Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erupsi Gunung Api, Jawaban Soal TVRI Belajar dari Rumah SMP 29 April

Baca di App
Lihat Foto
Kenapa Sih ??
Materi Belajar dari Rumah yang ditayangkan TVRI untuk SMP, Rabu 29 April 2020.
|
Editor: Nibras Nada Nailufar

KOMPAS.com - Program Belajar dari Rumah TVRI pada Rabu, 29 April 2020 membahas vulkanologi bagi siswa SMP.

Dalam tayangan itu, diajukan tiga pertanyaan seputar erupsi gunung api. Simak pembahasan masing-masing soal!

Soal: Pulau manakah di Indonesia yang tidak memiliki gunung api?

Jawaban: Dilansir dari Badan Geologi Amerika Serikat (USGS), dua pulau yang tidak memiliki gunung api adalah Kalimantan dan Papua.

Kedua pulau itu memiliki gunung dan pegunungan, namun bukan gunung api.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sementara dilansir dari Gunung Berapi di Indonesia (2019), Indonesia terletak di "Ring of Fire" atau wilayah Cincin Api Pasifik.

Indonesia merupakan negara yang paling banyak memiliki gunung api di dunia.

Ada sekitar 500 gunung api yang tersebar di berbagai kepulauan di Indonesia. Sebanyak 127 di antaranya merupakan gunung api aktif.

Dari 127 gunung api aktif, sebanyak 70 di antaranya sering meletus.

Baca juga: Pulau Manakah di Indonesia yang Tidak Memiliki Gunung Api?

Soal: Apakah yang menyebabkan erupsi gunung api?

Jawaban: Gunung meletus terjadi ketika adanya tenaga dari dalam bumi yang mendorong perut bumi mengeluarkan isinya.

Isi perut bumi yang dimaksud adalah magma. Magma adalah batuan meleleh yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, lebih dari 1.000 derajat celsius.

 

Dilansir dari BBC, batuan meleleh menjadi magma ketika lempeng tektonik bergerak kemudian saling mendekat atau menjauh.

Ketika meleleh, magma menjadi sangat ringan. Ini membuatnya naik ke atas permukaan bumi.

Namun jika magma itu padat dan kental, gas yang dikandungnya tak bisa keluar sehingga terjebak di dalam.

Gas yang terjebak itu membuat tekanan menjadi tinggi. Tekanan tinggi berbahaya sebab bisa membuat ledakan yang sangat berbahaya bagi kehidupan di permukaan bumi.

Selain itu, letusan gunung berapi juga bisa terjadi ketika magma bertemu dengan air yang berada di bawah permukaan bumi.

Pertemuan kedua material itu akan menghasilkan uap. Jika uap terperangkap, bisa membuat tekanan di dalam menjadi tinggi.

Tekanan tinggi akan membuat ledakan yang dahsyat.

Magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Lava yang mendingin nantinya menjadi batu.

Selain lava, gunung meletus juga mengeluarkan abu, gas, dan material panas lainnya.

Baca juga: Apakah yang Menyebabkan Erupsi Gunung Api? Jawaban Soal TVRI SMP

 

Soal: Mengapa kita tidak diperkenankan mendekat ketika awan panas menyembur dari erupsi gunung api?

Jawaban: Selain lava, gunung api yang erupsi juga mengeluarkan asap yang bergulung yang menyerupai awan. Awan ini yang biasa disebut dengan awan panas.

Seperti namanya, awan ini sangat panas dengan suhu mencapai 600 derajat celsius.

Awan panas bermuatan bebatuan dan material vulkanik padat. Material yang terkandung di awan panas itu bentuknya serpihan halus dan ringan.

Angin bisa membawa awan panas ini sejauh puluhan bahkan ratusan kilometer dari asalnya. Awan panas bisa bergerak ke segala arah.

Awan panas dapat mematikan semua yang dilewatinya. Manusia yang bernapas di bawah awan panas bisa mengalami kerusakan sistem pernapasan dan paru-paru.

Baca juga: Mengapa Kita Tidak Boleh Mendekat ketika Awan Panas Menyembur dari Gunung Api?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: BBC, USGS
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi