Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Reaksi Bangsa Indonesia Terhadap Kedatangan Portugis

Baca di App
Lihat Foto
Gaspar Correia
Gambar Malaka setelah ditaklukkan Portugis pada 1511. Pemandangan digambar oleh sejarawan Gaspar Correia dalam karyanya Lendas da Índia yang ditulis di abad ke-16.
|
Editor: Nibras Nada Nailufar

KOMPAS.com - Sebelum bangsa Eropa datang dan menjajah, rakyat Indonesia hidup di bawah kekuasan kerajaan-kerajaan Nusantara.

Bangsa Eropa yang pertama datang untuk menjajah adalah Portugis. Sama seperti Belanda, Portugis berusaha menguasai Nusantara dan kekayaannya.

Bangsa Indonesia awalnya menyambut ramah kedatangan Portugis. Namun rakyat berbalik melawan setelah mengetahui niat tamak Portugis.

Berikut reaksi bangsa Indonesia terhadap Portugis seperti Dikutip dari A History of Modern Indonesia since c. 1200 (2008) karya M C Ricklefs:

Baca juga: Kedatangan Portugis ke Indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlawanan Kesultanan Malaka

Pada 1509, Portugis mengutus Diogo Lopes de Sequeira. Ia diminta untuk menemukan Malaka, menjalin persahabatan dengan penguasa setempat, dan menetap di sana sebagai wakil raja Portugal wilayah sebelah timur India.

Setibanya di Malaka, Sequeira disambut dengan ramah oleh penguasa Kesultanan Malaka, Sultan Mahmud Syah.

Namun para pedagang Islam internasional yang ada di Malaka meyakinkan sang sultan bahwa Portugal merupakan ancaman berat.

Sultan Mahmud Syah pun berbalik melawan Sequeira. Anak buah Sequiera ditangkap dan dibunuh. Empat kapal Portugis berusaha diserang sebelum akhirnya berlayar ke laut lepas.

Baca juga: Jatuhnya Malaka ke Tangan Portugis

Portugis belajar, satu-satunya cara memperkokoh kuasanya dengan penaklukan. Maka, pada April 1511, Portugis mengutur Alfonso de Albuquerque berlayar dari Goa ke Malaka dengan 1.200 prajurit dan 18 kapal.

Malaka jatuh ke tangan Portugis. Peperangan segera dimulai dan berlangsung secara sporadis sepanjang Juli hingga awal Agustus.

Perlawanan Kesultanan Aceh

Setelah Portugis menguasai Malaka pada 1511 dan memonopoli perdagangan di sana, para pedagangan Islam pindah ke Aceh.

Aceh yang tadinya berupa pelabuhan kecil pun tumbuh menjadi titik perdagangan yang kuat. Tak senang dengan hal ini, Portugis berusaha menguasai Aceh juga.

Baca juga: Rempah-rempah Khas di Indonesia

Dikutip dari Sejarah Indonesia: Masuknya Islam Hingga Kolonialisme (2020), Aceh melawan Portugis hingga abad ke-17.

Di bawah kepempinan raja pertama, Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1530), Aceh berhasil menyergap kapal-kapal Portugis dan mendapat meriam.

Kemudian di masa Sultan Alaudin Riayat Syah (1537-1568), Portugis bekerja sama dengan musuh Kesultanan Aceh yakni Kesultanan Johor.

Aceh dengan meriam yang lebih banyak dari Portugis, menaklukkan daerah-daerah di sekitarnya mulai dari Pidie, Deli, Pedir, Pasai, hingga wilayah kekuasaan Johor.

Aceh menjadi sangat kuat ketika dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636).

Aceh mendapat bantuan dari Turki, Persia, dan Gujarat (India). Beberapa pedagang muslim di Jawa bahkan mengirimkan kapal, prajurit, dan makanan.

Baca juga: Tujuan Bangsa Eropa Datang ke Indonesia

Aceh tercatat menyerang Portugis dan sekutunya Johor berkali-kali di antaranya pada 1614, 1617, dan 1629.

Perlawanan Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore

Tak lama setelah menetap di Malaka, Portugis di bawah pimpinan Francisco Serrao pun mencoba berlayar ke Timur.

Pada 1512, kapal Portugus tiba di Hitu, Ambon sebelah utara. Penguasa setempat menyambut ramah karena terkesan akan keterampilan perang yang ditunjukkan Portugis.

Di kepulauan Maluku, Portugis disambut baik karena membawa bahan panganan dan membeli rempah-rempah yang dijual di sana.

Pada 1522, Portugis bersekutu dengan Ternate yang sedang bersaing dengan Tidore.

Namun hubungan baik Ternate dengan Portugis tak bertahan lama. Portugis membangun benteng di sana dan memonopoli perdagangan.

Baca juga: Ternate dan Tidore, Pusat Rempah Dunia

Hubungan Portugis dengan penguasa yang beragama Islam menjadi tegang karena Portugis berusaha membuat rakyat berpindah keyakinan ke Katolik.

Orang-orang Portugis juga tidak sopan dan tidak menyenangkan penduduk setempat.

Penguasa Portugis juga terlalu campur tangan dengan urusan kerajaan-kerajaan.

Kemudian pada 1575, orang-orang Portugis diusir dari Ternate setelah terjadi pengepungan yang berlangsung lima tahun.

Portugis pun pindah ke Tidore dan membangun sebuah benteng baru pada 1578.

Rakyat Ternate akhirnya bersatu dengan Tidore melawan Portugis pada 1565. Setelah Sultan Hairun dibunuh, putranya, Sultan Baabullah melanjutkan perlawanan.

Baca juga: Sejarah Rendang dan Hubungannya dengan Bangsa Portugis

Pada 1574, benteng Portugis direbut. Portugis bertahan di Indonesia timur hingga 1605.

Portugis diusir dari Maluku setelah kongsi dagang Belanda, VOC, tiba di Maluku. Portugis terpukul mundur ke Timor Leste.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi