Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penemu Cuci Tangan

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/MARIDAV
Ilustrasi cuci tangan untuk tetap menjaga kebersihan.
|
Editor: Arum Sutrisni Putri

KOMPAS.com - Saat terjadi pandemi global, salah satu cara termurah, termudah, dan paling penting untuk mencegah penyebaran virus adalah mencuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan air.

Tahukah kamu siapa penemu cuci tangan dan bagaimana sejarahnya?

Ignaz Semmelweis

Melansir Global Handwashing Partnership, kaitan antara mencuci tangan dan kesehatan diketahui pertama kali sekitar dua abad yang lalu. Meski praktik cuci tangan telah lama menjadi komponen utama dari kebersihan pribadi serta tradisi agama dan budaya.

Ignaz Philipp Semmelweis (1 Juli 1818-13 Agustus 1856), seorang dokter Hongaria yang bekerja di Rumah Sakit Umum Wina, dikenal sebagai Bapak Kebersihan Tangan (The Father of Hygiene).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Apa itu Virus Corona?

Pada 1846, ia memperhatikan wanita yang melahirkan di bangsal bersalin yang dijalankan mahasiswa kedokteran atau dokter di rumah sakitnya, sering mengalami demam dan meninggal.

Kondisi tersebut berbeda dibandingkan wanita yang melahirkan di bangsal bersalin yang dikelola bidan terdekat.

Ia memutuskan menyelidiki dan mencari perbedaan antara dua lingkungan tersebut. Ternyata dokter dan mahasiswa kedokteran sering mengunjungi bangsal bersalin langsung setelah melakukan otopsi.

Berdasarkan pengamatan ini, ia mengembangkan teori, mereka yang melakukan otopsi membawa partikel mayat di tangan dari ruang otopsi ke bangsal bersalin. Sedangkan bidan tidak melakukan operasi atau otopsi sehingga tidak terkena partikel-partikel ini.

Baca juga: Virus Corona dan Infeksi Saluran Pernapasan

Maka Semmelweis memberlakukan aturan baru yang mewajibkan dokter cuci tangan dengan klorin. Tingkat kematian di bangsal bersalinnya turun secara dramatis.

Ini adalah bukti pertama bahwa membersihkan tangan dapat mencegah infeksi. Tetapi tidak semua orang senang dengan inovasi tersebut.

Sejumlah dokter tidak senang karena penemuan Semmelweis menyiratkan, para dokter bersalah atas kematian dan berhenti cuci tangan. Serta bersikukuh bahwa air adalah penyebab potensial dari penyakit.

Semmelweis mencoba membujuk dokter-dokter lain di rumah sakit Eropa tentang manfaat cuci tangan tetapi tidak berhasil.

Baca juga: Daya Tahan Virus Corona dan Hewan Pembawa Virus

Florence Nightingale

Beberapa tahun kemudian, tokoh cuci tangan bernama Florence Nightingale muncul di Scutari, Italia ketika terjadi Perang Krimea. Saat itu kebanyakan orang percaya bahwa penyebab infeksi adalah bau busuk yang disebut miasmias.

Florence Nightingale menerapkan cuci tangan dan praktik kebersihan lainnya di rumah sakit perang tempat dia bekerja.Praktik cuci tangan Nightingale menghasilkan pengurangan infeksi.

Sejak kapan cuci tangan dianggap penting?

Sayangnya praktik kebersihan tangan yang dipromosikan Semmelweis dan Nightingale tidak diadopsi secara luas. Secara umum, promosi mencuci tangan berhenti selama seabad.

Hingga pada 1980-an terjadi serangkaian wabah bawaan makanan dan infeksi terkait perawatan kesehatan yang membuat masyarakat khawatir.

Baca juga: Virus: Sejarah, Ciri-ciri dan Penyebarannya

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (United States Centers for Disease Control and Prevention) mengidentifikasi, kebersihan tangan sebagai cara penting untuk mencegah penyebaran infeksi.

Setelah itu, mereka mengumumkan pedoman kebersihan tangan pertama yang disahkan secara nasional yang kemudian banyak diikuti pihak-pihak lain.

Hingga saat ini, mencuci tangan dengan sabun adalah bentuk kebersihan tangan yang mendapat pengakuan sebagai upaya kesehatan hemat biaya.

Tidak ada lagi orang yang mempertanyakan efektivitas cuci tangan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi