Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia sebagai Negara Agraris, Apa Artinya?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/FARIDA
Para penari dalam tradisi Nyalin di persawahan Desa Dukuhkarya, Kecamatan Rengasdengklok, Karawang, Minggu (13/10/2019) siang.
|
Editor: Nibras Nada Nailufar

KOMPAS.com - Agraris merupakan sektor bidang pertanian. Disebut negara agraris karena sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian. 

Diambil dari buku Mencari Indonesia: Batas-batas rekayasa sosial (2007) karya Riwanto, pertanian menjadi sektor yang diandalkan bagi negara agraris.

Keberadaan petani menjadi penting begi negara agraris untuk turut serta berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tak hanya sebagai negara maritim, Indonesia juga dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduk Indonesia memiliki mata pencaharian sebagai petani atau bercocok tanam.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki banyak sumber daya alam, baik di darat maupun perairan.

Baca juga: Melihat Ritual Nyalin, Warisan Tradisi Agraris dari Karawang

Sektor pertanian juga memliki peran penting untuk meningkatkan perekonomian dan memenuhi kebutuhan pangan.

Selain itu Indonesia juga terkenal dengan hasil perkebunannya, seperti karet, kelapa sawit, tembakau, kapas, kopi, beras, dan tebu.

Keuntungan menjadi negara agraris

  1. Pertanian menjadi salah satu sektor yang menopang perekonomian negara.
  2. Mudah memperoleh hasil pertanian demi memenuhi kebutuhan pangan tanpa harus impor dari luar negeri.
  3. Membantu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mencintai produk lokal.
  4. Terciptanya ketahanan pangan.
  5. Membuka lapangan pekerjaan baru di bidang perkebunan dan pertanian.
  6. Mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar tidak berada di garis kemiskinan.
  7. Terhindar dari krisis bahan pangan.

Pertanian berkelanjutan

Menurut buku Sistem Pertanian Berkelanjutan (2003) karya Karwan Salikin, untuk tetap menjadi negara agraris harus diikuti dengan pola pertanian berkelanjutan.

Baca juga: Mentan: Kostratani Wujud Membangun Ekosistem Pertanian Lewat Digital

Sehingga sektor pertanian maupun perkebunan yang menjadi ciri negara agraris tidak tergerus oleh zaman. Ada tiga alasan pertanian di Indonesia harus berkelanjutan.

Sebagai negara agraris, peran pertanian Indonesia masih dominan dalam sistem perekonomian nasional.

Kontribusi sektor pertanian terhadap produk domestik bruto sekitar 20 persen dan menyerap lebih dari 50 persen tenaga kerja di pedesaan.

Sebagai negara agraris, agrobisnis, dan agroindustri memiliki peran yang sangat vital dalam mendukung pembangunan sektor lainnya.

Sebagai negara agraris, pembangunan pertanian berkelanjutan menjadi keharusan agar sumber daya alam yang ada sekarang ini dapat terus dimanfaatkan untuk kurun waktu yang relatif lama.

Pertanian tetap menjadi salah satu sektor vital untuk mendukung kebutuhan pangan.

Baca juga: Menteri Pertanian RI: Impor Memang Tidak Haram, tetapi…

Negara-negara agraris di Asean

Dilansir dari situs resmi Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), Asia Tenggara adalah salah satu keranjang pertanian paling produktif di dunia.

Pada 2012, negara-negara ASEAN menghasilkan 129 juta ton beras, 40 juta ton jagung, 171 juta ton tebu, 1,44 juta ton kedelai, dan 70,34 juta ton singkong.

Pada 2013, ekspor beras, pemanfaatan domestik, dan rasio swasembada diperkirakan akan meningkat.

Negara-negara ASEAN merupakan negara agrikultur karena memiliki iklim yang sama, yaitu tropis. Serta memiliki dua musim, yaitu kemarau dan hujan.

  • Indonesia

Merupakan negara agraris tropis terbesar di dunia setelah Brazil. Dari 27 persen zona tropis di dunia, Indonesia memiliki 11 persen wilayah tropis.

Indonesia memiliki hasil tani seperti beras, singkong, kacang tanah, tembakau, kedelai, merica, kelapa sawit, teh, gula, dan masih banyak lainnya.

Indonesia pernah menjad swasembada beras pada tahun 1980, namun sudah tidak pernah terjadi lagi. Bahkan Indonesia saat ini harus impor beras dari Thailand dan Vietnam sebagai upaya kerja sama agrikultur.

  • Thailand

 Musim hujan di Thailand berlangsung pada Mei-September akibar hembusan angin dari arah indocina melalui Vietnam dan Laos.

Curah hujan tahunan di Thailand mencapai 2.000-3.000 milimeter. Hasil pertanian utamanya adalah padi. Bahkan saat ini Thailand menjadi gudang beras Asia Tenggara.

Hasil pertanian lainnya seperti jagung, ketela pohon, berbagai buah, karet, dan kayu jati.

Industri yang maju di Thailand adalah industri pengolahan hasil pertanian, salah satunya pengolahan karet.

Baca juga: Ini Pentingnya Teknologi untuk Distribusi Komoditas Pertanian

  • Malaysia

Negara ini terbagi menjadi dua negara bagian, yaitu Malaysia barat dan Malaysia timur yang didominasi pegunungan.

Hasil pertanian Malaysia adalah padi, buah dan sayuran tropis seperti karet kelapa dan kelapa sawit.

  • Myanmar

Wilayah Myanmar membentang dari utara ke selatan. Terbagi menjadi empat wilayah, yaitu pegunungan utara, pegunungan barat, wilayah dataran rendah, dan plato.

Hasil pertaniannya berupa gula tebu, jagung, beras, kacang-kacangan dan masih banyak lainnya.

Dulu Myanmar sebagai negara penghasil beras terbesar di Asia Tenggara. Namun, karena perkembangan teknologi pertanian yang terjadi di negara lainnya membuat Myanmar menduduki posisi ke enam sebagai negara penghasil beras di Asia Tenggara.

  • Vietnam

Vietnam memiliki banyak gunung api dan lembah sungai yang menyebabkan kondisi tanahnya sangat subur. Ini menunjang kegiatan sektor agraris.

Hasil pertanian Vietnam terdiri dari komoditas beras, karet, buah-buahan, jagung, gula, dan tebu.

Meski Vietnam masih tergolong sebagai negara miskin, negara ini mampu memproduksi kacang cashew yang pasarnya sudah memenuhi 1/3 dari kebutuhan dunia.

Menjadi eksportir beras kedua terbesar setelah Thailand. Vietnam memiliki presentasi tertinggi atas penggunaan lahan untuk kepentingan cocok tanam permanen.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: ASEAN
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi