Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lada, Rajanya Rempah-rempah Dunia Ada di Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Lada
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Lada sering disebut juga merica, menjadi rempah-rempah yang banyak diburu orang karena khasiatnya.

Lada adalah rempah-rempah yang paling banyak digunakan dalam masakan di dunia, sehingga lada dijuluki King of Spice.

Ladang lada terbesar terletak di Indonesia, sehingga tidak sedikit negara-negara yang datang untuk membeli, berdagang, bahkan sampai ingin merebut wilayah Indonesia, khususnya Pulau Sumatera.

Produksi lada di Sumatera

Dilansir dari situs resmi Portal Informasi Indonesia, Jambi sudah dikenal sebagai daerah penghasil lada Nusantara. Banyak orang Eropa yang bersaing untuk meguasai perdagangan rempah-rempah tersebut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebenarnya lada bisa dijumpai dari Sabang sampai Merauke, namun Jambi menjadi daerah penting sebagai pusat lada.

Baca juga: BUMN Lirik Resi Gudang Untuk Ekspor Lada

Selain Jambi, wilayah Sumatera yang juga menghasilkan lada adalah Palembang, Bengkulu, Lampung, Aceh, dan Tapanuli.

Untuk mendapatkan lada ini, para saudagar kaya atau pedagang harus melakukan penjelajahan laut.

Perdagangan lada terbesar memang terjadi di Pulau Sumatera. Terdapat tiga bagian, yaitu pesisir sebelah utara pantai barat Sumatera (Barus, Singkil, dan Meulaboh).

Kemudian kawasan bagian selatan pesisir barat Sumatera (Indrapura, Bengkulu, dan Lampung), serta kawasan bagian tengah dan selatan timur Sumatera (Jambi, Aceh, Pedir, dan Palembang).

Lada Jambi

Lada menjadi salah satu komoditas perdagangan unggulan dari wilayah Sumatera.

Kegunaan lada pada zaman sulu tidak hanya sebatas sebagai perasa dan penambah rasa dalam makanan. Di Jambi, lada juga menunjukkan status sosial bagi pemiliknya.

Diambil dari buku Perdagangan Lada di Jambi Abad XVI-XVIII (2018) karya Dedi Arman menjelaskan, jaringan perdagangan dan pelayaran di Jambi pada era awal meliputi dua jalur utama, yaitu:

Pemain atau pedagang lada di Jambi terbagi menjadi empat, yaitu petani lada Minangkabau, Portugis, China, dan Belanda. Keempatnya memainkan peran masing-masing, ada di jalur Sungai Batanghari dan pasar internasional.

Lada Aceh

Tak hanya di Jambi, Aceh juga terkenal dengan produksi lada dan perdagangan internasionalnya. Pada abad ke 17, Aceh menjadi pusat perdagangan lada terbesar di dunia.

Diawali oleh Kapten Carnes dari Kota Salem, Massachusetts, Amerika yang tidak sengaja datang di Aceh pada tahun 1793.

Baca juga: Mengembalikan Kejayaan Lada Bangka Belitung...

Situs resmi New England Historical Society, mengatakan Kota Salem menjadi salah satu negara langganan yang mengambil lada terbanyak dari Aceh.

Meski awalnya Kapten Carnes tidak memberitahukan informasi lada di Aceh, ternyata banyak kapal lain yang secara diam-diam mengikutinya dan berhasil berlabuh di Aceh.

Hasil panen lada dari Aceh dibawa dan dijual ke seluruh Amerika. Skala besar hasil lada Aceh yang berhasil dibawa oleh kapal Amerika dijual ke Eropa dengan laba yang besar, mencapai 700 persen.

Bahkan sampai saat ini lambang Kota Salem terdapat pakaian tradisional Aceh yang sedang menunggu kapal dengan latar belakang kapal yang berlayar.

Manfaat kekayaan lada

Dilansir dari Kompas.com, salah satu manfaat lada hitam diungkapkan dalam penelitian tim dari Universitas Kansas, Amerika Serikat dapat menyingkrikan zat kimia heterocyclic amines (HCAs) yang bisa menyebabkan kanker.

HCAs biasanya terbentuk ketika daging dimasak dalam suhu tinggi.

Lada juga mampu mengatasi masalah pencernaan. Beberapa bukti penelitian menunjukkan lada hitam merangsang sekresi enzim pencernaan yang membuat kita merasa kenyang dan memperlancar makanan yang dicerna agar masuk ke usus halus.

(Sumber:Kompas.com/Lusia Kus Anna)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi