Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PETA: Sejarah Berdirinya, Tugas, dan Tujuan

Baca di App
Lihat Foto
RADITYA HELABUMI
Museum PETA (Pembela Tanah Air) berada di Jalan Jenderal Sudirman, Kota Bogor, Sabtu (30/7). Museum PETA merupakan salah satu museum sejarah di Kota Bogor yang didirikan untuk mengenang perjuangan para tentara PETA dalam merintis kemerdekaan Indonesia. Kompas/Raditya Helabumi (RAD) 30-07-2016 lipsus indeks kota wisata Bogor
Penulis: Ari Welianto
|
Editor: Ari Welianto

KOMPAS.com - Pembela Tanah Air (PETA) merupakan tentara sukarelawan yang dibentuk oleh Pemerintah Jepang saat mengusai bangsa Indonesia periode 1942 hingga 1945.

PETA memiliki peran penting untuk menjaga kemerdekaan bangsa Indonesia meski awalnya bertugas membantu Jepang dalam peperangan Asia Timur Raya.

Bahkan PETA merupakan cikal bakal terbentuknya Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Sejarah PETA

PETA dibentuk oleh Pemerintah Jepang pada 1943 yang bertujuan untuk menghadapi perang Asia Timur Raya dari serangan blok sekutu.

Dalam menghadapi perang tersebut Jepang meminta bantuan dari para pemimpin nasionalis dan Islam.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembentukan PETA diinisiatif oleh orang Indonesia bernama R Gatot Mangkupraja. Ia merupakan seorang pimpinan nasionalis.

Baca juga: Secarik Kisah Pembela Tanah Air

Dilansir Encyclopaedia Britannica (2015), PETA dibentuk setelah adanya Osamu Seirei atau peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Jepang.

Pada pembentukan PETA banyak pemuda dan pelajar bangsa Indonesia yang ikut dan bergabung menjadi tentara sukarelawan.

Mereka mendapat pelatihan fisik oleh tentara Jepang. Mereka bersemangat karena memiliki tujuan untuk mempersiapkan kemerdekaan Bangsa Indonesia.

PETA bukan milik organisasi mana pun tapi langsung di bawah Panglima Tentara Jepang. Tentara PETA dibentuk untuk sebagai tentara teritorial yang berkewajiban mempertahankan wilayahnya.

Anggota PETA tidak hanya memperoleh latihan fisik. Jepang juga mengajak anggota PETA untuk mencintai tanah air dan membangkitkan patriotisme.

Pemerintah Jepang mengatakan kepada anggota PETA jika pelatihan yang diberikan ini bermanfaat untuk melindungi bangsa Indonesia.

Ada 66 batalyon yang terbentuk dan berada di Jawa, tiga batalyon di Bali, dan sekitar 20.000 personel di Sumatera untuk mengamankan daerah. Untuk markasnya ada di Bogor, Jawa Barat.

Baca juga: Kisah Tentara Jepang yang Bersembunyi di Hutan Selama 28 tahun

Tingkatan Pasukan PETA

Dalam PETA, Pemerintah Jepang membagi beberapa tingkatan, yakni:

  1. Daidanco adalah Pasukan PETA yang paling tinggi, yakni batalyon.
  2. Cudanco adalah merupakan pimpinan kompi.
  3. Shodanco adalah prajurit dari masyarakat yang pernah sekolah pada tingkat menengah pertama.
  4. Budanco adalah anggota yang pernah mengenyam bangku pendidikan sekolah dasar.
  5. Giyuhei adalah kelompok anggota PETA yang belum bersekolah.

Merencanakan kemerdekaan

Banyak anggota PETA yang mendapatkan pelatihan merencanakan persiapan kemerdekaan. Karena banyak tokoh Indonesia yang merupakan lulusan PETA, seperti Jenderal Besar Soedirman, Soeharto, Ahmad Yani, dan Supriyadi.

Para tokoh-tokoh Indonesia, seperti Soekarno, Hatta dan lainnya sudah merencanakan kemerdekaan bangsa Indonesia. 

Mereka banyak yang menggerakan masyarakat Indonesia. Namun saat pendudukan Belanda sulit meminta izin mendirikan organisasi.

Pada penjajahan Jepang, beberapa tokoh juga menginiasitif pembentukan organisasi pemuda. Banyak pemuda Indonesia dapat memperoleh rasa intergritas kelompok melalui keanggotaan dalam beberapa organisasi yang dibentuk Jepang.

Pada Maret 1944, Pemerintah Jepang merasa jika PETA melayani kepentingan Indonesia dari pada Jepang. Bahkan terjadi pemberontakan di Blitar pada 14 Februari 1945 yang dipimpin Supriyadi.

Baca juga: Mengintip Bekas Rumah Bordil Zaman Penjajahan Jepang di Grobogan

Diberitakan Kompas.com (3/19/2018), setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, tentara kekaisaran Jepang memerintahkan membubarkan PETA.

Pembubaran PETA terjadi setelah Panglima Tentara ke-16 di Jawa, Jenderal Nagano Yuichito mengucapkan perpisahan pada anggota kesatuan Jepang.

Meski sudah bubar, namun tentara PETA masih membantu dalam perang kemerdekaan saat Belanda mencoba menguasai Indonesia.

Ketika Pemerintah Indonesia membentuk sebuah badan resmi untuk menjaga kedaulatan negara, anggota PETA diajak untuk bergabung.

Pada Harian Kompas edisi 14 Agustus 1970 diberitakan, pemerintah membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR). Tentara PETA yang tersebar dikumpulkan kembali untuk bergabung.

Pemerintah juga memanggil bekas tentara Heiho, Kaigun, dan Kompeiho.

Dari BKR kemudian menjadi Tentara Keselamatan Rakyat, Tentara Republik Indonesia (TRI), dan akhirya berubah sebagai Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada 1947.

(Sumber: Kompas.com/Aswab Nanda Pratama | Editor: Bayu Galih)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi