Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perkembangan Teknologi Komunikasi

Baca di App
Lihat Foto
Oppo Indonesia
Ilustrasi ponsel Oppo dengan teknologo Waterfall Screen
|
Editor: Nibras Nada Nailufar

KOMPAS.com - Sebagian besar orang saat ini, mulai dari anak-anak hingga lansia, memiliki ponsel atau HP.

Bagi sebagian orang, ponsel menjadi kebutuhan utama seperti halnya sandang, pangan, dan papan.

Tahukah kamu bagaimana dunia sebelum ada ponsel? Berikut perkembangan teknologi komunikasi seperti dirangkum dari Encyclopaedia Britannica (2015).

Lihat Foto
Frederic Remington
Komunikasi suku Indian menggunakan asap seperti dilukis oleh Frederic Remington
Cahaya, bunyi, dan asap

Komunikasi jarak jauh di masa purba masih sangat primitif. Manusia menggunakan asap, bunyi-bunyian, cahaya api untuk menyampaikan pesan.

Baca juga: Kehidupan Zaman Praaksara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini digunakan oleh peradaban China Kuno dan Indian di benua Amerika.

Di Indonesia, masyarakat di desa dan kampung masih menggunakan kentongan dan lesung sebagai penanda.

Kentongan merupakan salah satu fungsi alat musik sebagai saran komunikasi.

Hari ini, sinyal menggunakan asap masih digunakan di Vatikan sebagai simbol penunjukan Paus baru.

Sementara sinar cahaya, dimanfaatkan di jalan dengan bentuk lampu lalu lintas.

Surat

Setelah manusia mengenal tulisan dan kertas, surat menyurat mulai digunakan.

Di zaman dahulu, merpati bisa dilatih sebagai pengantar surat.

Ketika perang, kertas bisa dimasukkan ke wadah besi yang diikatkan di kaki merpati, kemudian diterbangkan ke lokasi yang dituju.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah, Pengiriman Surat Melalui Udara Pertama di Dunia

Angkatan Laut Inggris yang hebat pada zamannya juga biasa mengirim surat menggunakan botol yang dihanyutkan agar sampai ke darat.

Lama kelamaan, surat dikirimkan lewat sistem pos seperti yang masih dilakukan saat ini.

Telegram

Pada 1837, kawat dan listrik yang dirangkai mampu menjadi pesawat pengirim pesan.

Teknologi itu dinamai telegraf. Mesin telegraf mampu mengirimkan berita atau pesan yang disebut telegram.

Telegram berisi pesan singkat dari rangkaian kode untuk huruf yang biasa dikenal dengan Kode Morse, sesuai nama penemunya Samuel Morse.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Kelahiran Sistem Komunikasi Telegraf

Telepon

Setelah telegraf, pada 1876 Alexader Graham Bell menemukan telepon.

Telepon mampu menghantarkan suara dari satu telepon ke telepon lainnya. Telepon zaman dulu bentuknya masih menggunakan kawat.

Lama kelamaan, telepon menggunakan sinyal satelit, bahkan kini ponsel tak membutuhkan sambungan kabel.

Lihat Foto
WIKIPEDIA/LIFE
Guglielmo Marconi memperlihatkan cara penggunaan pemancar radio tanpa kabel buatannya pada tahun 1901.
Radio

Radio ditemukan pertama kali oleh Marconi pada 1895.

Penyiaran radio jarak jauh memanfaatkan stasiun penghubung (relay).

Baca juga: Hari Radio Nasional, Sejarah RRI, dan Kisah Radio Rimba Raya

Radio awalnya menggunakan listrik. Namun setelah ditemukan transistor, radio dapat menggunakan baterai.

Di Indonesia, radio sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang.

Setelah merdeka, ada Radio Republik Indonesia (RRI) yang dimiliki negara. Lambat laun, berkembang juga radio swasta.

Beberapa radio swasta Indonesia yang bertahan hingga saat ini seperti Prambors, Elshinta, dan Sonora.

Lihat Foto
KOMPAS/ ANTONY LEE
Kurator di Monumen Pers Nasional, Kota Solo, Jawa Tengah, menunjukkan salah satu edisi Medan Prijaji yang terbit tahun 1910. Medan Prijaji menjadi titik tolak penting media massa menyuarakan hak warga terjajah, sekaligus membentuk identitas sebagai satu bangsa di Hindia Belanda ketika itu.
Koran dan majalah

Selain radio, media komunikasi massa yang paling tua adalah koran atau surat kabar.

Sejarah mencatat, koran pertama di dunia, Acta Diurna, terbit di Kekaisaran Romawi pada tahun 59 sebelum masehi.

Sedangkan di Indonesia, Medan Prijaji yang terbit di Bandung pada Januari 1907 hingga Januari 1912 diakui sebagai surat kabar nasional pertama.

Ini karena Medan Prijaji menggunakan bahasa Melayu dan pemilik serta pekerja orang pribumi asli.

Sementara majalah, terbit berkala setiap minggu, dua minggu, atau bulanan. Media cetak baik surat kabar maupun majalah mengalami puncaknya pada 1990-an hingga 2000-an awal.

Baca juga: [INFOGRAFIS] Tirto Adhi Soerjo, Inspirasi Tokoh Minke dalam Film Bumi Manusia

Beberapa surat kabar yang masih eksis hingga hari ini yakni Kompas, Jawa Pos, Keadilan Rakyat, Pikiran Rakyat, Bisnis Indonesia, dan Media Indonesia.

Sementara majalah yang populer di Indonesia yakni Tempo, Gatra, Intisari, dan Suara Muhammadiyah.

Lihat Foto
Kompas.com/Lusia Kus Ana
Televisi tabung diproduksi tahun 1960-an.
Televisi

Televisi dikembangkan sejak akhir abad ke-19 di berbagai belahan dunia.

Namun televisi baru populer di pertengahan abad ke-20. Televisi awalnya hitam putih, namun kemudian berwarna.

Stasiun televisi pertama di Indonesia yang dimiliki pemerintah, TVRI, dilahirkan untuk menayangkan Asian Games 1962.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pertama Mengudara, TVRI Siarkan Pembukaan Asian Games 1962

Stasiun televisi swasta baru muncul di tahun 1990-an. Televisi swasta yang masih ada hingga saat ini yakni RCTI, SCTV, ANTV, Metro TV, dan Trans TV.

Kini, pesawat televisi modern atau Smart TV, sudah dilengkapi dengan internet.

Internet

Seluruh alat dan media yang disebutkan di atas, kini berbentuk digital dan bisa diakses lewat internet.

Televisi kini digantikan oleh teknologi streaming. Surat kabar dan majalah digantikan oleh media online.

Sambungan telepon kini bisa menjadi telekonferensi dan menampilkan video.

Hari ini, hampir seluruh teknologi komunikasi bisa diakses berkat internet. Alatnya pun, ponsel dan komputer, semakin canggih.

Baca juga: NET TV, Pong Harjatmo, dan Beratnya Bisnis Televisi di Era Netflix

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi