Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Ki Hajar Dewantara: Bapak Pendidikan Bangsa

Baca di App
Lihat Foto
Kompas/Toto S
Ilustrasi Ki Hajar Dewantara
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Pemerintah menetapkan setiap tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).

Perkembangan pendidikan di Indonesia, tidak bisa dilepaskan dari perjuangan Ki Hajar Dewantara. Dirinya meupakan sang pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia pada zaman penjajahan Belanda.

Ki Hajar Dewantara merupakan pendiri dari Taman Siswa untuk penduduk pribumi mendapatkan pendidikan yang sama dengan orang-orang bangsawan.

Nama Ki Hajar Dewantara

Dilansir dari buku Kumpulan Pahlawan Indonesia (2012) karya Mirnawati, Ki Hajar Dewantara memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soeryaningrat.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Yogyakarta. Dirinya berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta.

Soewardi kecil cukup beruntung, berkesempatan menempuh pendidikan bersama dengan anak-anak bangsa Eropa di Sekolah Dasar Belanda ELS (Europeesche Lagere School).

Baca juga: Pidato Lengkap Hardiknas 2020 Mendikbud Nadiem Makarim

Kemudian dirinya melanjutkan pendidikan ke STOVIA. Namun, dirinya tidak bisa menamatkan pendidikan dokternya dikarenakan sakit.

Saat usianya 40 tahun, Soewardi mengganti namanya menjadi Ki Hajar Dewantara dan tidak lagi menggunakan gelar bangsawannya.

Hal ini dilakukan Ki Hajar Dewantara agar bebas bersosialisasi dengan kalangan rakyat biasa.

Kiprah Ki Hajar Dewantoro

Ki Hajar Dewantara pernah bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar, antara lain:

  1. Sedyotomo
  2. Midden Java
  3. De Express
  4. Oetoedan Hindia
  5. Kaoem Moeda
  6. Tjahaja Timoer
  7. Poesara

Dia menjadi salah satu penulis andal. tulisannya sangat komunikatif, tajam, dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antipenjajahan.

Selain menjadi wartawan muda, Ki Hajar Dewantara juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Salah satunya aktif pada organisasi Budi Utomo.

Setelah itu pada tanggal 25 Desember 1912 dirinya mendirikan Indische Partij bersama dengan Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo.

Namun, Indische Partij ditolak oleh Belanda dan menggantinya dengan membentuk Komite Bumiputera pada 1913.

Baca juga: Sejarah Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas)

Komite tersebut bertujuan untuk melancarkan krituik terhadap pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Perancis dengan menarik pajak dari rakyat kecil.

Ki Hajar Dewantara mengkritik tindakan perayaan tersebut melalui tulisan yang berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk satu juga).

Akibat tulisan tersebut, Ki Hajar Dewantara ditangkap Pemerintah Hindia Belanda dan dibuang ke Pulau Bangka.

Namun, Ki Hajar Dewantara memilih untuk dibuang ke Belanda dan diizinkan oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Selama menjalani masa pembuangan di Belanda, Ki Hajar Dewantara memanfaatkannya dengan banyak belajar.

Dirinya mempelajari masalah pendidikan dan pengajaran. Bahkan, prestasinya ditunjukkan dengan memperoleh Europeesche AKter.

Pada 1918, Ki Hajar Dewantara kembali ke Indonesia setelah menjalani hukuman selama masa pembuangan.

Baca juga: Siti Walidah: Tokoh Penggerak Pendidikan Perempuan

Lihat Foto
kemdikbud.go.id
Taman Sisswa
Taman Siswa

Sekembalinya ke tanah air, Ki Hajar Dewantara bertekad untuk membebaskan rakyat Indonesia dari kebodohan untuk mewujudkan Indonesia merdeka.

Dirinya mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa (National Onderwijs Institur Taman Siswa) pada 3 Juli 1922.

Pendidikan ini bertujuan menanamkan rasa kebangsaan mencintai tanah air untuk berjuang memperoleh kemerdekaan.

Ki Hajar Dewantara juga aktif menulis dengan tema pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Melalui tulisannya tersebut, dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka, Ki Hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan yang pertama.

Pada 1957, dirinya mendapat gelar Covtor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada. Pada 26 April 1959, Ki Hajar Dewantara meninggal dunia dan dimakamkan di kota kelahirannya, Yogyakarta.

Baca juga: Tokoh Pendiri Budi Utomo: Pelajar STOVIA

Untuk mengenang jasa dan perjuangan Ki Hajar Dewantara, pemerintah memberikan julukan "Bapak Pendidikan" dan menetapkan tanggal kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Baca tentang
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi