Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Samanhudi, Pahlawan dan Pedagang Batik

Baca di App
Lihat Foto
shutterstock.com
Perangko K H Samanhudi Tahun 1868-1956
Penulis: Ari Welianto
|
Editor: Nibras Nada Nailufar

KOMPAS.com - Bagi pengusaha batik, sosok Samanhudi tidak asing lagi.

Dia adalah saudagar batik dan pendiri Sarekat Dagang Islam (SDI) sebuah organisasi sebagai wadah para pengusaha batik di Surakarta.

Organisasi itu bertujuan untuk membela kepentingan dan mengakomodir kebutuhan pedagang Indonesia.

Ini juga untuk menghadapi persaingan di dunia perbatikan dengan pengusaha Hindia Belanda.

Baca juga: 4 Perempuan Pahlawan Nasional

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karena ada perberdaan perlakuan yang didapatkan oleh pedagag tanah air dari pengusaha Hindia Belanda. Kondisi itu yang mengilhami membentuk SDI pada tahun 1911 di Surakarta.

Karir

Dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Samanhudi lahir di Surakarta pada 8 Oktober 1868.

Waktu kecil, Samanhudi memperoleh pendidikan agama Islam dan pendidikan umum di Sekolah Dasar Bumiputera kelas satu di Surabaya.

Di Surabaya, Samanhudi tidak hanya belajar tapi juga bekerja dengan berdagang.

Dengan bekal ilmu yang sudah diperoleh, Samanhudi terjun ke dunia perdagangan batik.

Beliau mengadakan hubungan dagang dengan para pedagang dari berbagai kota, seperti dari Purwokerto, Bandung, Surabaya, dan Banyuwangi.

Baca juga: Bung Tomo, Pahlawan yang Religius Tapi Tolak Poligami

Ia bahkan menjalin hubungan dagang dengan orang-orang Tiongkok dan Arab.

Jiwa dagang sudah ada di dalam dirinya sejak lama, sehingga dengan mudah bisa menarik hati masyarakat.

Berbekal pengalaman terjun langsung dalam bisnis perdagangan, pengetahuannya menjadi semakin luas.

Ditunjuk sebagai Ketua Sarekat Islam

Pada tahun 1912, SDI berganti nama menjadi Sarekat Islam (SI) yang bersifat perkumpulan sosial ekonomi non-politik.

Ini bertujuan untuk memajukan perdagangan, memberi pertolongan kepada para anggotanya yang sedang kesusahan.

Baca juga: Menerobos Hutan Menuju Makam Pahlawan Nasional Cut Meutia

SI juga memajukan kepentingan jasmani dan rohani kaum bumiputera, dan memajukan kehidupan agama Islam.

Samanhudi terpilih sebagai ketua SI Seluruh Indonesia pada tahun 1913.

Meninggal

Pada tahun 1920, kesehatan Samanhudi mulai terganggu dan membuat ia tidak aktif lagi dalam organisasi tersebut.

Kendati kesehatannya menurun, dia terus menginspirasi dengan ide-ide cemerlangnya terhadap pergerakan nasional.

Beliau wafat pada 28 Desember 1956 di Klaten dan dimakamkan di Desa Banaran, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo.

Baca juga: Sultan Himayatuddin Dapat Gelar Pahlawan Nasional, Warga Berdatangan ke Makam

Samanhudi dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No 590 tahun 1961 pada tanggal 09 November 1961.

Museum Samanhudi

Untuk mengenang perjuangan Samanhudi, Yayasan Warna Warni mendirikan Museum Haji Samanhudi di Kampung Batik Laweyan pada tahun 2008.

Sekarang Museum Samanhudi berada Jalan KH Samanhudi No. 75 Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta.

Dikutip dari Kompas.com pada (21/8/2008), Museum Samanhudi menampung sejumlah dokumen yang menceritakan kehidupannya, terutama kisan dan perjuangan hingga masa tua.

Selain itu dipajang gambar, foto, dan dokumen tentang revolusi batik, politik, pendirian Serikat Islam.

Baca juga: Hari Pahlawan, Veteran Ingatkan Generasi Muda Tak Korupsi dan Rakus

Lalu ada juga peran pemerintah kolonial terhadap Sarekat Islam, Samanhudi dan Sarekat Islam, serta Samanhudi pada masa tua.

Gambar atau foto yang dipajang antara lain foto Samanhudi bersama keluarga, dan sejumlah tokoh pergerakan nasional. Tidak ketinggalan, ada foto KH Samanhudi pada puncak kejayaannya sebagai saudagar batik.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: Kemendikbud
Baca tentang
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi