manusia yang harus diteladani.

Bacaan-bacaan ini diiringi dengan terbang atau rebana besar, irama bacaan shalawat dan tabuhan rebananya khas.

Memainkan alat musik ini berlangsung semalam suntuk, puji-pujian terus dilantunkan oleh masyarakat bergantian secara berkelompok. Masyarakat yang memiliki kelebihan bisa membawa makanan ke masjid untuk disantap bersama.

“Kami mewarisi tradisi ini dari para Mbah dulu-dulu yang hidup di Jawa, kemudian mereka diasingkan ke Tondano,” kata Mimy Pulukadang.

Baca juga: Tak Ada Rebutan Gunungan dalam Grebeg Maulud Tahun ini, Diganti Pembagian Rengginang

Sepekan setelah meludan wengi, masyarakat jawa tondano akan menggelar meludan awan. Meludan awan ini lebih meriah karena melibatkan banyak orang. Masing-masing keluarga akan membawa anca, semacam anyaman bambu yang berisi nasi, sayur, serundeng, engkong (ayam panggang) untuk disantap warga setelah berdoa bersama di masjid. Masyarakat yang hadir di masjid juga membawa makanan ini untuk keluarga di rumah.

Wadah sayuran dan lauk dalam anca ini dibuat dari daun pisang, disajikan dalam satu paket yang siap dihidangkan untuk disantap bersama warga Jawa Tondano.

Meludan awan ini menjadi momen berkumpulnya warga Jawa Tondano untuk bersama-sama memeriahkan perayan maulid Nabi Muhammad.

Prosesi perayaan meludan wengi dan meludan awan ini dipimpin oleh seorang imam masjid.

“Kami yang tinggal di Kota Gorontalo selalu membuat kegiatan di Desa Reksonegoro Kabupaten Gorontalo,” ujar Mimy Pulukadang.

Meludan awan ini banyak dimanfaatkan warga Jaton untuk pulang ke kampung, mereka bertemu sanak saudara dan saling bersilaturahmi.

“Momentum meludan bagi saya adalah tetap menjalin erat tali silaturrahim, menjaga tradisi kearifan lokal sebagai pelengkap keanekaragaman budaya nasional untuk Indonesia yang cerdas dan bermartabat,” kata Idris Mertosono, warga Jaton yang tinggal di Isimu.

Idris Mertosono menganggap warisan leluhur ini tetap bermanfaat sampai saat ini, terutama untuk mempererat silaturahmi antarwarga Jaton, juga dengan masyarakat lain. Sebab, menurutnya saat Meludan ini semua orang terlibat, tidak hanya orang Jaton saja.

Masyarakat Jawa Tondano merupakan anak keturunan Kiyai Mojo dan para pengikutnya yang berjumlah 63 orang dibuang Pemerintah Hindia Belanda ke Tondano setelah Perang Jawa atau Perang Diponegoro.

Para laskar Perang Jawa ini meninggalkan keluarganya di tanah kelahiran. Di lokasi pembuangannya mereka menikahi gadis anak para pemimpin negeri (walak) Minahasa.

Keturunan mereka inilah yang kemudian menamakan diri sebagai masyarakat Jawa Tondano (Jaton).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Terkini Lainnya
Kapal Feri Pemkab Kepulauan Tanimbar Terbakar di Teluk Saumlaki, Polisi Usut Penyebabnya
Kapal Feri Pemkab Kepulauan Tanimbar Terbakar di Teluk Saumlaki, Polisi Usut Penyebabnya
Regional
Soal Bendera 'One Piece', Ansor: Silakan asal Tingginya Tak Melebihi Merah Putih
Soal Bendera "One Piece", Ansor: Silakan asal Tingginya Tak Melebihi Merah Putih
Regional
Satu Pendaki Tewas Tersambar Petir di Gunung Bawang Kalbar, Tiga Rekannya Tersesat Saat Cari Pertolongan
Satu Pendaki Tewas Tersambar Petir di Gunung Bawang Kalbar, Tiga Rekannya Tersesat Saat Cari Pertolongan
Regional
Turis Australia Rampas Mobil Warga Bali, Lalu Tabrak Dua Orang Sebelum Kendaraan Terbakar
Turis Australia Rampas Mobil Warga Bali, Lalu Tabrak Dua Orang Sebelum Kendaraan Terbakar
Regional
18 ASN Gugat Cerai di Aceh Utara, Penyebabnya Judol hingga Selingkuh
18 ASN Gugat Cerai di Aceh Utara, Penyebabnya Judol hingga Selingkuh
Regional
Sekda Jabar Minta Pelaku Pariwisata Lebih Kreatif, Jangan Hanya Andalkan Study Tour
Sekda Jabar Minta Pelaku Pariwisata Lebih Kreatif, Jangan Hanya Andalkan Study Tour
Regional
Lewat Pekan Gembira Anak 2025, TP-PKK Riau Gaungkan Ruang Ramah Anak
Lewat Pekan Gembira Anak 2025, TP-PKK Riau Gaungkan Ruang Ramah Anak
Regional
Gunung Lewotobi Laki-laki Berubah Bentuk Usai Erupsi Dahsyat, Aktivitas Masih Tinggi
Gunung Lewotobi Laki-laki Berubah Bentuk Usai Erupsi Dahsyat, Aktivitas Masih Tinggi
Regional
'Bendera One Piece Mungkin Bentuk Protes, Jiwa Raga Kami Tetap Merah Putih'
"Bendera One Piece Mungkin Bentuk Protes, Jiwa Raga Kami Tetap Merah Putih"
Regional
2 Napi Narkotika di Kebumen Dapat Amnesti Presiden dan Langsung Bebas
2 Napi Narkotika di Kebumen Dapat Amnesti Presiden dan Langsung Bebas
Regional
Pesawat yang Jatuh di Bogor Sempat Berputar-putar, Terbang Miring, Lalu Terdengar Gemuruh
Pesawat yang Jatuh di Bogor Sempat Berputar-putar, Terbang Miring, Lalu Terdengar Gemuruh
Regional
Kebakaran Ruko di Pekanbaru, 4 Orang Satu Keluarga Tewas Terbakar
Kebakaran Ruko di Pekanbaru, 4 Orang Satu Keluarga Tewas Terbakar
Regional
Detik-detik Pesawat Latih Jatuh di Ciampea Bogor, 1 Tewas dan 1 Kritis
Detik-detik Pesawat Latih Jatuh di Ciampea Bogor, 1 Tewas dan 1 Kritis
Regional
Pria Paruh Baya Diterkam Buaya Saat Memancing di Atas Perahunya
Pria Paruh Baya Diterkam Buaya Saat Memancing di Atas Perahunya
Regional
Dinkes Investigasi Kematian Pasien di Puskesmas Nosu, Diduga Akibat Kelalaian Medis
Dinkes Investigasi Kematian Pasien di Puskesmas Nosu, Diduga Akibat Kelalaian Medis
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau