Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaringan Keilmuan di Nusantara

Baca di App
Lihat Foto
Kemdikbud
Surau Tinggi Calau, Nagari Muaro, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat.
|
Editor: Arum Sutrisni Putri

KOMPAS.com - Kerajaan-kerajaan Islam di wilayah nusantara memiliki peran penting dalam proses terbentuknya jaringan keilmuan di nusantara.

Tahukah kamu bagaimana proses terbentuknya jaringan keilmuan di nusantara?

Jaringan keilmuan di nusantara

Dikutip dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, faktor terbentuknya jaringan keilmuan di nusantara terkait istana sebagai pusat kekuasaan dan pendidikan.

Serta berkembangnya pendidikan Islam di istana-istana raja menjadi pendorong munculnya pendidikan dan pengajaran di masyarakat nusantara.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lalu bagaimana proses terbentuknya jaringan keilmuan di nusantara?

Baca juga: Perkembangan Islam di Indonesia

Perkembangan lembaga pendidikan dan pengajaran di masjid-masjid kesultanan sangat ditentukan oleh dukungan penguasa.

Sultan kerajaan Islam mendanai kegiatan-kegiatan masjid, mendatangkan para ulama baik dari kalangan pribumi maupun dari mancanegara terutama Timur Tengah.

Para ulama berfungsi sebagai pejabat-pejabat negara yang memberikan pengajaran agama Islam di masjid-masjid negara di istana sultan. Para sultan dan pejabat tinggi menimba ilmu dari para ulama.

Setelah terbentuk berbagai ulama hasil didikan dari istana-istana, maka murid-murid melakukan pendidikan ke tingkatan yang lebih luas.

Para murid ulama melakukan pendidikan di rumah-rumah ulama untuk masyarakat umum, khususnya sebagai tempat pendidikan dasar, layaknya kuttab di wilayah Arab.

Kuttab adalah lembaga pendidikan dasar di Arab sejak masa Nabi Muhammad SAW yang mengambil tempat di rumah-rumah ulama. Sedangkan di nusantara pendidikan dasar berlangsung di rumah-rumah guru.

Baca juga: Pengaruh Islam di Indonesia

Pelajaran yang diberikan terutama membaca Al Qur'an, menghafal ayat-ayat pendek dan belajar bacaan salat lima waktu. Diperkirakan, ini sama tuanya dengan kehadiran Islam di nusantara.

Di nusantara, masjid-masjid di pemukiman penduduk yang dikelola swadaya oleh masyarakat menjalankan fungsi pendidikan dan pengajaran untuk masyarakat umum. Di sinilah terjadi demokratisasi pendidikan dalam sejarah Islam di nusantara.

Karena memiliki tingkat otonomi dan kebebasan tertentu, proses pendidikan dan pengajaran di masjid mengalami perkembangan.

Bahkan berkembang menjadi sebuah lembaga pendidikan yang kompleks seperti meunasah di Aceh, surau di Minangkabau, langgar di Kalimantan dan pesantren di Jawa.

Jaringan keilmuan di nusantara terbentuk mulai dari Malaka, Johor, Aceh Darussalam, Minangkabau, Palembang, Demak, Cirebon, Banten, Pajang, Mataram, Gota-Tallo, Bone, Ternate, Tidore, Banjar, Papua dan lainnya.

Baca juga: Teori Masuknya Islam di Nusantara

Jaringan keilmuan menyatukan nusantara

Berkembangnya pendidikan dan pengajaran Islam telah menyatukan wilayah nusantara yang sangat luas.

Dua hal yang mempercepat proses penyatuan nusantara adalah penggunaan aksara Arab dan bahasa Melayu sebagai bahasa pemersatu (lingua franca).

Semua ilmu yang diberikan di lembaga pendidikan Islam di nusantara ditulis dalam aksara Arab baik dalam bahasa Arab maupun bahasa Melayu atau Jawa.

Aksara Arab disebut dengan banyak sebutan seperti huruf Jawi (di Melayu) dan huruf pegon (di Jawa).

Luasnya penguasaan aksara Arab ke nusantara telah membuat para pengunjung asal Eropa ke Asia Tenggara terpukau oleh tingginya tingkat kemampuan baca tulis.

Pada 1579, orang Spanyol merampas sebuah kapal kecil dari Brunei. Orang Spanyol itu menguji kemampuan menulis orang-orang Melayu yang menyatakan diri sebagai budak-budak sultan. Dua dari tujuh orang dapat menulis dan semuanya mampu membaca surat kabar berbahasa Melayu.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: Kemdikbud
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi