Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akulturasi dan Perkembangan Budaya Islam Kesenian

Baca di App
Lihat Foto
Kemdikbud
Permainan Debus, bukti akulturasi budaya pra-Islam dan budaya Islam bidang kesenian di Indonesia.
|
Editor: Arum Sutrisni Putri

KOMPAS.com - Akulturasi budaya pra-Islam dan budaya Islam di Indonesia menjadi bagian dari perkembangan budaya Islam di Indonesia. Bentuk akulturasi tersebut adalah seni bangunan, seni ukir atau seni pahat, kesenian, seni sastra dan kalender.

Tahukah kamu bentuk akulturasi budaya Islam di bidang kesenian?

Akulturasi budaya Islam kesenian

Mengutip Sumber Belajar Kemdikbud RI, pada perkembangan budaya Islam di Indonesia muncul kesenian bernafaskan Islam yang bertujuan untuk menyebarkan ajaran Islam.

Contoh bentuk kesenian hasil akulturasi budaya pra-Islam dan budaya Islam antara lain:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Akulturasi dan Perkembangan Budaya Islam

Permainan Debus

Istilah debus berasal dari kata tembus. Debus adalah nama sebuah alat yang terbuat dari besi sepanjang 40 sentimeter dengan ujung runcing. Pada pangkalnya diberi alas dari kayu yang diperkuat dengan lilitan pelat baja agar tidak mudah terbelah jika dipukul.

Permainan debus diawali dengan pembacaan ayat-ayat dalam Al Quran dan salawat nabi. Dalam permainan debus, besi ditusukkan ke bagian-bagian tubuh. Anehnya, pemain tidak merasakan sakit atau cedera padahal dalam keadaan sadar.

Permainan debus terdapat di daerah Banten dan Minangkabau.

Pada abad 17 Masehi (1651-1652), Sultan Agung Tirtayasa di Kesultanan Banten menciptakan bentuk latihan bagi prajurit Banten berupa latihan perang atau perkelahian dengan alat yang disebut debus, selain pedang, golok, keris, tombak dan lainnya.

Baca juga: Akulturasi dan Perkembangan Budaya Islam Seni Bangunan

Kesenian debus dipercaya berhubungan dengan tarikat Rifaiah yang dibawa Nuruddin Ar Raniri ke Aceh pada abad ke-16.

Para pengikut tarikat ini ketika dalam kondisi kegembiraan karena merasa bertatap muka dengan Tuhan yakin bahwa atas ijin Allah maka benda-benda tajam tidak akan melukai mereka.

Awalnya, debus berfungsi untuk menyebarkan ajaran Islam. Saat penjajahan Belanda, pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, debus untuk membangkitkan semangat pejuang dan rakyat Banten dalam melawan Belanda.

Pada zaman sekarang, permainan debus hanya sebagai sarana hiburan.

Baca juga: Akulturasi dan Perkembangan Budaya Islam Seni Ukir

Tari Seudati

Tari Seudati adalah tarian masyarakat Aceh yang berkembang terutama di daerah pesisir. Tari Seudati termasuk jenis tari perang (tribal war dance).

Seudati berasal dari kata syaidati yang artinya permainan orang-orang besar. Sering disebut juga saman yang artinya delapan.

Biasanya tari Seudati ditampilkan leh delapan laki-laki sebagai penari utama yang terdiri dari satu syeh, satu orang pembantu syeh, dua orang pembantu di sebelah kiri (apeetwie), satu orang pembantu di belakang (peet bak), dan tiga orang pembantu biasa.

Serta dua orang penyanyi yang disebut aneuk syahi sebagai pengiring tari. Biasanya para pemain menyanyikan lagu yang salah satunya berisi salawat nabi.

Baca juga: Perkembangan Islam di Indonesia

Wayang

Wayang diperkirakan sudah ada sejak 1500 SM yang berfungsi sebagai medium untuk mendatangkan arwah leluhur yang disebut hyang atau dahyang.

Ketika agama Hindu dari India masuk ke nusantara, wayang berkembang mengambil cerita dari kitab Mahabharata dan Ramayana.

Sedangkan pada perkembangan budaya Islam, di Jawa wayang digunakan sebagai sarana dakwah untuk menyebarkan ajaran agama Islam.

Pada 1443, Sunan Kalijaga mengusulkan pada para wali untuk menciptakan wayang purwa dengan bahan kulit kambing yang kemudian dikenal sebagai wayang kulit.

Wayang menjadi bukti akulturasi antara budaya pra-Islam dengan budaya Islam. Tokoh yang berperan adalah para ulama seperti Wali Songo dan penguasa lokal yang memeluk agama Islam. Terutama Sunan Kalijaga dan putranya, Sunan Panggung.

Meski cerita wayang masih mengisahkan epik India Hindu-Budha tetapi setelah akulturasi dengan budaya Islam, kesenian wayang mengandung ajaran Islam (tarekat).

Selain wayang kulit, berdasarkan cerita Amir Hamzah kemudian dikembangkan pertunjukan wayang Golek.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: Kemdikbud
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi