Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Jenderal Sudirman

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/Arum Sutrisni Putri
Tangkapan layar program Belajar dari Rumah TVRI Kelas 4-6 SD 14 Mei 2020 tentang Perjuangan Jenderal Sudirman.
|
Editor: Arum Sutrisni Putri

KOMPAS.com - Yogyakarta menjadi salah satu daerah yang pernah dijadikan ibukota. Hampir setiap sudutnya menjadi bukti pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. 

Saat itu Belanda melancarkan Agresi Militer ke-2 dan Yogyakarta menjadi salah satu kota yang diserang. Hingga dicetuskan perang gerilya dan Serangan Umum 1 Maret 1949. Perang gerilya tidak lepas dari peran Panglima Besar Jenderal Soedirman

Lahir di Purbalingga, Jawa Tengah

Jendral Sudirman adalah tokoh kemerdekaan yang lahir pada 24 Januari 1916 di Bodas, Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah.

Ayah Sudirman adalah pekerja pabrik gula di Kalibagor yang bernama Karsit Kartowiraji dan ibu bernama Siyem yang masih keturunan wedana dari Rembang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pada usia 8 tahun, Sudirman kecil diangkat anak oleh Raden Cokro Sumonaryo seorang asisten wedana di Rembang.

Sudirman menempuh pendidikan di Holland Indieschool (HIS) atau sekolah rendah dengan bahasa pengantar bahasa Belanda di Purworejo.

Setelah lulus melanjutkan sekolah ke Taman Siswa lalu menempuh sekolah guru di HIK Muhammadiyah Surakarta. Meski tidak lulus, Sudirman menjadi guru HIS Muhammadiyah di Cilacap.

Baca juga: Jenderal Sudirman, Tetap Semangat Bergerilya meski Sakit

Karir militer Sudirman

Karir kemiliteran dimulai pada 1943, saat itu Sudirman menjadi anggota Pembela Tanah Air (Peta). Setelah selesai pelatihan di Bogor, Sudirman mendapatkan pangkat shodanco dan menjadi komandan batalyon peta di Kroya Jawa Tengah.

Setelah Indonesia merdeka Sudirman bergabung menjadi tentara keamanan rakyat atau TKR. Saat menjadi anggota TKR Sudirman berhasil merebut senjata pasukan Jepang dalam pertempuran di Banyumas, Jawa Tengah.

Karena kepiawaiannya dalam bidang militer Sudirman diangkat sebagai Panglima Divisi 5 TKR dengan pangkat kolonel.

Jejak perjuangan Jenderal Sudirman

Perang besar pertama yang dipimpin Sudirman adalah perang melawan tentara Inggris dan NICA Belanda pada November-Desember 1945 yang dikenal sebagai pertempuran Palagan Ambarawa. Pertempuran berakhir dengan kemenangan.

Atas berbagai prestasi militernya, pada 18 Desember 1945 Sudirman dilantik menjadi jenderal oleh Presiden Soekarno. Seiring perkembangan TKR menjadi TNI Sudirman dilantik menjadi Panglima Besar bersama pucuk TNI lainnya di Gedung Agung Yogyakarta pada 28 Juni 1947.

Sejarawan, Darto Harnoko menjelaskan, pada masa Agresi Militer Belanda ke-2 atau masa perang kemerdekaan ke-2 ketika masuknya tentara Belanda pada 19 Desember 1948 Sudirman memberikan pernyataan penting saat bertemu Soekarno.

Soekarno meminta Suridman yang sakit istirahat saja. Sudirman menolak sebab ingin bersatu dengan rakyat. Karena sesuai ucapannya, Sudirman harus bergabung dengan rakyat menentukan kemerdekaan Indonesia.

Ketika penyakit tuberkolosis semakin parah, pada 19 Desember 1948 Belanda menguasai Yogyakarta dan menangkap para pemimpin negara.

Baca juga: Apa yang Dimaksud Pahlawan?

Dari rumahnya di Bintaran, Panglima Besar Jenderal Sudirman terus memperhatikan pesawat-pesawat Belanda yang terus mengobral tembakan. Karena khawatir Belanda menyerang kediaman Jendral Sudirman, dr Suwondo menyarankan Panglima Besar Jenderal Sudirman meninggalkan kota Yogyakarta.

Setelah membakar semua dokumen yang ada perjalanan gerilya dimulai dari kediaman Panglima Besar Jenderal Sudirman menuju Kadipaten dan dilanjutkan ke Kretek Bantul.

Begitu Sudirman menentukan perang gerilya, otomatis harus bergerilya di wilayah pedesaan. Pertama kali ke selatan, Kretek lalu ke selatan lagi ke Parangtritis ke Imogiri baru naik.

Karena sakit yang diderita tidak memungkinkan Sang Jenderal berjalan kaki untuk tetap melanjutkan gerilya, Panglima Besar Jenderal Sudirman ditandu oleh para pengikut setianya.

Setelah dari Imogiri naik ke Panggang perjalanan dilanjutkan menuju Palihan Gunungkidul menggunakan dokar. Berhenti sejenak di sana lalu ke Wonogiri. Di Wonogiri Sudirman berhenti bahkan mendapat gempuran-gempuran dari Belanda yang mempunyai intelijen.

Dari Wonogiri perjalanan dilanjutkan menuju Jawa Timur melalui Ponorogo dan Trenggalek. Pada 24 Desember 1948 sampai di Kediri. Dari Kediri rombongan menuju Desa Sukarame, karena dirasa tidak aman perjalanan dilanjutkan menuju Desa Karangnongko dan menuju lereng gunung Wilis.

Perjalanan dilanjutkan pada 17 Januari 1949. Saat dalam perjalanan terjadi penggeledahan yang dilakukan Belanda. Untuk menghindari kontra dengan pasukan Belanda, rombongan masuk hutan Sedayu dan menuju Sawahan.

Baca juga: Dampak Positif Perjuangan Pahlawan bagi Kedaulatan NKRI

Selama perjalanan gerilya Jenderal Sudirman memakai nama samaran Bapak Gedhe Abdullah Lelono Putra atau Pakdhe. Dari nama samaran itu Sudirman lebih leluasa untuk mengundang kurir-kurir yang berkaitan dengan strategi perjuangan gerilya.

Surat-surat yang dibuat Sudirman sangat menentukan strategi perang gerilya terkait serangan umum 1 Maret 1949.

Saat pasukan Sudirman sedang bergerilya, di Yogyakarta dilancarkan serangan umum yang dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret 1949. Adanya serangan umum ini menunjukkan pada dunia internasional bahwa Indonesia dan kekuatan militernya masih ada.

Dan membuktikan kebohongan Belanda yang menyatakan Republik Indonesia dan TNI telah hancur. Hal ini yang menyebabkan terpojoknya Belanda dalam percaturan politik dunia hingga terjadi perjanjian Roem-Royen 7 Mei 1949.

Sementara itu pasukan gerilya yang dipimpin Panglima Besar Jenderal Sudirman masih melanjutkan perjalanan hingga menemukan tempat yang dirasa aman yaitu Dukuh Sobo, Desa Pakis, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan.

Pasukan Jendral Sudirman menetap cukup lama di tempat ini pada April-7 Juli 1949. Sebagai markas Komando digunakan rumah milik Karso Sumito. Dari rumah sederhana inilah Panglima Besar Jenderal Sudirman bersosialisasi dengan masyarakat setempat.

Di desa Sobo ini Sudirman betul-betul selalu bekerjasama dengan masyarakat pedesaan. Karena Sudirman mengatakan sudah sejak dulu ia tanpa masyarakat atau rakyat tidak akan bisa menumpas penjajah. Gerilya kita ini selalu bersendikan rakyat.

Baca juga: Cara Menghargai Jasa Pahlawan dan Meneladani Sikapnya

Pada 29 Juni 1949 Yogyakarta telah kembali dan kondisi keamanan sudah kondusif. Presiden, Wakil presiden dan para pemimpin yang lain tiba di bandara Maguwo dari pengasingan pada 6 Juli 1949. Saat itu hanya Panglima Besar Jenderal Sudirman yang belum tiba di Yogyakarta.

Jadi misi pendudukan yang pertama di Sobo itu ada tokoh penting yang pada waktu itu meyakinkan Sudirman untuk ke Jogja Kembali ke ibukota Republik, yaitu Rosihan Anwar, wartawan Menur dan Letkol Soeharto.

Di dalam suatu pembicaraan Sudirman mengatakan nanti dulu dan tidak akan cepat-cepat menentukan langkah masuk kota Jogja sebab Belanda itu sangat licik.

Akhirnya pada Juni penjemputan dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX beserta stafnya waktu itu yang ada di Jogja untuk menjemput Sudirman di Piyungan.

Sampai di kota Jogja, Panglima Besar Jenderal Sudirman langsung menuju Gedung Agung untuk bertemu Presiden Soekarno dan wakil presiden Mohammad Hatta.

Satu hal penting pada pertemuan Panglima Besar Soedirman dan Presiden Soekarno adalah pernyataan Sudirman waktu itu yaitu mulai hari ini kita tidak boleh dijajah lagi oleh bangsa lain. Jadi kita harus seratus persen merdeka dan berdaulat penuh.

Baca juga: Biografi Kapitan Pattimura, Pahlawan dari Maluku

Koleksi jejak sejarah Jenderal Sudirman di Museum Vredeburg

Dalam rangka merintis, memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan meninggalkan jejak-jejak sejarah yang sebagian tersimpan di dalam Museum Benteng Vredeburg.

Koleksi museum sebagai bentuk pelestarian dan upaya mengkomunikasikan kepada generasi muda tentang nilai-nilai perjuangan Jenderal Besar Soedirman.

Koleksi Museum Jendral Sudirman adalah barang-barang yang menjadi saksi perjalanan gerilya dalam mempertahankan kedaulatan Indonesia.

Benda yang dipamerkan meliputi tempat menyarungkan pedang dan sepatu milik Hadi Darsono, komandan Batalyon 1 Bantul. Sebelum melanjutkan perjalanan menuju Panggang Jendral Sudirman bermalam di rumah Hadi Darsono.

Kendil Dalung milik Mbah Sayuk. Saat perjalanan gerilya sampai di palihan rombongan beristirahat di rumah mbah Marto Prawiro atau mbah sayuk. Rombongan gerilyawan disuguhi tiga butir telur yang direbus menggunakan kendil Dalung.

Keris Kyai Slamet milik Sartono. Saat rombongan gerilyawan menginap di rumah mbah Sayuk. Jenderal Soedirman memanggil Sartono untuk ikut menjaga keselamatannya dengan menggunakan keris Kyai Slamet ini.

Baca juga: Biografi Soekarno, Pahlawan Proklamator yang Gemar Cerita Pewayangan

Perlengkapan dapur milik ibu Projo Pranoto. Perlengkapan dapur ini yang berjasa menyiapkan hidangan untuk makan para gerilyawan yang bermalam di Semanu.

Meja kursi tamu dan peralatan minum milik Imam Supardi. Peralatan tersebut digunakan Panglima Besar Jenderal Sudirman saat menerima penjemputan pertama oleh Letkol Soeharto.

Tempat tidur milik Hadi Siswanto. Untuk menjaga kesehatan kondisi Panglima jenderal Sudirman maka diputuskan untuk bermalam di daerah Piyungan tepatnya di rumah Hadi Siswanto. Hadi Siswanto meminjamkan tempat tidur untuk beristirahat Panglima Besar Jenderal Sudirman.

Meja dan kursi tamu milik Sumardjono BA. Sebelum masuk kota Jogjakarta rombongan beristirahat di Piyungan di rumah Sumardjono. Dengan menggunakan meja kursi inilah Panglima Besar Jenderal Sudirman beristirahat sebelum bertolak ke kota Yogyakarta.

Sejarah berjalan dalam kesatuan tiga dimensi yang meliputi dulu, sekarang dan yang akan datang. Dan bukan mustahil pula jejak-jejak sejarah yang terjadi pada masa sekarang akan sampai ke generasi yang akan datang.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi