Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengertian Posisi Silang Indonesia dan Pemikiran Soekarno

Baca di App
Lihat Foto
Peta Indonesia, tempat ditemukannya lukisan gua
|
Editor: Nibras Nada Nailufar

KOMPAS.com - Di sekolah, konon, posisi menentukan prestasi. Mereka yang duduk di depan, biasanya punya nilai yang lebih tinggi. Sementara yang paling belakang, nilainya kurang.

Setiap tahun ajaran baru, di hari pertama sekolah, banyak orangtua yang berebut bangku depan untuk anaknya.

Kalau pun itu mitos, setidaknya mereka berharap dengan duduk di depan, anaknya bisa berprestasi.

Nah, sama halnya dengan sekolah, posisi sebuah negara konon juga menentukan kemakmuran. Paham ini dikenal dengan istilah fisis determinis.

Baca juga: 18 Nelayan NTT Ditahan Polisi Timor Leste karena Langgar Batas Wilayah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden pertama RI Soekarno salah satu orang yang meyakininya, atau setidaknya berharap banyak dari paham ini.

Letnan Jenderal TNI (Purn.) Tahi Bonar Simatupang, mantan Kepala Staf Angkatan Perang di era kemerdekaan, bercerita soal posisi Indonesia yang sudah dipikirkan sejak Soekarno masih berkuasa.

Dikutip dari Percakapan dengan Dr. T.B. Simatupang (1989), istilah "posisi silang" Indonesia pertama dikemukakan Soekarno.

Posisi silang, atau saat itu sering juga disebut dalam istilah bahasa Jerman Kreuzposition, diambil Soekarno dari penulis geopolitik Jerman, khususnya Haushhofer.

Baca juga: Saat Soekarno Marah di Gedung Putih dan Membuat Kagum Kongres AS...

Jerman saat itu bersekutu dengan Jepang yang tengah menguasai Indonesia.

"Bung Karno memperoleh pengertian 'posisi silang' itu, baik langsung dari pembacaraannya dari literatur Jerman, ataupun dari percakapan-percakapannya dengan orang Jepang pada waktu pendudukan Jepang," kata TB Simatupang.

Dua benua, dua samudra

Posisi silang yang kita kenal selama ini, menjelaskan bahwa letak geografis Indonesia di antara dua benua dan dua samdura.

Indonesia terletak di garis khatulistiwa atau ekuator. Benua Asia terletak di utaranya, sementara di selatan ada benua Australia.

Baca juga: Jelajah Sepeda Injakkan Kaki di Garis Khatulistiwa

Indonesia yang berbentuk kepulauan, juga diapit Samudra Hindia di sisi barat dan selatan. Di sisi utara dan timur, ada Samdura Pasifik.

"Sehingga berarti tentu bahwa tidak mungkin Indonesia tidak dilewati apabila ada hubungan antara kedua benua dan kedua samudra itu," ujar TB Simatupang.

Saat itu, ketika Perang Dunia Kedua berkecamuk, posisi negara dan samudra jadi hal penting. Jepang dan musuhnya Amerika Serikat, misalnya, adalah kekuatan-kekuatan besar yang dihubungkan oleh Samudra Pasifik.

Dengan demikian, Indonesia menguasai posisi geografis yang penting. Namun hal ini malah mengkhawatirkan TB Simatupang.

Baca juga: Kaltara, Kawal Tapal Batas Indonesia lewat Kolaborasi Literasi

Ia ingin Indonesia punya kemampuan militer dan strategi yang baik demi alasan keamanan.

Menurutnya, lalu lintas laut dijalankan oleh armada-armada yang kuat. Indonesia sebagai daerah yang dilewati harus punya kekuatan untuk mengatur lalu lintas itu.

Namun belakangan, empat kekuatan besar itu yakni Jepang, Amerika Serikat, Uni Soviet, dan Eropa Barat, berada di utara dan tidak melewati Indonesia.

Sehingga secara ekonomi, sosial, dan politik, Indonesia menjadi masuk pada lini sekunder.

Peranan posisi silang Indonesia telah berubah dari abad lalu. Jika dulu urusannya perang, kini tantangannya kembali ke perdagangan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi