Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RA Kartini, Putri Jawa Pejuang Emansipasi dan Sejarah Hari Kartini

Kompas.com - 21/04/2021, 09:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis


KOMPAS.com- Sejarah Hari Kartini yang diperingati setiap tanggal 21 April, tak terlepas dari kisah dan pemikiran inspiratif dari sosok RA Kartini, putri Jawa yang dikenal sebagai pejuang emansipasi perempuan.

Raden Ajeng Kartini adalah salah satu pahlawan perempuan Indonesia yang berkat pemikirannya membuat emansipasi wanita kian meluaskan peran perempuan.

Sebab, di masa kolonial, terikat pula dengan norma-norma budaya patriartki dalam kehidupannya sebagai perempuan Jawa, peran perempuan dianggap tak setara dengan laki-laki.

Pemikirannya lugas menentang budaya turun temurun tentang peran perempuan yang lazimnya hanya menjalani kehidupan sebagai isteri, ibu dan dianggap tak mampu melakoni peran laki-laki.

Seperti diberitakan Kompas.com, Selasa (21/4/2020), Pengamat Sejarah Edy Tegoeh Joelijanto mengatakan bahwa RA Kartini ingin menunjukkan bahwa perempuan tidak hanya 'konco wingking'.

Baca juga: Hari Kartini, Kemenkes Dorong Perempuan Berani Cuti Haid

 

Artinya, perempuan bisa berperan lebih dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama dalam bidang pendidikan.

"Perempuan juga bisa menentukan pilihan hidup, tak harus atas paksaan orantua dan perempuan juga bisa sekolah setinggi-tingginya," kata Edy yang pernah mengenyam pendidikan di UKDW Yogyakarta dan Universitas Putra Bangsa Surabaya.

Berdasarkan literatur sejarah, RA Kartini lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Putri Jawa yang dikenal sebagai pejuang emansipasi perempuan yang dibesarkan di sebuah keluarga ningrat Jawa.

Ayahnya seorang Bupati Jepara bernama Raden Mas Ario Adipati Sosroningrat, dan ibunya, putri dari seorang guru agama di Teluwakur, Jepara, bernama M.A Ngasirah.

Baca juga: Kisah Kartini yang Tak Ingin Hidup Lebih dari 25 Tahun

 

Kartini berasal dari keluarga yang terpandang. Seperti diberitakan Kompas.com, Selasa (21/4/2020) lalu, kakeknya adalah Pangeran Ario Tjondronegoro IV, yang menjadi bupati di usia yang sangat muda, yakni 25 tahun.

Selain dari keluarga terpandang, ia juga berasal dari keluarga yang dikenal cerdas. Sebab, kakak laki-lakinya, Sosrokartono, dikenal sebagai orang yang ahli dalam bidang bahasa.

Perjuangan untuk pendidikan perempuan

Di masa itu, belum banyak perempuan yang dapat mengenyam pendidikan. Tidak seperti saat ini, baik laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama dalam memperoleh pendidikan.

Hingga usia 12 tahun, RA Kartini akhirnya memperoleh pendidikan di Europes Lagere School (ELS), dan semua murid di sekolah ini diwajibkan berbahasa Belanda. Namun, tradisi Jawa menghentikan langkah putri Jawa itu mengenyam pendidikan di sekolah.

Baca juga: Kartini Bukan Cuma Penulis Surat, Dia Wartawati Pertama Nusantara

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com