Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Heiho dan PETA, Organisasi Militer Bentukan Jepang

Baca di App
Lihat Foto
IPPHOS via dokumentasi Harian Kompas
Tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang ikut serta dalam Pemberontakan Blitar di bawah pimpinan Supriyadi dihadapkan pada penguasa Jepang di Jakarta.
|
Editor: Nibras Nada Nailufar

KOMPAS.com - Untuk memenangkan Perang Pasifik melawan negara-negara Barat, Jepang membutuhkan cadangan tentara.

Maka pada 24 April 1943, Jepang mengumumkan pemuda Indonesia disertakan dalam organisasi militer. Kedua organisasi militer yang dibentuk Jepang yakni Heiho dan PETA.

Berikut penjelasannya seperti disadur dari buku Masa Pendudukan Jepang di Indonesia (2019):

Heiho

Heiho adalah barisan prajurit yang langsung ditempatkan dalam struktur militer Jepang.

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Hirohito, Kaisar Terlama di Jepang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggotanya disertakan di Angkatan Darat dan Angkatan Laut Jepang. Ada juga Kempeitai yang merupakan kepolisian.

Jepang memang melihat potensi dan kemampuan para pemuda. Namun Jepang masih meragukan kesetiaan rakyat Indonesia terhadap kepentingan Jepang

Heiho dibentuk sebagai pekerja kasar di satuan militer. Oleh karena itu di Heiho tidak ada perwira yang diangkat dari anggota. Perwiranya orang Jepang.

Anggota Heiho membangun kubu pertahanan, menjaga kamp tahanan, dan membantu tentara di medan perang. Banyak anggotanya yang ikut perang melawan Amerika Serikat di Kalimantan, Irian, hingga Birma (Myanmar).

Baca juga: Serangan Pearl Harbor, Peristiwa yang Mengubah Sejarah Dunia...

Sejak didirikan pada 1943 hingga perginya Jepang pada 1943, jumlah anggota Heiho mencapai 42.000 orang.

Mereka yang direkut berusia 18-25 tahun, berbadan sehat, berkelakuan baik, dan mengenyam pendidikan sekolah dasar.

Di lingkungan Tentara ke-16 (Jawa-Madura), dibuat seksi khusus (Tookubetsu Han) atau Bagian Intelijen yang disingkat Beppan. Para pemudanya dilatih kemampuan intelijen.

Pelatihan dipimpin Letanan Yanagawa. Pelatihan khusus ini akhirnya berkembang menjadi Seinen Dojo (Panti Pelatihan Pemuda) yang berpusat di Tangerang.

Baca juga: Mengenal 3 Sosok Tentara Jepang yang Membantu Indonesia Usir Belanda

Kurikulum Seinen Dojo antara lain semangat, situasi dunia, sejarah perang, spionase, senam, gulat, sumo, renang, menembak, hingga lagu-lagu perang.

Ada yang kebagian tugas memegang senjata antipesawat, tank, artileri, hingga mengemudi.

Lulusan pertaam Seinen Dojo di antaranya Umar Wirahadikusumah, A Kemal Idris, RA Kosasih, dan Daan Mogot.

Heiho adalah organisasi yang paling terlatih kemiliterannya dibanding organisasi lain termasuk PETA.

Baca juga: Jokowi Silaturahim dengan Istri Mantan Wapres Umar Wirahadikusuma

PETA

Karena Heiho masih belum cukup membantu perang, maka Jepang kembali membentuk pasukan.

Di akhir latihan angkatan ke-2 Seinen Dojo, Panglima Letnan Jenderal Kumakichi Harada berencana membikin PETA seolah-olah diinisiasi rakyat sendiri.

Dicarilah orang yang bisa dipercaya Jepang untuk mengajukan surat pada Gunseikan (kepala pemerintah militer).

Orang itu, Gatot Mangkupradja, mengirim surat permohonan dan langsung dikabulkan pada 3 Oktober 1943 dengan dibentuknya PETA atau Pembela Tanah Air secara formal.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Tentara PETA Diresmikan, Cikal Bakal TNI

Kehadiran PETA disambut hangat para pemuda. Mereka yang tadinya terdaftar di Seinendan pun mendaftarkan diri.

Di PETA, ada jenjang kepangkatan. Ada daidanco (komandan batalyon), cudanco (komandan kompi), shodanco (komandan peleton), bundanco (komandan regu), dan giyuhei (prajurit sukarela).

Mereka yang ditunjuk jadi perwira adalah tokoh-tokoh masyarakat yang terkemuka. Sementara di barisan cudanco, kebanyakan guru. Shudanco adalah pelajar sekolah lanjutan sedangkan budanco dan giyuhei dipilih dari sekolah dasar.

Tingkat perwira diperoleh lewat pendidikan khusus. Pendidikan itu dilaksanakan di Bogor dengan nama Korps Latihan Pemimpin Tentara Sukarela Pembela Tanah Air di Jawa (Jawa Boei Giyugun Kanbu Kyoikutai).

Baca juga: PETA, Pasukan Indonesia Bentukan Jepang

Setelah menyelesaikan pelatihan, para calon perwira ini ditempatkan di berbagai daerah (batalyon) di sepanjang Jawa, Madura, dan Bali.

Namun berbeda dengan Heiho, PETA tidak dimasukkan resmi ke struktur militer Jepang. PETA berfungsi sebagai pasukan gerilya yang membantu Jepang melawan serangan musuh tiba-tiba.

Hingga akhir kependudukan Jepang, diperkirakan ada 37.000 anggota PETA di Jawa dan 20.000 di Sumatra. Di sana, PETA lebih populer dengan nama Giyugun (prajurit-prajurit sukarela).

Jenderal Sudirman adalah salah satu jebolan PETA.

Baca juga: Pak Supadi, Saksi Hidup Perjuangan Jenderal Sudirman di Pacitan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi