KOMPAS.com - Revolusi menjadi jargon utama Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Pemilihan Presiden (Pilres) 2014 lalu.
Setelah terpilih, Presiden Jokowi bersama Jusuf Kalla sebagai wakil presiden menerapkan revolusi mental dalam mengelola pemerintahan.
Sebenarnya apa itu revolusi mental?
Sejarah Revolusi Mental
Revolusi Mental bermula dari ajakan Presiden Jokowi untuk mengangkat kembali karakter bangsa. Karena telah mengalami kemerosotan dengan secepat-cepatnya dan bersama-sama (revolusioner).
Baca juga: Peraih Anugerah Revolusi Mental 2019 Diharap Jadi Panutan
Revolusi Mental adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala.
Dilansir dari situs resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), gagasan revolusi mental pertama kali dilontarkan oleh Presiden Soekarno pada peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1956.
Soekarno melihat revolusi nasional Indonesia saat itu sedang mandek. Padahal tujuan revolusi untuk kemerdekaan Indonesia yang seutuhnya belum tercapai.
Revolusi di zaman kemerdekaan adalah sebuah perjuangan fisik, perang melawan penjajah untuk mempertahankan bangsa Indonesia.
Setelah bangsa Indonesia merdeka, sesungguhnya perjuangan belum berakhir. Revolusi masih terus dilakukan, namun lewat cara yang berbeda.
Jika dulu mengangkat senjata, tapi membangun jiwa yang merdeka, mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan perilaku.
Baca juga: Bentuk Revolusi Mental, Khofifah Sarankan Siswa Ziarah Ke Makam Gubernur Pertama Jatim
Lewat cara itu akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain.
Diangkat lagi
Ide dasar itu yang membuat Presiden Jokowi kembali mengaungkan revolusi mental. Jiwa bangsa yang terpenting adalah jiwa merdeka, jiwa kebebasan untuk meraih kemajuan.
Gerakan Revolusi Mental semakin relevan bagi bangsa Indonesia yang saat ini sedang menghadapi tiga masalah pojok, yakni merosotnya wibawa negara.
Kemudian merebaknya intoleransi, dan melemahnya sendi-sendi perekonomian nasional. Gerakan ini terbukti berdampak positif bagi kinerja pemerintah Presiden Jokowi.
Dalam waktu tidak lama, banyak prestasi yang diraih berkat semangat intergritas, kerja keras, dan gotong royong.
Pada Desember 2016, Presiden Jokowi mengeluarkan Intruksi Presiden (Inpres) Nomor 12 Tahun 2016 tentang Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Baca juga: Ketua DPP Nasdem: Surya Paloh Minta Jokowi Fokus Revolusi Mental di Periode Kedua
Inpres ini bertujuan untuk memperbaiki dan membangun karakter bangsa yang mengacu pada nilai-nilai intergritas, etos kerja, dan gotong royong untuk membangun budaya bangsa yang bermartabat.
Lalu modern, maju, makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila.Pada inpres ini gerakan revolusi meliputi lima pogram, yakni;
- Gerakan Indonesia Melayani
- Gerakan Indonesia Bersih
- Gerakan Indonesia Tertib
- Gerakan Indonesia Mandiri
- Gerakan Indonesia Bersatu.
Prinsip Revolusi Mental
Dilansir situs resmi Gerakan Nasional Revolusi Mental, ada delapan prinsip dasar pada revolusi mental, yakni:
- Revolusi Mental adalah gerakan sosial untuk bersama-sama menuju Indonesia yang lebih baik.
- Harus didukung oleh tekad politik (political will) Pemerintah.
- Harus bersifat lintas sektoral
- Kolaborasi masyarakat, saktor privat, akademisi, dan pemerintah.
- Dilakukan dengan program "gempuran nilai" untuk senantiasa mengingatkan masyarakat terhadap nilai-nilai strategis dalam setiap ruang publik.
- Desain program harus mudah dilaksanakan (user friendly), menyenangkan bagi seluruh segmen masyarakat.
- Nilai-nilai yang dikembangkan terutama ditujukan untuk mengatur moralitas publik (sosial) bukan moralitas privat (individu).
- Dapat diukur dampaknya dan dirasakan manfaatnya oleh warga masyarakat.
Baca juga: Fadli Zon Sindir Jargon Revolusi Mental yang Lenyap di Akhir Pemerintahan Jokowi
Capaian empat tahun Revolusi Mental
Berjalan empat tahun Pemerintah Jokowi, Gerakan Revolusi Mental mencapai hasil yang baik.
Ada empat hal yang terlihat pada keberhasilan pencapaian ini, yakni:
- Kebijakan pemerintah yang menyentuh semua lapisan masyarakat.
- Perbaikan fasilitas dan budaya pelayanan yang lebih baik.
- Pelayanan publik dilaksanakan secara transparan, tertib, dan pasti.
- Pembangunan infrastruktur yang berkesinambungan.
Diberitakan Kompas.com (10/5/2014), konsep yang digagas Jokowi lahir dari persoalan bangsa Indonesia. Karakter bangsa harus dibangun secara positif sebagai modal pembangunan Indonesia.
"Ini bukan tiba-tiba, ini lahir dari permasalahan terbesar bangsa kita, yakni masalah karakter bangsa," ujar Jokowi.
Baca juga: Pekan Kerja Nyata Revolusi Mental 2018 Resmi Berakhir
Menurutnya, jika karakter bangsa telah tertanam kuat, maka negara dapat maju dengan pesat. Dia, mencontohkan sejumlah negara yang melakukan penguatan karakter, seperti Jepang dan Jerman.
Mereka memiliki mental yang positif. Untuk mewujudkan menekankan pentingnya pendidikan untuk membangun karakter bangsa.
Penanaman budi pekerti, kedisiplinan, dan sikap positif harus ditanamkan melalui kurikulum pendidikan.
(Sumber: Kompas.com/Fabian Januarius Kuwado | Editor: Laksono Hari Wiwoho)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.