Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Sulit Makan Sayur dan Buah? Ikuti Tips Dokter Ini

Kompas.com - 13/07/2017, 21:48 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Tidak sedikit dari orang Indonesia yang tak suka makan sayur dan buah. Padahal, kandungan dari buah dan sayuran dibutuhkan oleh tubuh dan meminimalkan potensi mengidap penyakit tidak menular.

Dokter Fiastuti Witjaksono SpGK mengatakan, ketaksukaan pada sayur dan buah disebabkan oleh kesalahan orang tua dalam memperkenalkan kedua makanan itu pada usia dini. Oleh karena itu, diperlukan usaha lebih banyak agar anak menyukai sayuran dan buah.

Memang, mengenalkan makanan baru pada anak yang baru melihat dunia bukanlah perkara mudah. Bila tidak telaten, ibu hanya akan mendapati makanan tersebut dimuntakan kembali.

Untuk itu, Fiastuti menyarankan agar buah dan sayuran mulai dikenalkan kepada anak sejak usia enam bulan sebagai makanan pendamping ASI (MPASI). “Misalnya, kalau baru 6 bulan kita kasih air jeruk. Itu pun sekali dulu. Nanti kalau sudah bisa diterima bisa dilanjutkan dengan pisang atau pepaya yang dilumatkan,” ujarnya di kawasan Jakarat Selatan, Kamis (13/7/2017).

(Baca juga: Kabar Buruk, Orang Indonesia Krisis Buah dan Sayur)

Namun, buah yang diberikan tidak boleh dicampur. Dengan demikian, orangtua bisa mengetahui preferensi anak terhadap jenis buah tertentu.

Lalu, saat mencapai usia 9 bulan, anak bisa mulai makan bubur dengan sayuran yang diblender seperti wortel, brokoli, dan buncis. “Supaya dia kenal rasanya. Anak awalnya hanya ASI, begitu dikenalkan dengan makanan lain dia belum tentu mau. Seperti kita, biasa makan nasi lalu diganti kentang,” ucap Fiastuti.

Ketika anak mencapai usia satu tahun, pola makan yang dikonsumsi layaknya orang dewasa, yakni nasi, lauk, sayur, dan buah. Pada tahap ini, Fiastuti menganjurkan agar anak tidak dibiasakan nyemil. Sebab, rasa buah yang relatif hambar bisa tergantikan oleh cemilan asin, manis, minyak, dan lemak.

“Biasakan tidak pakai garam berlebih, penyedap rasa, dan pengawet. Jangan dikenalkan dengan cemilan karena rasanya lebih tajam. Nanti dia tidak mau buah lagi,” ucapnya.

(Baca juga: Perhatian untuk Semua, Tidak Mungkin Menjadi Gemuk Sekaligus Sehat)

Sayangnya, orangtua yang bekerja tak punya banyak waktu sehingga makanan olahan sering kali dipilih karena lebih praktis. Menurut Fiastuti, vitamin yang terkadung dalam makan olahan bukan murni berasal dari buah atau sayur, melainkan vitamin substitusi. Hal itu juga terjadi pada susu olahan.

Akan tetapi, bukan berarti vitamin pada makanan olahan buruk bagi tubuh. Hanya saja, makanan yang bukan olahan akan memberikan manfaat yang lebih lengkap. “Tidak terlalu beda dengan vitamin substitusi. Cuma kalau makan buah itu rasanya lengkap. Vitaminnya ada, mineralnya ada, dan cairannya ada. Senyawa fitokimia juga ada," kata Fiastuti.

Dia melanjutkan, jadi bisa saja vitamin dan serat diganti dengan substitusi, tetapi tidak akan selengkap buah. Makanya tidak pernah orang itu kebanyakan makan sayur dan buah sehingga kebanyakan serat. Tidak, karena nutrisinya lengkap dalam satu buah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau