Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tantangan Jelang Pemilu 2024, Benarkah Konten Hoaks Semakin Masif?

Kompas.com - 29/10/2022, 19:15 WIB
Maya Citra Rosa

Penulis

KOMPAS.com - Tren penyebaran berita bohong atau hoaks cenderung mengalami peningkatan menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang.

Dibandingkan dengan Pemilu 2019 lalu, Kementerian Komunikasi dan Informatika menemukan sebanyak 3.356 hoaks yang tersebar pada Agustus 2018 hingga 30 September 2019 lalu.

Plt. Kepala Biro Humas Sekretariat Jenderal Kementerian Kominfo Ferdinandus Setu menyebut, hoaks terbanyak yaitu politik sebanyak 916 konten hoaks, yang bertepatan dengan momentum Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan legistlatif (Pileg).

“Seperti yang kita ketahui, selama masa waktu itu merupakan momentum paska dan pra Pilpres, jadi jumlah hoaks lebih banyak,” jelasnya.

Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) saat ini juga fokus pada pencegahan pelanggaran salah satunya hoaks.

Anggota Bawaslu RI Lolly Suhenty mengatakan, pemilih pemuda yang menembus 60 persen di pesta demokrasi berpotensi terpengaruh konten hoaks, apabila kondisi ini tidak dikelola dengan baik, maka ancaman dalam penyelenggaraan pemilu semakin besar.

Baca juga: Video Jembatan Comal Pemalang Amblas Dipastikan Hoaks, Polisi Cari Penyebarnya

"Tantangannya adalah soal independensi, netralitas, dan integritas. Salah satu cara memastikan demokrasi ke depan sehat, kolaborasi ini yang harus didorong termasuk dengan kejaksaan," jelasnya.

Tanggapan pengamat

Pengamat Budaya dan Komunikasi Digital dari Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan mengatakan, bahwa benar menjelang Pemilu 2024 kuantitas dan kualitas hoaks semakin meningkat.

Firman mengungkap, hoaks sebenarnya merupakan kekuatan yang sekaligus menjadi kelemahan di ruang digital.

Pasalnya hoaks seringkali dijadikan sarana yang digunakan untuk memproduksi maupun distribusi berbagai spektrum kualitas unggahan, mulai dari informasi yang valid, misinformasi, disinformasi maupun malinformasi.

"Hoaks bakal bertebaran. Ditambah berdasarkan berbagai survei, sebagian masyarakat kita bukan orang-orang yang risau bisa memproduksi dan mendistribusikan konten-konten hoaks," ujarnya saat dihubungi via WhatsApp, Jumat (28/10/2022).

Hoaks ini diproduksi di tengah rendahnya kemampuan masyakarat lain dalam membedakan kualitas informasi.

Baca juga: PBNU Akan Lawan Politik Identitas dalam Pemilu 2024

"Tidak mampu membedakan informasi sahih dari yang hoaks," tambahnya.

Sehingga penting menurutnya, untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menggunakan ruang digital dengan bijak.

"Terutama terkait kemampuan menilai informasi, yang terbawa oleh modus-modus memproduksi hoax yang selalu berkembang," ujarnya.

Sumber:

Bawaslu.go.id

Kominfo.go.id

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Terkini Lainnya
Aksi Gali Emas Ilegal Pakai Ekskavator Dibongkar Polisi Jam 2 Pagi
Aksi Gali Emas Ilegal Pakai Ekskavator Dibongkar Polisi Jam 2 Pagi
Regional
Hilang 5 Hari di Kebun Sawit, Jejak Remaja Disabilitas Masih Dicari
Hilang 5 Hari di Kebun Sawit, Jejak Remaja Disabilitas Masih Dicari
Regional
Pentas Seni di Rumah Dinas Bupati Kendal, Angkat Isu Sampah Lewat Lakon 'Ora Ndhoyong'
Pentas Seni di Rumah Dinas Bupati Kendal, Angkat Isu Sampah Lewat Lakon "Ora Ndhoyong"
Regional
Gunung Ile Lewotolok Meletus 296 Kali Sehari Disertai Gemuruh dan Lontaran Lava Sejauh 700 Meter
Gunung Ile Lewotolok Meletus 296 Kali Sehari Disertai Gemuruh dan Lontaran Lava Sejauh 700 Meter
Regional
Harga TBS Tak Stabil, Petani Sawit Berau Merugi: Sampai Sekarang Tak Ada Sosialisasi
Harga TBS Tak Stabil, Petani Sawit Berau Merugi: Sampai Sekarang Tak Ada Sosialisasi
Regional
Fakta-fakta Pemerasan di PPDS Undip: Iuran Ilegal, Jatah Makan Rp 5 Juta Sehari, hingga Jam Kerja Tak Manusiawi
Fakta-fakta Pemerasan di PPDS Undip: Iuran Ilegal, Jatah Makan Rp 5 Juta Sehari, hingga Jam Kerja Tak Manusiawi
Regional
Statusnya Diragukan, Ketua Legiun Veteran Belu Somasi Danrem Kupang
Statusnya Diragukan, Ketua Legiun Veteran Belu Somasi Danrem Kupang
Regional
Penyebab PT Gudang Garam Tbk Setop Beli Tembakau Temanggung
Penyebab PT Gudang Garam Tbk Setop Beli Tembakau Temanggung
Regional
Sempat DPO Satu Tahun, Bandar Sabu di Sumbawa Barat Ditangkap Polisi
Sempat DPO Satu Tahun, Bandar Sabu di Sumbawa Barat Ditangkap Polisi
Regional
Kasus Dugaan Korupsi BUMDes Motong, Polisi Bidik Satu Calon Tersangka
Kasus Dugaan Korupsi BUMDes Motong, Polisi Bidik Satu Calon Tersangka
Regional
Ribuan Ton Tembakau Temanggung Butuh Pasar, Apa Solusi Pemerintah?
Ribuan Ton Tembakau Temanggung Butuh Pasar, Apa Solusi Pemerintah?
Regional
Pimpinan Panti Asuhan Diduga Cabuli 5 Anak Asuhnya, Dinsos Deli Serdang: Pantinya Ilegal
Pimpinan Panti Asuhan Diduga Cabuli 5 Anak Asuhnya, Dinsos Deli Serdang: Pantinya Ilegal
Regional
Sempat Ada 2 Kali Tembakan dari KKB di Bandara Aminggaru Puncak, Akhirnya Bandara Kembali Berjalan Normal
Sempat Ada 2 Kali Tembakan dari KKB di Bandara Aminggaru Puncak, Akhirnya Bandara Kembali Berjalan Normal
Regional
Investigasi Unila: Kelalaian Dekanat dalam Kasus Kekerasan Diksar Mahepel
Investigasi Unila: Kelalaian Dekanat dalam Kasus Kekerasan Diksar Mahepel
Regional
Tersangka 'Love Scamming' Incar Wanita Karir Secara Acak di Instagram
Tersangka "Love Scamming" Incar Wanita Karir Secara Acak di Instagram
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau