Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalung Antivirus Corona Kementan, Peneliti Di Baliknya Angkat Bicara

Kompas.com - 05/07/2020, 16:01 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Kalung antivirus corona dari Kementerian Pertanian (Kementan) ramai diperbincangkan belakangan ini.

Kalung antivirus yang merupakan produk eucalyptus, kandungan minyak atsiri dari daun kayu putih, disebut dapat mencegah corona.

Bagaimana sebenarnya penelitian yang dilakukan Kementan?

Menjawab pertanyaan ini, Kompas.com menghubungi Dr. Ir. Evi Savitri Iriani, MSi, Kepala Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Kementan, yang terlibat dalam penelitian antivirus Covid-19 dari eucalytus.

Baca juga: Kalung Antivirus Corona Kementan, Ahli Sebut Perlu Uji Klinis pada SARS-CoV-2

Evi menyampaikan, penelitian tentang eucalyptus sebenarnya sudah dilakukan sejak Januari 2020. Artinya, ini bukan penelitian baru.

"Pada awal Januari, ketika mendengar ada Covid-19 di China, kita langsung nih 'ayo temen-temen coba dikumpulkan hasil penelitiannya. Mana sih yang berpotensi sebagai antivirus maupun juga untuk meningkatkan imunitas'," kata Evi kepada Kompas.com dihubungi melalui sambungan telepon Minggu (5/7/2020).

Setelah diinventaris Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Kementan, ada sekitar 50 tanaman yang dianggap potensial berdasarkan empiris dan literatur.

Baca juga: DPR Setujui Abolisi untuk Tom Lembong

"Selanjutnya kami ekstraksi bahan aktif tanaman tersebut dan kami uji kandungan bahan aktif serta kami uji juga kemampuan terhadap virus dengan bekerjasama dengan BB Veteriner," ungkap Evi.

BB Veteriner merupakan lembaga penelitian dalam bidang penyakit hewan yang sudah berusia lebih dari 50 tahun.

Evi menyebut, BB Veteriner memiliki pengalaman saat pandemi flu burung dan SARS. Lembaga tersebut pun memiliki banyak koleksi virus yang dapat dimanfaatkan untuk uji coba, termasuk virus corona umum.

Baca juga: Apa Itu Abolisi yang Diberikan kepada Tom Lembong dan Bagaimana Prosedurnya?

Dalam penelitian ini, Evi mengatakan bahwa pihaknya tidak melakukan uji coba secara spesifik ke SARS-CoV-2 yang bertanggung jawab atas pandemi Covid-19.

Mereka melakukan pengujian ke virus corona secara umum.

"Karena SARS-CoV-2 belum dapat ditumbuhkan di lab, jadi kami ngujinya ke model virus corona, saudara yang paling dekat dengan si (virus penyebab) Covid-19 ini," ungkap Evi.

Baca juga: Bareskrim Tegaskan Penghentian Penyelidikan Ijazah Palsu Jokowi Sudah Benar

"Sebagai pembanding, kita juga uji coba ke virus influenza. Di antaranya kalau (virus) influenza yang paling parah itu H5N1 atau flu burung," imbuh dia.

Dalam melakukan penelitian ini, Evi dan tim menggunakan beberapa tanaman yang potensial yang diujikan ke virus yang tersedia.

Halaman:
Komentar
ya jelas banyak pihak yang ngga mau kalau covid ada obatnya, membalas komentar rahman : mana hsil temuan unair yg sdh di koar2 di tipi gugus tugas.. manaaa? kok corona bertmbah.. buat yg muslim pny iman pcy hri akhir ingat kelak smua akan jd saksi anggta tubuh bnda2 dll..siapa2 yg fitnah corona bsk tnggung jwb..mati krn apa bilg corona dn ambil untung.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau