Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondisi Ekonomi pada Masa Demokrasi Liberal

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Kompas
Konferensi Meja Bundar, 23 Agustus 1949, antara lain memutuskan, sebagai imbalan penyerahan kedaulatan kepada Indonesia, pihak Belanda mendapat bayaran sebesar 4,5 miliar gulden dari pihak Indonesia.
|
Editor: Nibras Nada Nailufar

KOMPAS.com - Demokrasi Liberal berlangsung di Indonesia dari tahun 1949 hingga 1959.

Saat itu Indonesia baru merdeka. Perekonomian belum tertata dan tersendat-sendat.

Apalagi setelah merdeka, Belanda masih berusaha menguasai Indonesia.

Melansir buku Demokrasi Liberal (1950-1959) dan Demokrasi Terpimpin (1959-1966) (2018), Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949.

Namun pengakuan itu didasarkan pada syarat Indonesia harus membayar utang kepada Belanda seperti hasil Konferensi Meja Bundar.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Konferensi Meja Bundar: Latar Belakang, Tujuan, Hasil, dan Dampaknya

Utang tersebut sebesar Rp 1,5 triliun utang luar negeri dan Rp 2,8 triliun utang dalam negeri.

Defisit yang harus ditanggung pemerintah saat itu sebesar Rp 5,1 miliar.

Indonesia saat itu hanya mengandalkan ekspor pertanian dan perkebunan. Jika permintaan ekspor itu turun, maka perekonomian akan melemah secara signifikan.

Upaya menggerakkan sektor lain terhambat keterbatasan dana dan sumber daya manusia.

Baca juga: Penyebab Kegagalan Demokrasi Parlementer

Pertumbuhan penduduk melejit. Namun tak ada tenaga ahli untuk membangkitkan industri.

Kendala lainnya yakni Indonesia harus menghadapi pemberontakan di daerah-daerah. Kebutuhan keamanan tentu harus menambah biaya.

Belum lagi kabinet yang kerap berganti, menyebabkan program ekonomi tak berjalan optimal.

Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah pun tak bisa menyelamatkan perekonomian.

Baca juga: Penyebab Kegagalan Demokrasi Parlementer

Sejumlah kebijakan yang moneter kala itu yakni: 

Lihat Foto
Lihat Foto

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi