KOMPAS.com - Di awal kemerdekaan, Indonesia disegani negara lain karena politik luar negerinya.
Presiden Soekarno menolak Indonesia mengekor dua negara adidaya kala itu, Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Indonesia memilih berdiri bersama negara-negara bekas koloni barat lainnya dalam Gerakan Non-Blok.
Tahukah kamu bagaimana gerakan itu terbentuk? Berikut sejarah terbentuknya Gerakan Non-Blok seperti dikutip dari situs resmi Gerakan Non-Blok:
Sejarah terbentuknya Gerakan Non-Blok
Setelah berhasil memerdekakan diri dan meraih pengakuan dunia, Indonesia menggelar Konferensi Asia Afrika (KAA).
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Konferensi Asia-Afrika Berakhir, Serukan Perdamaian
KAA digelar di Bandung pada April 1955 dan dihadiri 29 pemimpin dari Asia dan Afrika.
Konferensi itu membahas masalah-masalah yang dihadapi negara-negara bekas koloni Barat yang baru berkembang.
Dalam KAA juga disepakati prinsip dasar hubungan internasional yang dikenal sebagai Dasasila Bandung.
Namun KAA tak cukup. Sebab, ada negara berkembang yang baru merdeka juga, yakni Yugoslavia yang berada di luar Asia dan Afrika.
Maka setelah KAA Bandung, pada tahun 1956 ada pula Deklarasi Brijuni yang digelar di Pulau Brijuni, Yugoslavia.
Baca juga: Konferensi Asia-Afrika, Saat Bandung Membuat Takjub Dunia...
Deklarasi itu ditandatangani Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, dan Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser.
Jawaharlal Nehru dan para pemimpin negara berkembang tak ingin terseret pertarungan politik AS dengan Uni Soviet.
Usai Perang Dunia II, AS dan Uni Soviet terlibat dalam Perang Dingin. Perang Dingin adalah ketegangan politik yang terjadi antara Barat (Amerika Serikat dan sekutu NATO) dengan Uni Soviet dan negara-negara satelitnya.
Keduanya berebut ideologi. AS dengan demokrasinya melawan Uni Soviet dan komunismenya.
Yang jadi sasarannya, negara-negara berkembang yang baru merdeka seperti Indonesia dan India.
Baca juga: Sejarah Berdirinya ASEAN, dari Peradaban Kuno hingga Perang Dingin
Kondisi ini membuat Jawaharlal Nehru dan pemimpin dunia lainnya menginisiasi Gerakan Non-Blok. GNB terbentuk lewat Konferensi Beograd yang digelar pada 1961.
Sebanyak 25 negara yang turut serta yakni Afghanistan, Algeria, Yaman, Myanmar, Kamboja, dan Sri Lanka. Kemudian Kongo, Kuba, Cyprus, Mesir, Ethiopia, Ghana, dan Guinea.
Lalu India, Indonesia, Irak, Lebanon, Mali, Maroko, Nepal, Arab Saudi, Somalia, Sudan, Suriah, Tunisia, dan Yugoslavia.
Lima tokoh penting yang jadi penggagas yakni Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito, PM India Jawaharlal Nehru, Presiden Indonesia Soekarno, Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, dan PM sekaligus Preiden Ghana Kwame Nkrumah.
Tujuan Gerakan Non-Blok
Dikutip dari situs Kementerian Luar Negeri, GNB berketetapan untuk mendirikan suatu gerakan, bukan organisasi.
Baca juga: Cerita Megawati Saat Jadi Delegasi Termuda Konferensi Gerakan Non-Blok Pertama
GNB tidak menjadikan negara pasif dalam politik internasional, melainkan untuk menformulasikan posisi sendiri secara independen yang merefleksikan kepentingan negara-negara anggotanya.
Tujuan utama GNB semula mengupayakan hak menentukan nasib sendiri, kemerdekaan nasional, kedaulatan,dan integritas nasional negara-negara anggota.
Tujuan penting lainnya adalah penentangan terhadap apartheid; dan tidak memihak pada pakta militer multilateral.
GNB juga menentang segala bentuk dan manifestasi imperialisme; perjuangan menentang kolonialisme, neo-kolonialisme, rasialisme, pendudukan, dan dominasi asing.
GNB mendukung perlucutan senjata; tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain dan hidup berdampingan secara damai.
Baca juga: 5 Negara yang Dapat Bantuan dari Uni Soviet Sejak Era Perang Dingin
GNB menolak penggunaan atau ancaman kekuatan dalam hubungan internasional.
GNB juga berkomitmen dalam pembangunan ekonomi-sosial dan restrukturisasi sistem perekonomian internasional; serta kerja sama internasional berdasarkan persamaan hak.
Setelah tahun 1970-an, setelah Perang Dingin berakhir, hingga saat ini, GNB lebih banyak berfokus pada masalah ekonomi dunia.
Konferensi GNB digelar setiap tiga tahun sekali. Sekarang ada 120 anggota, 17 negara pengamat, dan 10 organisasi internasional yang tergabung dalam GNB.
GNB adalah pengelompokan negara-negara terbesar setelah Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Baca juga: Daftar Negara di Dunia dan Ibu Kotanya