Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vaksin Cacar, Vaksin Pertama yang Berhasil

Baca di App
Lihat Foto
shutterstock.com
Pemberian vaksin masal pertama kali di New York
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Vaksin cacar adalah vaksin pertama yang berhasil dikembangkan dan diperkenalkan oleh Edward Jenner pada 1796.

Dilansir dari Encyclopaedia Britannica, Jenner mengamati bahwa para pemerah susu yang sebelumnya terkena cacar sapi kemudian tidak terkena cacar air yang saat itu menjadi wabah di desanya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa cacar sapi yang diinokulasi dilindungi dari cacar yang diinokulasi.

Inokulasi merupakan kegiatan pemindahan mikroorganisme baik berupa bakteri maupun jamur dari tempat atau sumber asalnya ke medium baru.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Medium baru tersebut telah dibuat dengan tingkat ketelitian tinggi dan aseptis.

Cacar ini disebut juga variola mayor, penyakit menular akut yang dimulai dengan demam tinggi, sakit kepala, dan sakit punggung.

Baca juga: Apa itu Vaksin?

Gejala berlanjut pada timbulnya bintik-bintik pada kulit. Selama berabad-abad cacar menjadi salah satu wabah yang paling ditakuti di dunia. Kebanyakan menewaskan anak-anak.

Mereka yang selamat secara permanen akan kebal terhadap infeksi kedua, namun mengalami cacat seumur hidup seperti kebutaan.

Cacar ini menjadi penyakit pertama yang dikendalikan oleh vaksin.

Lihat Foto
britannica.com
Edward Jenner menyuntikan vaksin pertama kali
Vaksin cacar

Meski saat itu ilmu kedokteran belum memahami konsep organisme virus menular, pada 1768 salah satu dokter Inggris, Thomas Sydenham hanya bisa memberikan obat untuk menjaga peradangan.

Di Asia barat daya mencegah cacar dengan menyuntikkan nanah yang diambil dari luka orang yang sudah terinfeksi.

Namun hal tersebut masih memberikan risiko meskipun menurunkan jumlah kematian.

Vaksin cacar kemudian dikembangkan oleh Edward Jenner, salah satu dokter di Gloucestershire, Inggris dan terbukti lebih aman.

Baca juga: Efek Samping Vaksin

Jenner mengambil nanah lesi cacar sapi dari seseorang pemerah susu. Kemudian menyuntikkannya kepada serang anak berusia 8 tahun dan ternyata langsung terkena cacar sapi.

Namun tak membutuhkan waktu lama, bocah tersebut kemudian sembuh.

Beberapa waktu setelahnya, Jenner kembali menyuntikkan anak itu dengan materi cacar air. Hasilnya tidak ada tanda-tanda sakit pada tubuhnya.

Istilah vaksin digunakan Jenner karena substansi ini berasal dari sapi. Dalam bahasa latin sapi artinya vacca.

Sejak saat itu vaksin dikenal sebagai suspensi berisi mikroorganisme yang telah dilemahkan.

Berfungsi untuk meningkatkan kekebalan pada tubuh dan mencegah tubuh terinfeksi dari penyakit berbahaya.

Baca juga: Proses Terjadinya Penyakit Infeksi

Selama abad ke-19, program vaksinasi banyak dilakukan di semua negara, bahkan menjadi kegiatan wajib.

Pada tahun 1967 WHO mulai memvaksinasi seluruh populasi di setiap wabah cacar yang dilaporkan.

Penyakit ini kemudian tidak lagi endemik di semua negara di dunia.

Dalam perkembangannya, vaksin cacar juga mengalai peningkatan. Di Amerika Serikat vaksin cacar diproduksi menggunakan teknik dasar kultur sel yang bisa dibuat dengan cepat dan jumlah yang cukup.

Lihat Foto
shutterstock.com
Vaksin cacar air
Perkembangan vaksin

Perkembangan vaksin terus terjadi. Setelah vaksin cacar air, kemudian ditemukan vaksin untuk mengangkat penyakit rabies.

Pada 1954 seorang ilmuwan asal Amerika Serikat mengembangkan vaksin polio.

Di mana penyakit polio menjadi penyakit yang menakutkan di negara industri. Polio dapat menyebabkan lumpuh dalam tubuh.

Baca juga: Ciri-ciri Virus

Sejak saat itu, vaksin berkembang dan menjadi salah satu pilar dalam mencegah penyakit menular. Berawal dari ditemukannya vaksin, kemudian muncul imunisasi yang sudah diberikan kepada bayi dan anak-anak.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: Britannica
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi