Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Kita Tak Boleh Melihat Gerhana Matahari secara Langsung?

Baca di App
Lihat Foto
Ilustrasi Gerhana Matahari Cincin
Penulis: Ari Welianto
|
Editor: Nibras Nada Nailufar

KOMPAS.com - Pada 26 Desember 2019, gerhana matahari cincin (GMC) diperkirakan akan menyambangi Indonesia.

Selain itu, gerhana matahari total (GMT) kembali akan melintasi Indonesia pada 20 April 2023.

Setiap ada fenomena gerhana matahari, kita biasanya diwanti-wanti agar tak melihat gerhana secara langsung karena bahaya.

Ada yang bilang bisa bikin buta, bahkan bisa membuat bayi dalam kandungan cacat. Benarkah?

Baca juga: gerhana matahari cincin Akan Terjadi di Riau, Ini Penjelasan Lapan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa itu gerhana matahari cincin?

Sebelum mengetahui kenapa gerhana matahari cincin dianggap berbahaya, mari simak dulu penjelasan soal apa itu gerhana matahari cincin.

Dilansir dari pemberitaan Kompas.com, fenomena gerhana matahari cincin terjadi ketika Bulan berada segaris dengan bumi dan matahari, serta bulan berada pada titik apogee atau terjauh.

Piringan bulan akan tampak lebih kecil daripada piringan matahari hingga tidak menutupi seluruhnya.

Kemudian kerucut umbra tidak sampai ke permukaan Bumi dan akan terbentuk kerucut tambahan yang disebut antumbra.

Baca juga: Jangan ke Luar Negeri Akhir Tahun Ini, gerhana matahari cincin Bakal Sapa Indonesia

"Pengamat yang berada dalam wilayah antumbra akan melihat Matahari tampak seperti 'cincin' di langit. Inilah yang disebut gerhana matahari cincin (GMC)," tulis siaran pers LAPAN.

Bahaya melihat gerhana matahari

Lalu, kenapa kita tidak boleh melihat gerhana matahari secara langsung? Dikutip dari pemberitaan Kompas.com pada 2016 lalu, cahaya dari sinar matahari memiliki intensitas sangat tinggi dan bisa merusak retina di belakang bola mata.

Kondisi ini dikenal dengan solar retinopathy . Jika itu terjadi, retina bisa rusak permanen.

Memang, matahari saat gerhana bisa lebih "nyaman" dilihat karena seolah meredup. Namun, justru di sinilah letak bahayanya.

Pupil di lensa mata tak bisa bereaksi dengan tepat dalam kondisi level kontras yang tinggi. Ini terjadi saat gerhana matahari berlangsung. Langit sekitar berubah gelap.

Bagian pengatur cahaya yang masuk ke mata dengan cara mengatur lebar bukaan iris itu, bekerja dengan mengukur cahaya keseluruhan di lingkungan sekitar.

Alhasil, saat memandang gerhana yang diselimuti langit gelap, pupil mata justru melebar sehingga jumlah cahaya yang masuk dan terfokus di retina meningkat.

Padahal, intensitas cahaya di bagian matahari yang tidak tertutup bulan sewaktu gerhana (baik saat gerhana sebagian maupun cincin saat gerhana total) sama dengan waktu-waktu biasa.

Cahaya kuat dari matahari pun bebas melenggang masuk ke mata tanpa bisa dicegah, dan mulai merusak retina.

Proses ini berlangsung tanpa rasa sakit sehingga kerap membuat orang tak sadar matanya mulai rusak.

Menikmati gerhana matahari secara aman

Seperti dilansir dari situs Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), bagi masyarakat yang akan melihat gerhana matahari cincin, disarankan tidak melihatnya dengan mata telanjang atau langsung, tapi memakai alat bantu.

Melihat langsung bisa menyebabkan sakit mata, mata berair, kepala pusing, hingga kebutaan.

Buat pengamat gerhana matahari cincin, bisa menggunakan kacamata khusus matahari untuk mengamati secara aman fenomena alam ini.

Seluruh proses gerhana, mulai dari gerhana Matahari sebagian hingga puncak cincin dapat diamati jika cuaca mendukung.

Jika tidak, masyarakat bisa menggunakan teleskop untuk melihat keindahan gerhana matahari cincin.

Baca juga: Akhir Tahun, Riau dan Singkawang akan Saksikan gerhana matahari cincin

Caranya dengan mengarahkan lensa obyektif teleskop ke matahari dan mengarahkan bayangan yang muncul dari lensa okulernya pada sebuah kertas.

Citra gerhana pada kertas itulah yang diamati, bukan melihat matahari melalui lensa okuler teleskop.

Gerhana matahari cincin di akhir tahun

Pada 26 Desember 2019 nanti, GMC kemungkinan akan dinikmati dengan cuaca mendung.

Gerhana matahari cincin diprediksi akan dimulai pukul 12.15 WIB. Puncaknya pada pukul 12.17 WIB dan berakhir pada pukul 12.19 WIB.

Wilayah yang akan dilintasi gerhana matahari cincin yakni Sumatera Utara (Sibolga, Padang Sidempuna) dan Riau (Siak, Duri, Pulau Pedang, Pulau Bengkalis, Pulai Teibing Tinggi, Pulau rangsang).

Kemudian ada Kepulauan Riau (Batam dan Tanjung Pinang), Kalimnantan Barat (Singkawang), Kalimantan Utara (Makulit dan Tanjung selor), dan Kalimanatan Timur (Berau).

Tempat terbaik untuk mengamati fenomena gerhana matahari cincin ada di Kampung Bunsur, Kabupaten Siak.

Di tempat lain juga bisa lihat, seperti di pulau Jawa ada sedikit. Namun bentuknya tidak akan bulat sempurna seperti cincin.

Lembaga Observasi Bosscha, Institut Teknologi Bandung, dan Pemerintah Kota Tanjung Pinang akan menggelar Festival gerhana matahari cincin pada 26 Desember 2019.

Festival tersebut akan digelar di Laman Boenda (Aula Gonggong), Tanjung Pinang, mulai pukul 10.00–14.00 WIB.

(Sumber: Kompas.com/Gloria Setyvani Putri, Oik Yusuf | Editor: Reza Wahyudi)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: LAPAN
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi