Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akulturasi dan Perkembangan Budaya Islam Seni Ukir

Baca di App
Lihat Foto
Kemdikbud
Relief di dinding sisi timur Masjid Mantingan, Jepara, Jawa Tengah adalah bukti akulturasi budaya pra-Islam dan budaya Islam di bidang seni ukir atau seni pahat.
|
Editor: Arum Sutrisni Putri

KOMPAS.com - Pada perkembangan budaya Islam di Indonesia, terjadi akulturasi budaya pra-Islam dan budaya Islam dalam berbagai bentuk, antara lain seni bangunan, seni ukir atau seni pahat, kesenian, seni sastra dan kalender.

Tahukah kamu bentuk akulturasi budaya pra-Islam dan budaya Islam di bidang seni ukir atau seni pahat?

Akulturasi budaya Islam seni ukir

Mengutip Sumber Belajar Kemdikbud RI, pada masa perkembangan Islam di zaman madya, seni patung kurang mengalami perkembangan tetapi seni ukir atau seni pahat yang berkembang pesat.

Faktor penyebabnyanya adalah adanya ajaran Islam bahwa seni ukir, seni patung dan seni lukis makhluk hidup (hewan dan manusia) tidak diperbolehkan. Ajaran tersebut ditaati masyarakat muslim di Indonesia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski seni patung untuk menggambarkan makhluk hidup secara nyata tidak diperbolehkan tetapi seni pahat atau seni ukir terus berkembang.

Baca juga: Akulturasi dan Perkembangan Budaya Islam

Maka, bentuk seni yang berkembang sebagai bentuk akulturasi budaya pra-Islam dan budaya Islam adalah:

Di Indonesia terdapat banyak bangunan-bangunan Islam berhiaskan berbagai motif ukir-ukiran yang terletak pada pintu atau tiang di bangunan keraton, masjid, gapura atau pintu gerbang.

Pada masa ini juga dikembangkan seni hias seni ukir dengan bentuk tulisan Arab yang dipadukan dengan ragam hias lain. Termasuk seni kaligrafi dengan bentuk orang, binatang atau wayang.

Baca juga: Perkembangan Islam di Indonesia

Contoh seni ukir akulturasi budaya Islam

Berikut ini contoh bentuk akulturasi budaya pra-Islam dan budaya Islam di bidang seni ukir:

Mengutip Sejarah Perkembangan Seni Ukir di Jepara (1985) karya Agus Dono Karmadi dan M Soenjata Kartadarmadja, pada zaman kerajaan-kerajaan Islam, yang pertama di Jawa yang berpusat di Demak, Jepara juga merupakan kota pelabuhan terkemuka.

Latar belakang tradisi ukir di Jepara terlihat dari salah satu peninggalan sejarah bernilai arkeologis, yaitu Masjid dan pemakaman Mantingan. Masjid Mantingan didirikan pada masa kejayaan Pangeran Hadiri, suami Ratu Kalinyamat yang memerintah Jepara.

Berdirinya Masjid Mantingan kemungkinan bersamaan dengan tumbuhnya seni ukir di Jepara. Faktor pendorong tumbuhnya seni ukir dan seni bangunan Islam di Jepara adalah akulturasi kebudayaan pra Islam dan budaya Islam.

Baca juga: Akulturasi dan Perkembangan Budaya Islam Seni Bangunan

Masjid Mantingan Jepara dibangun pada 1481 Saka atau 1559 Masehi. Kompleks Masjid Mantingan mempunyai luas sekitar 7 hektar yang terdiri dari bangunan masjid, makam dan museum.

Di bangunan tersebut ditemukan banyak hiasan-hiasan dinding berupa ukiran batu putih yang sangat halus dan indah. Terdapat peninggalan seni ukir di Masjid Mantingan yang bernilai cukup tinggi.

Masjid Mantingan Jepara menjadi bukti akulturasi antara budaya pra-Islam (Hindu-Budha dan China) dengan budaya Islam, karena mempunyai:

Hiasan-hiasan di kompleks masjid dan makam Mantingan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sumber: Kemdikbud
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi