Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Doyan Asin atau Manis? Ini Rahasia di Balik Selera Lidah

Baca di App
Lihat Foto
carotur
Ilustrasi makanan asin dan manis.
|
Editor: Arum Sutrisni Putri

KOMPAS.com - Pernahkah kamu bertanya-tanya, mengapa sebagian orang suka makanan manis sedangkan yang lain lebih suka makanan asin?

Penyebab selera manis dan asin

Mengutip How Stuff Works, setiap orang mengandung kombinasi gen tertentu yang menentukan bagaimana selera seseorang merasakan rasa.

Orang yang memilih makanan manis mengandung DNA tertentu dalam reseptor rasa yang ada di usus dan di lidah. Orang yang memiliki lebih banyak rasa cenderung memilih makanan asin.

Penelitian menunjukkan, bahwa bayi yang lahir prematur dengan kadar natrium rendah bisa jadi tumbuh lebih menginginkan makanan asin.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilansir dari Shape, rasa yang pertama kali seseorang kenali di dalam rahim, seringkali didambakan setelah dewasa.

DNA bukan satu-satunya faktor yang memengaruhi rasa yang disukai seseorang. Manusia tumbuh mengasosiasikan makanan dan rasa dengan ingatan masa kecil dan pengalaman makanan tertentu.

Misal jika orang tua selalu memberi permen ketika masih kecil, seseorang akan mengasosiasikan rasa manis itu dengan kasih sayang. Sehingga seseorang selalu ingat dan menginginkan rasa itu.

Baca juga: Untuk Apa Tanggal Kedaluarsa?

Manis vs asin

Dikutip dari Living Safer Magazine, ada komponen fisiologis terhadap perilaku mengidam makanan. Preferensi individu dalam memilih makanan lebih mudah diidentifikasi dengan peilihan makanan manis atau asin.

Makanan manis dan asin memicu respons fisiologis yang mengaktifkan daerah otak yang terkait dengan rangsangan emosional, kognitif, dan kimiawi yang terkait dengan mengidam makanan.

Makanan manis seperti permen memicu pelepasan dopamin, bahan kimia organik, sedangkan makanan asin memicu pelepasan serotonin, neurotransmiter monoamina. Dopamin maupun serotonin berkaitan dengan peningkatan suasana hati.

Seiring waktu, tubuh manusia membangun toleransi terhadap makanan yang manis dan asin. Bahkan makanan itu diperlukan untuk mencapai rasa puas.

Kemudian siklus bermasalah berkembang yang menghasilkan selera yang memperbesar keinginan seseorang untuk makanan manis atau asin.

Baca juga: Mete Itu Kacang atau Buah?

Jika seseorang menyukai makanan manis, bisa jadi terkait diet dengan karbohidrat terbatas, makan emosional, atau melewatkan waktu makan.

Bila tubuh kekurangan bahan bakar yaitu makanan, tubuh akan mulai mendambakan makanan yang mudah dicerna seperti gula atau biji-bijian olahan.

Jika seseorang lebih menyukai makanan asin, kemungkinan terkait dengan tingkat stres. Sebuah studi pada 2011 menemukan, garam menyebabkan ketagihan dan memengaruhi otak mirip kecanduan rokok atau narkoba.

Stres dapat berdampak negatif pada kelenjar adrenal yang mengatur kadar natrium dalam tubuh. Ketidakseimbangan kadar natrium dapat menyebabkan seseorang mengidamkan garam.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sumber: How Stuff Works, Shape Magazine, Living Safer Magazine
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi