Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Air Laut Asin?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/AKHDI MARTIN PRATAMA
Ladang garam milik PT Garam (persero) di Bipolo, Kupang, NTT, Selasa (14/8/2018).
Penulis: Ari Welianto
|
Editor: Nibras Nada Nailufar

KOMPAS.com - Jika kita jalan-jalan ke pantai dan tidak sengaja menelan air laut saat berenang, rasanya pasti asin dan tidak enak ditelan.

Air laut terasa asin karena terdapat larutan garam di dalamnya. Air laut mengandung sejumlah besar minimal terlarut, mineral-mineral ini yang dikenal dengan garam.

Ada sekitar 3,5 persen perairan lautan terdiri dari garam. Air laut yang berada di garis khatulistiwa cenderung lebih asin, sedangkan perairan di bagian utara lebih segar karena mengandung garam lebih sedikit.

Proses air laut asin

Dilansir dari Kompas.com (8/5/2019), menurut Lembaga Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) ini bermula dengan air laut yang menguap lalu membentuk awan yang bergerak ke arah daratan.

Baca juga: Rahasia Alam Semesta: Air di Darat Terasa Segar, Kok Air Laut Asin?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awan ini akan menurunkan hujan pada daratan tersebut. Dalam siklus ini, yang sering menjadi perhatian adalah air hujan yang jatuh di darat bertemu dengan karbon dioksida di udara sekitar.

Ini membuat hujan air hujan mengandung asam karbonar yang terbentuk dari karbon dioksida dan air. Asam dalam air hujan ini memecah batuan di darat.

Proses ini menghasilkan ion dan mineral yang terpecah dari batu. Ion dan mineral inilah yang kemudian terbawa dalam aliran sungai menuju kembali ke laut.

Itu membuat kosentrasi ion dan mineral di lautan meningkat dan menyebabkan rasa asin.

Badan Geologi AS (USGS) menjelaskan rasa asin berhubungan dengan siklus hujan.

Saat pembentukan awan, hanya air yang menguap. Untuk ion-ion lain seperti, sodium dan klorida (yang membentuk garam) tetap tertinggal.

Baca juga: 3 Pembagian Wilayah Laut Indonesia

Ion-ion itu yang menumpuk itu memberikan rasa asin pada air laut.

Dilansir dari Encyclopaedia Britannica (2015), jika tambahan garam di laut disumbangkan oleh aktivitas hidrotermal atau larutan sisa magma yang bersifat aquesous sebagai hasil differensiasi magma dan vulkanik bawah air.

Kandungan garam di laut rata-rata adalah 35 bagian per seribu, yang mungkin tidak terlalu banyak menghasilkan 120 juta ton garam per mil kubik air laut. Ada sekitar 332.519.000 mil kubik di lautan.

Laut mati adalah mengandung garam paling banyak dalam airnya dan merupakan air paling asing yang ada. Laut mati adalah perairan tanpa saluran keluar.

Baca juga: Indonesia dan 5 Negara Asia Diprediksi Terendam Air Laut pada 2050

Karena mineral yang mengalir ke laut mati tidak bisa lepas, karena tidak ada jalan keluar. Sebanyak 35 persen air laut mati adalah garam.

Ini hampir sekitar sepuluh kali lipat konsentrasi garam di lautan biasa.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi