Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Christiaan Eijkman, Penemu Vitamin

Baca di App
Lihat Foto
Encyclopaedia Britannica
Christiaan Eijkman tokoh yang namanya digunakan untuk Lembaga Eijkman, pemenang Hadiah Nobel karena menemukan kaitan beri-beri dan vitamin B1.
|
Editor: Arum Sutrisni Putri

KOMPAS.com - Lembaga Eijkman (Eijkman Institute) menggunakan nama Christiaan Eijkman, sang direktur pertama pada lembaga penelitian tersebut sekaligus pemenang Hadiah Nobel pada akhir abad ke-19.

Tahukah kamu siapa Christiaan Eijkman?

Christiaan Eijkman

Dikutip dari situs resmi Nobel Prize, Christiaan Eijkman lahir pada 11 Agustus 1858 di Nijkerk, Belanda (Gelderland atau The Netherlands) dan meninggal pada 5 November 1930 di Utrecht, Belanda.

Chistiaan Eijkman memenangkan Hadiah Nobel dalam bidang Fisiologi atau Kedokteran bersama Sir Frederick Hopkins pada 1929 karena penemuannya akan vitamin.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melansir Encyclopaedia Britannica, Eijkman adalah dokter dan ahli patologi Belanda yang menunjukkan keterkaitan antara pola makan buruk menyebabkan beri-beri dan berujung pada penemuan vitamin.

Eijkman menerima gelar dokter dari University of Amsterdam pada 1883 dan menjabat sebagai petugas medis di Hindia Belanda (1883-1885).

Baca juga: Sejarah Lembaga Eijkman

Ia bekerja dengan Robert Koch di Berlin pada penelitian bakteriologis dan kembali ke Jawa pada 1886 untuk menyelidiki penyebab beri-beri.

Eijkman diangkat sebagai direktur laboratorium penelitian untuk anatomi patologis dan bakteriologi dari Sekolah Kedokteran Jawa di Batavia (Jakarta).

Pada 1890, terjadi polineuritis pada ayam-ayam yang dijadikan percobaan.

Eijkman melihat kemiripan mencolok yang terjadi pada ayam-ayam dan polineuritis yang terjadi pada beri-beri.

Dilansir dari Portal Informasi Indonesia, penyakit beri-beri menyerang penduduk di Pulau Jawa yang membuat otot tubuh melemah.

Jika ditekan jari otot tidak segera kembali kenyal seperti semula. Gejala pelemahan otot ini disertai nafus makan hilang.

Akibatnya orang menjadi lesu dan hilang kesadaran bahkan meninggal karena serangan jantung.

Baca juga: Gedung Lembaga Eijkman, Lorong Waktu Biologi Molekuler

Pada 1897, Eijkman berhasil menunjukkan bahwa kondisi tersebut disebabkan makanan unggas yang menggunakan beras yang diberi pemutih.

Eijkman yakin, polineuritis disebabkan oleh zat kimia beracun, kemungkinan berasal dari mikroorganisme pada usus akibat nasi dari beras yang diputihkan tersebut.

Penelitian Eijkman menunjukkan beras yang diputihkan yang menjadi kesukaan orang Jawa ternyata kandungan nutrisinya rendah.

Sedangkan beras yang digiling biasa justru lebih bernutrisi. Karena terdapat lapisan kecoklatan di beras yang terdapat zat gizi yang kemudian diberi nama vitamin B1.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi