Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Reaksi Bangsa Indonesia Terhadap Kedatangan Belanda

Baca di App
Lihat Foto
Andries van Eertvelt
Lukisan yang menggambarkan kapal-kapal Belanda ?Overijssel?, ?Vriesland?, ?Mauritius? dan ?Hollandia? kembali ke Amsterdam dari ekspedisi kedua mereka di East Indies (Indonesia) pada 1599. Lukisan dibuat oleh Andries van Eertvelt berdasarkan lukisan gurunya, Hendrick Cornelisz Vroom (1566-1640) yang diabadikan di Rijksmuseum, Amsterdam.
|
Editor: Nibras Nada Nailufar

KOMPAS.com - Kedatangan Belanda di Indonesia pada akhir abad ke-16 awalnya untuk berdagang.

Reaksi rakyat pribumi saat itu beragam. Ada yang menolak, namun ada yang menyambut ramah bahkan bekerja sama.

Dikutip dari A History of Modern Indonesia since c. 1200 (2008) karya MC Ricklefs, Belanda pertama tiba di Nusantara pada 1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman.

Di Banten, tempat Belanda pertama mendarat di Nusantara, Belanda awalnya disambut baik.

Namun sikap bangsa Belanda yang kerap memaksa membuat Belanda akhirnya diusir oleh Kesultanan Banten.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

 Baca juga: Kedatangan Belanda di Indonesia

Setelah Belanda berlayar di sepanjang pantai utara Jawa untuk menuju ke timur, konflik kerap terjadi.

Di Sidayu, Gresik, Belanda kehilangan 12 anak buahnya yang tewas dalam serangan yang dilancarkan rakyat Jawa.

Di lepas pantai Madura, Belanda membunuh seorang penguasa setempat.

Penguasa itu tengah mendayung perhunya untuk mendekati kapal Belanda untuk berbicara dengan mereka.

Ekspedisi kedua

Pada upaya ekspedisi kedua, baru Belanda menerima sambutan baik.

Di bawah pimpinan Jacob van Neck, pada 1598, kedatangan Belaanda disambut baik oleh Banten.

 Baca juga: Sejarah Ganja di Indonesia: Dilarang Belanda hingga Diusulkan Diekspor

Setelah berdagang di Tuban, van Neck dan rombongan melanjutkan perjalanan ke timur.

Mereka singgah di Tuban dan tiba di Maluku pada 1599.

Jacob van Neck menjadi penjelajah pertama Belanda yang sampai di 'Kepulauan Rempah-rempah' Maluku.

Sesampai di Maluku, Belanda disambut ramah.

Bahkan Kesultanan Ternate bekerja sama dengan Belanda pada 1605 untuk berperang mengusir Portugis yang lebih dulu memonopoli perdagangan di sana.

Lihat Foto
Abraham Van Stolk
Pembantaian warga China di Batavia pada 1740 oleh tentara Belanda.
Perlawanan rakyat terhadap Belanda

Keuntungan berlipat dari perdagangan di Nusantara membuat para pengusaha Belanda berlomba-lomba ke sana.

 Baca juga: Tujuan Bangsa Eropa Datang ke Indonesia

Belanda sampai membuat kongsi dagang Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). Namun kehadiran VOC di Indonesia belakangan menyengsarakan rakyat.

Berbagai perlawanan dilakukan rakyat Indonesia. Berikut perlawanan rakyat Indonesia terhadap bangsa Belanda:

  • Perlawanan Kesultanan Aceh di bawah Sultan Iskandar Muda (1607-1639)
  • Perlawanan Kesultanan Ternate dan Tidore
  • Perlawanan Kesultanan Banten di bawah Sultan Agung (1628)
  • Perlawanan Kesultanan Banten di bawah Sultan Ageng Tirtayasa
  • Perlawanan Kesultanan Gowa dipimpin Sultan Hasanuddin (1667)
  • Perlawanan Kerajaan Siak Sri Indrapura di Riau (1751)
  • Perlawanan orang China di Batavia (1740)
  • Perlawanan rakyat Jawa di bawah Pangeran Mangkubumi dan Mas Said

Setelah VOC bubar, Indonesia berada di bawah kolonialisme Kerajaan Belanda. Pemerintah Hindia Belanda mengatur segala aspek kehidupan di Nusantara.

Perlawanan terus dilakukan terhadap kekejaman pemerintah kolonial. Berikut sejumlah perang yang meletus:

 Baca juga: Reaksi Bangsa Indonesia Terhadap Kedatangan Portugis

  • Perang Tondano (1808-19809)
  • Perang Pattimura (1817)
  • Perang Padri (1821-1837)
  • Perang Diponegoro atau Perang Jawa(1825-1830)
  • Perang di Bali (Puputan Bayu)(1771-1773)
  • Perang Banjar (1859)
  • Perang Aceh (1873-1912)
  • Perang Batak (1878)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi