Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produk Teknologi yang Menggunakan Magnet

Baca di App
Lihat Foto
shutterstock
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Magnet banyak digunakan dalam berbagai produk teknologi, salah satunya pada peralatan kedokteran.

Magnetic Resonance Imaging (MRI) menjadi salah satu alat kedokteran yang sampai saat ini dianggap paling aman untuk mendeteksi penyakit.

Dilansir dalam buku Magnetic Venture: The Story of Oxford Instruments (2001) karya Audrey Wood, MRI menggunakan prinsip kemagnetan untuk mencitrakan kondisi kesehatan tulang atau organ tubuh dalam manusia tanpa melalui pembedahan.

Berikut beberapa alat yang memanfaatkan magnet:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Orang yang akan dicek kesehatannya dimasukkan ke dalam medan magnet yang memiliki 5.000 kali lipat lebih kuat dari medan magnet bumi.

Medan magnet sebesar ini mengakibatkan nukleon tubuh berputar dan berbaris sejajar menjadi jarum kompas.

Baca juga: Teori Dasar Kemagnetan: Sifat dan Medan Magnet

Nukleon tersebut kemudian ditembak dengan gelombang radio untuk menginduksi arahnya.

Saat arahnya sejajar, nukleon tersebut akan memancarkan gelombang radio yang akhirnya diterima komputer sebagai pencintraan kondisi dalam tubuh.

Teknik tersebut jauh lebih aman dibanding dengan Roentgen atau sinar X.

Lebih dari sekedar mendeteksi ada tidaknya penyakit seperti tumor, MRI dapat digunakan untuk merekam pikiran manusia.

Misalnya, untuk merekam bagian otak yang menanggapi rangsang panas atau dingin.

Selain itu, MRI juga dapat digunakan untuk melakukan deteksi dini terhadap gejala epilepsi.\

Baca juga: Hukum Kepler dalam Gerak Tata Surya

Lihat Foto
shutterstock
Kereta Shinkansen
Kereta Maglev

Maglev (magnetically levitated) atau kereta api levitasi magnetik adalah jenis kereta api yang mengambang secara magnetik.

Dijalankan kurang lebih 10 milimeter di atas relnya. Meskipun rel dan kereta tidak menempel, kereta maglev yang super cepat yakni mampu melaju hingga 650 kilometer per jam dan tidak akan terjatuh dan tergelincir.

Hal ini disebabkan kereta maglev menerapkan prinsip gaya tolak menolak magnet serta didorong dengan menggunakan motor induksi.

Kereta maglev telah menjadi alat transportasi masal di beberapa negara maju seperti Jepang, Amerika, China, dan beberapa negara Eropa.

Di Jepang, kereta ini cukup terkenal dengan nama Shinkansen yang menghubungkan kota Tokyo, Nagoya, dan Osaka.

Lihat Foto
shutterstock
Pembangkit listrik tenaga nuklir
Pembangkit listrik tenaga nuklir

Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) merupakan pembangkit listrik yang menggunakan energi nuklir.

Baca juga: Mengenal Anggota Tata Surya, dari yang Terbesar sampai yang Terkecil

Kerja pembangkit listrik konvensional, misalnya pembangkit listrik dengan menggunakan batubara, air dipanaskan menggunakan bahan bakar batubara hingga menguap.

Uap yang dihasilkan akan digunakan untuk menggerakkan turbin yang selanjutnya digunakan untuk menggerakkan generator.

Cara ini, selain dapat mengurangi jumlah sumber daya alam yang tak terbaharui juga dapat mencemari lingkungan akibat pembakaran yang menghasilkan asap karbon, sulfur, dan nitrogen.

Pada PLTN, panas diperoleh dari reaksi pemecahan inti atom (fisi) dalam suatu reaktor nuklir.

Panas yang dihasilkan mampu mencapai 1,5 juta derajat celcius, hingga tidak ada satupun bahan di bumi yang mampu menahan energi panasnya.

Agar partikel panas tersebut tidak menyebar ke lingkungan, digunakan botol magnet dengan medan magnet yang sangat besar.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi