Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Tokoh Pengibar Bendera Pertama

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Kompas
Upacara penaikan bendera sang merah putih di halaman gedung pegangsaan timur 56 (Gedung Proklamasi). Tampak antara lain Bung Karno, Bung Hatta, Let,Kol. Latief Hendraningrat (menaikkan bendera) Ny. Fatmawati Sukarno dan Ny.S.K Trimurti.
Penulis: Ari Welianto
|
Editor: Nibras Nada Nailufar

KOMPAS.com - Tidak banyak yang tahu siapa itu Latief Hendraningrat, Suhud, dan SK Trimurti.

Ketiga sosok tersebut mempunyai peran penting saat pengibaran Bendera Sang Merah Putih pada Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.

Mereka adalah yang bertugas sebagai petugas pengibar bendera. Tahukah kamu siapa mereka?

Dilansir Kompas.com (15/8/2018),

1. Latief Hendraningrat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raden Mas Abdul Latief Hendraningrat adalah prajurit Pembela Tanah Air (PETA) yang lahir pada 15 Februari 1911.

Baca juga: Setelah Menelusuri, Djarot Pastikan Ilyas Karim Bukan Pengibar Bendera Pertama

Pada masa pendudukan Jepang, pria kelahiran Jakarta itu aktif dalam pelatihan militer yang didirikan oleh Jepang.

Ketika itu, Jepang mendirikan PETA dan Latief bergabung di dalamnya. Prestasi saat ia di pelatihan militer sangat membanggakan. Ia pernah dipercaya menjabat Komandan Kompi yang berpangkat Sudanco.

Itu adalah pangkat di bawah pangkat tertinggi pribumi, yaitu Daidanco atau Komandan Batalion.

Mendengar berita Jepang kalah dari sekutu, menjadi momentum para pemuda waktu itu untuk mempersiapkan kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Para pemuda membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdeklok dan mendesak untuk memproklamasikan kemerdekaan.

Upaya itu berhasil dan akhirnya pembacaan proklamasi kemerdekaan dilakukan di Jalan Pegangsaan Timur 56 pada 17 Agustus 1945.

Baca juga: Kisah Penjaja Ikan Keliling yang Jadi Pengibar Bendera di Istana Negara

Pada peristriwa bersejarah itu, Latief yang waktu berusia 34 tahun dipercaya untuk mengamankan lokasi sebelum pengibaran di mulai.

Dia menempatkan prajuritnya di sekitar Pegangsaan dan mengamankan jalannya acara itu.

Setelah usai pembacaan proklamasi dilakukan pengibaran bendera merah putih.

Latief yang ketika itu memakai seragam tentara Jepang diminta untuk mengibarkan bendera bersama Suhud Sastro Kusomo.

Pasca kemerdekaan, Latief ikut berjuang menghadapi agresi militer Belanda.

Dia, mengamankan Yogyakarta saat menjadi ibu kota Republik Indonesia bersama Jenderal Sudirman. Latief, juga ikut merumuskan taktik gerilya dan rencana serangan Umum 1 Maret 1949.

Baca juga: Ini Formasi Tim Merah, Pengibar Bendera Pusaka di Istana

Usai penyerahan kedaulatan, Latief ditugaskan di Markas Besar (Mabes) Angkatan Darat. Lalu bertugas di Filipina dan Washington.

Setelah kembali ke Indonesia bertugas di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKAD). Selanjutnya menjabat Raktor IKIP Jakarta tahun 1965.

2. Suhud Sastro Kusumo

Suhud merupakan anggota Barisan Pelopor bentukan Jepang. Ia lahir tahun 1920.

Pada peristiwa Proklamasi Kemerdekaan, dia salah satu yang bertugas sebagai pengibar bendera. Suhud bertugas membentangkan bendera yang kemudian ditarik Latief.

Tiga hari sebelum proklamasi, Suhud dipercaya untuk menjaga keluarga Soekarno dari berbagai ancaman.

Pada 16 Agustus 1945, Soekarno dibawa oleh Soekarni dan Chaerul Saleh ke Rengasdengklok. Waktu itu, Suhud tidak curiga dengan kedua pemuda tersebut.

Baca juga: Jalani Sidang Perdana, 5 Pengibar Bendera Bintang Kejora Kenakan Topi Khas Papua

Malam sebelum proklamasi, Suhud diminta untuk mempersiapkan tiang bendera yang dipakai buat mengibarkan bendera merah putih.

Suhud meninggalkan dunia pada 1986 di usia 66 tahun.

3. SK Trimurti

Surastri Karma (SK) Trimurti salah satu perempuan yang bertugas sebagai pengibar bendera saat proklamasi kemerdekaan.

Waktu itu, dia adalah istri dari Sayuti Melik yang merupakan pengetik teks proklamasi kemerdekaan.

SK Trimurti adalah seorang wartawan dan guru yang lahir di Boyolali, 11 Mei 1912. Ia, menjalani pendidikan dasar di Noormal School dan AMS di Surakarta.

Trimurti berprofesi sebagao guru sekolah dasar yang banyak menghasilkan karya tulisan. Dia, sempat dipenjara oleh Pemerintah Belanda karena telah mendistribusikan leaflet anti kolonial.

Baca juga: Pengibar Bendera Bintang Kejora Termasuk Makar? Ini Menurut Komnas HAM

Meski dipenjara, tidak menyurutkannya tetap menulis dan semakin kritis. Pada masa pergerakan tahun 1930, SK Trimurti aktif di Partai Indonesia (Partindo).

Pasca kemerdekaan, Trimurti diangkat sebagai Menteri Tenaga Kerja pertama di Indonesia di bawah Perdana Menteri Amir Syarufuddin pada 1947 hingga 1948.

Trimurti meninggal pada 20 Mei 2008 pada usia 96 tahun di Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta.

 
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi