Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keanggotaan Indonesia di OKI

Baca di App
Lihat Foto
dok. Kementerian Luar Negeri
kelompok kerja Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk perdamaian dilakukan di sela-sela Sidang Majelis Umum (SMU) PBB ke-74.
|
Editor: Nibras Nada Nailufar

KOMPAS.com - Indonesia tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

OKI adalah organisasi internasional terbesar kedua setelah Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

OKI awalnya dibentuk sebagai wadah yang menampung negara-negara Islam.

Keanggotaan Indonesia di OKI sempat menuai kontroversi. Ini karena Indonesia bukan negara Islam.

Berikut sejarah keanggotaan Indonesia di OKI seperti ditulis oleh Peneliti Bidang Perkembangan Politik Internasional LIPI Muhammad Fakhry Ghafur di situs LIPI:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

 Baca juga: Organisasi Kerja Sama Islam (OKI): Sejarah, Tujuan, dan Anggota

Berdirinya OKI

Pembentukan OKI awalnya dilatarbelakangi keprihatinan negara-negara Islam atas berbagai masalah yang diahadapi umat Islam.

Salah satu pemicunya, pembakaran Masjid Suci Al-Aqsa pada tanggal 21 Agustus 1969 oleh zionis Israel.

Para pemimpin dari 24 negara Islam pun mengadakan Konferensi di Rabat, Maroko, pada tanggal 25 September 1969.

Indonesia termasuk dalam 24 negara yang hadir di konferensi pertama OKI.

 Baca juga: Peran Indonesia dalam OKI

Keanggotaan Indonesia

Keanggotaan Indonesia di OKI sempat menjadi perdebatan di antara negara-negara OKI maupun di dalam negeri.

Ketika Piagam OKI pertama disusun pada tahun 1972, Indonesia menolak untuk menandatanganinya dan menahan diri untuk menjadi anggota resmi.

Ini dikarenakan berdasarkan UUD 1945, Indonesia bukanlah negara Islam.

Demikian juga dengan arah kebijakan politik luar negeri Indonesia yang Bebas Aktif, tidak mendasarkan pada nilai-nilai Islam.

Sejak saat itu peran Indonesia di OKI mengalami pasang surut. Pada tahun-tahun pertama peran Indonesia di OKI masih terbatas.

 Baca juga: Wapres: Kita Bersama OKI dan PBB Berusaha Bujuk AS dan Iran Tak Perang

Namun, karena tuntutan aspirasi dan politik dalam negeri, maka Indonesia memulai aktif berperan di OKI.

Khususnya sejak dekade 1990-an, ketika presiden Soeharto untuk pertama kalinya hadir dalam KTT ke-6 OKI yang diselenggarakan di Senegal, Desember 1991.

Kehadiran presiden Soeharto tersebut menjadi langkah awal perubahan kebijakan politik luar negeri Indonesia untuk berpartisipasi lebih aktif di OKI.

Negara Asia Tenggara (ASEAN) yang menjadi anggota OKI hanya Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darusalam.

Ini dikarenakan hanya ketiga negara itu yang mayoritas penduduknya muslim.

 Baca juga: Pimpin Kelompok Kerja OKI, Menlu Retno Ingin Hentikan Islamofobia

Peran Indonesia di OKI

Meski Indonesia tak terlalu menonjol di OKI, Indonesia punya peranan penting. Berikut peran Indonesia di OKI:

  • Mengakui kemerdekaan Bangladesh dari Pakistan
  • Membela Pakistan dalam konflik dengan India
  • Menyelesaikan pertikaian Moro dengan pemerintah Filipina
  • Menjadi tuan rumah
  • Memperjuangkan kedaulatan Palestina
  • Mendukung reformasi OKI

 Baca juga: Menlu RI Dorong Negara OKI Solidkan Dukungan ke Palestina

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: LIPI
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi