Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Uang?

Baca di App
Lihat Foto
Leon Petrosyan
Uang dari berbagai negara.
|
Editor: Arum Sutrisni Putri

KOMPAS.com - Kebanyakan orang di dunia pasti sering memegang uang setiap hari. Tahukah kamu apa peran uang, bagaimana cara kerjanya dan siapa yang boleh mencetak uang?

Apa itu uang?

Melansir Kiddle, uang adalah alat yang digunakan orang untuk membeli barang dan membayar jasa. Uang adalah sesuatu yang diperoleh orang atas upaya menjual barang atau jasa.

Ada banyak jenis uang di dunia. Masing-masing negara memiliki jenis uang sendiri. Seperti rupiah Indonesia, dolar Amerika Serikat, atau poundsterling Inggris.

Uang juga disebut dengan nama lain seperti mata uang (currency) atau uang tunai (cash). Suatu negara atau pemerintahan seringkali mencetak uang kertas dan membuat koin dengan standar nilai tertentu.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Uang Kertas Pertama di Dunia Lahir di China

Peran uang

Mengutip Investopedia, peran uang adalah alat tukar (medium of exchange) yang memungkinkan orang memperoleh kebutuhan hidup. Seperti emas dan logam mulia lain, uang memiliki nilai karena mewakili sesuatu yang berharga.

Melansir IMF, uang dapat berupa apa saja yang berfungsi sebagai:

Sebelum diciptakan uang, manusia melakukan barter. Barter adalah salah satu cara orang bertukar barang dengan barang lain. Dengan uang, tidak perlu melakukan barter.

Kamu bisa pergi ke pasar atau toko untuk menjual barang atau jasa. Di tempat jual beli, kamu bisa menukarkan barang atau jasa dengan media pertukaran umum yaitu uang.

Kemudian, kamu dapat menggunakan uang itu untuk membeli apa yang kamu butuhkan dari orang lain, yang juga menerima uang sebagai alat tukar yang sama.

Dengan kata lain, uang adalah sesuatu yang memiliki nilai dari waktu ke waktu, dapat dengan mudah diterjemahkan ke dalam harga, dan diterima secara luas.

Baca juga: Ciri-Ciri Uang Rupiah

Cara kerja uang

Penggunaan koin atau uang kertas standar mempermudah menentukan harga barang dan jasa. Selain itu, jumlah uang dalam sistem juga berperan penting dalam menetapkan harga.

Contoh, seorang petani mempunyai dua alasan menyimpan uang yaitu untuk digunakan dalam transaksi (uang tunai) dan untuk memenuhi kebutuhan di masa depan (tabungan).

Misalkan, musim dingin akan datang dan petani ingin menambah simpanan uang untuk antisipasi pengeluaran di masa depan.

Jika petani kesulitan menemukan orang yang ingin membeli gandum, ia akan menerima sedikit uang. Hasilnya, harga gandum turun karena pasokan uang sedikit. Salah satu alasannya, mungkin tidak cukup emas untuk mencetak uang baru.

Ketika harga secara keseluruhan turun, itu disebut deflasi.

Di sisi lain, jika ada lebih banyak uang yang beredar tetapi tingkat permintaan barang sama, maka nilai uang akan turun. Itulah inflasi, yaitu ketika dibutuhkan lebih banyak uang untuk mendapatkan jumlah barang dan jasa yang sama.

Menjaga agar permintaan dan suplai uang bisa seimbang dapat menjadi rumit.

Baca juga: Uang: Pengertian, Sejarah, Fungsi dan Jenisnya

Siapa yang mencetak uang?

Pemerintah selalu tergoda mengeluarkan uang banyak karena pemerintah dapat membeli lebih banyak, mempekerjakan lebih banyak orang, membayar upah dan meningkatkan popularitas.

Tetapi mengapa pemerintah suatu negara tidak bisa mencetak banyak uang? Terlalu banyak uang yang beredar akan mendorong kenaikan harga.

Bila pemerintah tidak mengendalikan kestabilan harga, maka kepercayaan pada uang akan terkikis dan uang mungkin menjadi tidak berharga. Itulah yang terjadi selama hiperinflasi.

Di kebanyakan negara, pemerintah yang berwenang mendelegasikan tugas kepada bank sentral independen untuk membuat keputusan berapa banyak uang yang akan dicetak.

Bank sentral bertugas mencetak uang berdasarkan penilaian mereka terhadap kebutuhan ekonomi dan tidak mentransfer dana kepada pemerintah untuk membiayai pengeluarannya.

Di Indonesia, yang berperan sebagai bank sentral independen adalah Bank Indonesia (BI).

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi