Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proses Meletusnya Gunung Berapi

Baca di App
Lihat Foto
REUTERS/Jorge Silva
Foto udara memperlihatkan Whaakari, dikenal juga sebagai Pulau Putih, dengan gunungnya yang berasap pada 12 Desember 2019. Gunung meletus yang terjadi pada 9 Desember 2019 itu mengakibatkan 8 orang tewas, dan 9 orang dilaporkan hilang, dengan diprediksi mereka tidak selamat.
|
Editor: Serafica Gischa

 

KOMPAS.com- Satu hal yang harus diketahui bahwa di dalam perut bumi ada lapisan magma yang disebut dapur magma.

Magma adalah batuan berbentuk cair yang terdiri dari larutan silika yang bersuhu tinggi. Suhu ini bisa mencapai 1.000 derajat selsius.

Dilansir dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, suhu yang sangat panas di dalam perut bumi tersebut akan memuat tekanan udara menjadi sangat besar. Jika tekanan udara di perut bumi sudah sangat besar, maka isi dari perut bumi akan keluar.

Keluarnya magma dan letusan gunung berapi menjadi salah satu mekanisme alamiah bumi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hal ini terjadi untuk menjaga keseimbangan perut bumi agar tetap sehat.

Isi perut bumi atau magma disebut lava dengan suhu mencapai 700-1200 derajat selsius. Ketika lava masih encer, akan mengalir turun bersama dengan air sungai.

Baca juga: Erupsi Gunung Berapi di Indonesia

Sedangkan lava yang lebih kental akan segera membeku setelah keluar dari perut bumi.

Itu sebabnya kita sering melihat bebatuan di sekitar gunung. Bebatuan itu adalah lava yang sudah membeku.

Selain lava, gunung berapi yang meletus juga mengeluarkan awan dan abu panas.

Letusan gunung berapi akan mengeluarkan asap yang bergulung. Gulungan awan ini sangat panas, serta memuat bebatuan dan material vulkanik padat dengan suhu mencapai 600 derajat selsius.

Sedangkan abu yang keluar dari perut bumi ini adalah serpihan yang sangat halus dan ringan. Namun suhunya sangat panas.

Baca juga: Mengapa Kita Tidak Boleh Mendekat ketika Awan Panas Menyembur dari Gunung Api?

Abu ini akan terbawa dengan angin karena sangat kecil dan ringan. Abu ini bisa bergerak ke segala arah debgan jarak puluhan hingga ratusan kilometer dari pusat letusan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi