Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jenis-jenis Inflasi yang Bisa Terjadi

Baca di App
Lihat Foto
THINKSTOCKS/TANG90246
Ilustrasi inflasi
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Inflasi yang terjadi di sebuah negara memicu krisis ekonomi. Banyak negara yang menghindari atau menekan laju pertumbuhan inflasi.

Dilansir dari situs resmi Bank Indonesia, inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dan berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu.

Dikatakan inflasi jika kenaikan harga barang tidak hanya satu atau dua saja melainkan keseluruhan dan memengaruhi kenikan harga barang lainnya.

Berdasarkan jenisnya, inflasi terbagi menjadi tiga, yaitu:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inflasi berdasarkan sifatnya

Berdasarkan sifatnya, inflasi dibagi menjadi empat kategori utama, yakni:

Inflasi yang besarnya kurang dari 10 persen per tahun. Inflasi dibutuhkan dalam ekonomi karena akan mendorong produsen untuk memproduksi lebih banyak barang dan jasa.

Baca juga: BI: Hujan Pengaruhi Harga Komoditas Penyumbang Inflasi

Inflasi yang besarnya antara 10-30 persen per tahun. Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif besar. Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi dua digit, misalnya 15 persen, 20 persen, dan 30 persen.

Inflasi berat merupakan inflasi yang besarnya antara 30-100 persen per tahun. Misalnya inflasi yang terjadi pada pertengahan dekade 1960-an yang mencapai 600 persen di Indonesia.

Inflasi yang ditandai oleh naiknya harga secara drastis hingga mencapai empat digit atau diatas 100 persen.

Pada kondisi tersebut, masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang karena nilainya sangat turun. Sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang.

Inflasi berdasarkan sebabnya

Inflasi berdasarkan sebabnya terbagi menjadi dua, yakni:

Inflasi ini terjadi sebagai akibat permintaan yang tidak diimbangi oleh peningkatan jumlah penawaran produksi.

Sesuai dengan hukum permintaan, jika permintaan banyak sementara penawaran tetap maka harga akan naik. Jika hal tersebut berlangsung lama akan mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan.

Sehingga untuk mengatasinya diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja baru.

Baca juga: Januari 2020, BI Prediksi Inflasi Hanya 0,41 Persen

Inflasi disebabkan karena kenaikan biaya produksi yang disebabkan oleh kenaikan biaya input atau biaya faktor produksi.

Akibat naiknya biaya tersebut, ada dua hal yang bisa dilakukan produsen yaitu:

Langsung menaikkan harga pokok produknya dengan jumlah penawaran yang sama atau,
Harga produk dinaikkan karena penurunan jumlah produksi.

  • Bottle neck inflation

Inflasi dipicu oleh faktor penawaran atau faktor permintaan. Jika dikarenakan faktor penawaran maka persoalannya adalah kapasitas yang ada sudah terpakai, tetapi permintaannya masih banyak sehingga menimbulkan inflasi.

Jika inflasi disebabkan faktor permintaan karena adanya likuiditas yang lebih banyak, baik itu berasal dari sisi keuangan atau akibat tingginya ekspetasi terhadap permintaan baru.

Inflasi berdasarkan asalnya

Inflasi berdasarkan asalnya terbagi menjadi:

  • Berasal dari dalam negeri (domestic inflation)

Inflasi yang timbul akibat adanya defisit dalam pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara.

Untuk mengatasinya, pemerintah biasanya melakukan kebijakan mencetak uang baru.

  • Berasal dari luar negeri (imported inflation)

Inflasi yang timbul karena negara yang menjadi mitra dagang mengalami inflasi yang tinggi.

Kenaikan harga di luar negeri atau negara mitra dagang utama yang secara langsung maupun tidak langsung akan menimbulkan kenaikan biaya produksi dalam negeri.

Kenaikan biaya, biasanya akan dibarengi dengan kenaikan harga-harga barang.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi