KOMPAS.com - Tata surta adalah susunan benda-benda langit yang berputar mengelilingi matahari sebagai pusatnya.
Tata surya terdiri dari planet, satelit, planet kerdil, meteoroid, planetoid atau asteroid, komet.
Delapan planet berturut dari yang paling dekat Matahari adalah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
Mereka mengitari matahari pada lintasan atau orbit masing-masing.
Tahukah kamu bagaimana cara pembentukan tata surya?
Baca juga: Mengenal Anggota Tata Surya, dari yang Terbesar sampai yang Terkecil
Teori-teori pembentukan tata surya
Dikutip situs www.planetarium.jakarta.go.id, terdapat beberapa tokoh yang menonjol mengenai teori mengenai dugaan pembentukan tata surya.
Terkadang teori-teori tersebut menimbulkan pertentangan dalam landas acu dan analisisnya. Namun, akhirnya banyak yang saling menunjang satu sama lain.
Berikut teori-teori tersebut, yakni:
- Vortex model
Teori hipotesis kosmogoni modern yang pertama diperkenalkan oleh filsuf dan ahli matematika Prancis, Rene Descartes pada 1642.
Ia menyatakan jika tata surya berasal dari awan partikel yang berputar mirip pusaran air dengan orbit mendekati lingkaran.
Cikal bakal Matahari berada di pusat dan calon planet berada pada pusaran utama (piringan cakram materi pembentuknya), sedangkan satelit ada pada pusaran tambahan di sekitar pusaran calon planet.
Baca juga: Venus, Planet Paling Terang di Tata Surya
- Hipotesis Nebula
Teori nebula menyebutkan bahwa tata surya berasal dari proses kondensasi (menggumpal) kabut materi berwujud materi campuran gas dan debu yang berukuran jauh lebih besar dari ukuran tata surya.
Materi-materi tersebut banyak ditemui di alam semesta. Lambat laun materi berbutar berotasi dan tidak lepas dari interaksi gaya gravitasi.
Pada teori tersebut, massa materi terkumpul di pusat. Akibat putaran, maka pusat makin padat akan semakin panas.
Kemudian terbentuklah protostar. Proses tersebut disebut kondensasi utama (penggumpalan utama).
Sementara di sayap cakram pun terjadi proses kondensasi berikutnya dalam bentuk cincin-cincin materi yang membentuk protoplanet hingga protosatelit.
Kadang bila nebulanya bermassa sangat besar, akan terjadi tahapan kondensasi yang berulang dan ini disebut proses fragmentasi.
Baca juga: Struktur Bumi: Lapisan dan Penjelasannya
Teori nebula pertama kali diutarakan oleh astronom Swedia, Emanuel Swedenborg pada 1734. Kemudian ide tersebut disambut oleh ilmuan Jerman Immanuel Kant pada 1755.
Lewat bukunya Allgemeine Naturgeschichte und Theorie des Himmels. Pada 1796 ilmuan Prancis, Marquis Pierre Simon de Laplace melengkapi lewat buku Exposition du systeme du monde.
- Hipotesis planetasimal
Pada 1900, astronom Amerika Serikat, Forest Ray Moulton menunjukan ketidaksesuaian antara hipotesis nebula dengan hasil observasi berbasis penelitian.
Pada 1904-1905, besama bersama pakar geologi, Thomas Chrowder Chamberlain menawarkan ide baru, yaitu hipotesis planetesimal. Pengamatannya terhadap bentuk nebula spiral makin menguatkan pandangannya.
Dilansir Encyclopaedia Britannica (2015), planetesimal adalah salah satu dari sekumpulan benda yang berteori telah bergabung untuk membentuk Bumi dan planet-planet lain setelah mengembun dari konsentrasi materi difus di awal sejarah tata surya
Gumpalan terbesar berada di pusat kabut pilin dan menjadi matahari, sedangkan gumpalan-gumpalan yang lebih kecil menjadi planet-planet yang secara bersama-sama berevolusi terhadap matahari (beredar mengelilingi matahari).
Baca juga: Gejala Alam di Atmosfer dan Pengaruhnya bagi Bumi
- Teori pasang surut
Teori pasang surut pertama kali dikemukakan oleh Georges-Louis Leclerc Comte de Buffon (1707-1788).
Disebutkan jika tata surya berasal dari materi matahari yang terlempar setelah bertabrakan doengan sebuah komet.
Namun, teori tersebut diperbaiki oleh astronom Inggris, James Hopwood Jeans pada 1917.
Dalam teori tersebut, James menyatakan jika tata surya diperkirakan terbentuk akibat melintasnya sebuah bintang dekat matahari.
Sebagian materi Matahari tersedot dan terlempar ke luar kemudian membentuk planet-planet.
- Teori bintang ganda
Pada 1930-an, Ray Lyttleton menyimpulkan jika matahari awalnya merupakan sistem bintang ganda. Kemudian Pasangan Matahari mengalami tabrakan dengan bintang lain.
Sisa ledakannya membentuk planet. Alternatif berikutnya adalah sistem bintang bertiga dan dua bintang teman Matahari bertumbukan yang akhirnya menjadi planet-planet.
Baca juga: Perubahan Kenampakan Bumi, Faktor dan Dampaknya
- Teori awan antar bintang
Pada teori tersebut jika matahari melewati daerah awan materi yang padat. Melalui proses penarikan materi akhirnya terbentuk cakram materi di sekitar matahari.
Berpusar, kemudian terbentuklah planet. Teori tersebut diutarakan oleh astronon Soviet, Otto Schmidt pada 1943.
Banyak astronom Soviet yang bergabung dan fokus pada teori ini. Bahkan Lyttleton juga berkenan turut memodifikasinya berbasis mekanisme penggumpalan awan materi (mirip planetesimal).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.