Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perkembangan Agama Hindu-Buddha di Nusantara

Baca di App
Lihat Foto
WIKIMEDIA COMMONS/EZAGREN
Replika Prasasti Yupa, Peninggalan Kerajaan Kutai.
Penulis: Ari Welianto
|
Editor: Ari Welianto

KOMPAS.com -Perkembangan agama Hindu-Buddha tidak lepas dari adanya perdagangan dan berdirinya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di berbagai wilayah Nusantara.

Awalnya, masyarakat Nusantara menganut kepercayaan animisme dan dinamisme, kemudian belajar agama Hindu-Buddha. Adanya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha ternyata memberi pengaruh kehidupan masyarakat di berbagai bidang.

Berikut kerajaan-kerajaan di Nusantara yang bercorak Hindu-Buddha, yaitu:

Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai merupakan kerajaan hindu tertua di Nusantara, terletak di daerah Kutai, Kalimantan Timur. Diperkirakan berdiri pada abad ke-5, dan berada di dekat aliran Sungai Mahakam.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masuknya kebudayaan India terutama agama Hindu menyebabkan Kutai memiliki sistem pemerintahan yang baru. Semula, kepala pemerintahan adalah kepala suku berubah menjadi raja. 

Salah satu bukti keberadaan Kerajaan Kutai, yaitu ditemukannya tujuh prasasti Yupa yang diperkirakan berasal dari sekitar abad ke-5

Yupa adalah tugu batu peringatan dan tempat menambatkan hewan dalam upacara-upacara agama Hindu.

Tulisan pada Yupa dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang berasal dari India. Dalam prasasti-prasasti yang ditemukan tertera nama Sang Maharaja Kundungga.

Nama tersebut diperkirakan nama asli Indonesia. Raja Kundungga merupakan pertama Kerajaan Kutai.

Namun penggantinya seperti Aswawarman, Mulawarman menunjukkan nama India dan upacara-upacara yang diadakan merupakan upacara Hindu.

Ini membuktikan bahwa raja-raja Kutai adalah orang Indonesia asli yang memeluk agama Hindu.

Baca juga: Pengaruh Hindu–Buddha terhadap Kebudayaan Masyarakat Indonesia

Kerajaan Sriwjaya

Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan Buddha terbesar di Sumatera dan diperkirakan berdiri pada abak ke-7.

Bukti berdirinya Kerajaan Sriwijaya dengan ditemukannya prasasti. Dalam prasasti tersebut menceritakan tentang keberadaan kerajaan Sriwijaya seperti Prasasti Kedukan bukit, Talang Tuo, Karang Berahi, dan Telaga Batu.

Selain prasasti dengan berita dari China. Di mana pendeta I-Tsing pada 671 masehi menyatakan pernah singgah di Sriwijaya dan belajar bahasa Sansekerta.

Kemudian pada pendeta China dianjurkan belajar agama Buddha di Kerajaan Sriwijaya. Raja-raja Sriwijaya selalu tampil sebagai pelindung agama Buddha dan penganut yang taat. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan agama Buddha yang sampai ke luar negeri.

Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara menjadi kerajaan Hindu tertua di Pulau Jawa. Kerajaan Tarumanegara yang terletak di Sunda, Jawa Barat diperkirakan berdiri pada abad ke-5.

Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), keberadaan Kerajaan Tarumanegara dapat diketahui dari prasasti yang ditemukan menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta.

Prasasti yang merupakan peninggalan Taruamanegara seperti Prasasti Ciaruteun, Jambu, Kebon Kopi, Pasir Awi, Muara Cianten, Tugu, dan Cidangiang.

Raja Purnawarman merupakan raja terkenal yang memerintah Tarumanegara selama 22 tahun. Ia dianggap penjelmaan Dewa Wisnu.

Masyarakat Tarumanegara selain bercocok tanam sebagian juga hidup dari perdagangan, antara lain gading gajah, cula badak, dan kulit penyu.

Baca juga: 5 Teori Masuknya Kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia

Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah bagian Selatan. Di mana pusatnya berada di lembah Sungai Progo yang meliputi dataran tinggi Magelang, Muntilan, Sleman, dan Yogyakarta.

Kerajaan Mataram Kuno berdiri sekitar abad ke-8. Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Raja Sanjaya yang dikenal sebagai raja yang besar, gagah berani dan bijaksana.

Kerajaan Mataram Kuno pernah diperintah oleh dua dinasti, yaitu Dinasti Sanjaya dan Dinasti Sailendra. Hal itu bisa ditemui dari prasasti Canggal 732 masehi dan prasasti Balitung. Berikut penjelasannya:

  • Dinasti Sanjaya

Raja-raja yang berkuasa dari Dinasti Sanjaya adalah Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Pikatan. Raja Sanjaya menganut agama Hindu.

Pada masa pemerintahan Rakai Pikatan agama Hindu-Budha berkembang damai di Mataram. Peninggalan dari Dinasti ini, seperti candi di komplek Dieng dan Gedung Songo.

  • Dinasti Saelendra

Raja-raja Dinasti Sailendra beragama Buddha yang pernah memerintah antara lain Samaratungga, Pramudhawardhani.

Pada Pemerintahan Samaratungga dibangun candi Borobudur pada abad ke-9, Mendut, dan Pawon.

Samaratungga mempunyai dua putra, Pramudhawardhani dan Balaputradewa. Pramudhawardhani menikah dengan keturunan keluarga dinasti Sanjaya yaitu Rakai Pikatan.

Terjadi perebutan kekuasaan antara Rakai Pikatan dan Balaputradewa. Pada pertikaian tersebut ini dimenangkan oleh Rakai Pikatan, dan Balaputradewa lari ke Sumatra dan menjadi raja kerajaan Sriwijaya.

Pada abad ke 10 pusat pemerintahan Mataram di Jawa Tengah berakhir dan muncul pemerintahan Mataram di Jawa Timur dengan rajanya yang pertama Mpu Sendok di abad ke 10.

Raja lainnya yang berkuasa dan terkenal adalah Dharmawangsa Teguh abad ke-10 dan Raja Airlangga abad ke-11.

Baca juga: 7 Unsur yang Memengaruhi Percampuran Kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia

Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri adalah salah satu kerajaan Hindu yang letaknya di tepi Sungai Brantas, Jawa Timur. Kerajaan Kediri berdiri sekitar abad ke-12 ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno.

Raja Kediri yang terkenal adalah Jayabaya, dan raja terakhirnya Kertajaya. Pada masa kejayaanya hadir pujangga keraton yang menciptakan kakawin antara lain Mpu Sedah dan Mpu Panuluh dengan gubahannya Bharatayudha, Hariwangsa, Gatotkacaswara.

Kerajaan Singasari

Kerajaan Singasari merupakan kerajaan bercorak Hindi yang berdiri pada 1222 oleh Ken Arok.

Ken Arok mendapat gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. Kan Arok juga merupakan pendiri Dinasti Rajasa atau Girindra.

Sebelum menjadi raja, Ken Arok memangku jabatan Akuwu (semacam bupati) Tumapel setelah menyingkirkan Tunggal Ametung.

Ken Arok hanya memerintahkan lima tahun, pada 1227 Ken Arok dibunuh oleh seorang suruhan Anusapati (anak tiri Ken Arok).

Kerajaan Singosari mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Kertanegara (1268-1292).

Kertanegara memperluas wilayah kekuasanya dengan menaklukan kerajaan-kerajaan di luar Jawa, seperti mengirim ekspedisi Pamalayu ke kerajaan Melayu pada 1275. Sebagai kerajaan yang luas, Kerajaan Singasari mendapat ancaman dari dalam dan luar.

Dari luar kerajaan Mongol pada masa Kubilai Khan dan dari dalam berasal dari Jayakatwang yaitu seorang keturunan kerajaan Kediri.

Saat Kertanegara dalam penyerbuan ke Melayu, Singasari diserang Kubilai Khan. Akibatnya Singasari dapat ditaklukan dan membuat kekuatan lemah.

Ini dimanfaatkan oleh Jayakatwang dengan membunuh Kertanegara dan para Brahmana yang sedang melakukan upacara. Raden Wijaya (menantu Kertanegara) ber hasil melarikan diri.

Baca juga: Pengaruh Hindu-Buddha dalam Bidang Kesenian

Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara. Kerajaan Majapahit dianggap sebagai kerajaan terbesar sejarah Indonesia.

Kekuasaan Kerajaan Majapahit terbentang dari Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan.

Kerajaan Majapahit berdiri pada 1293. Di mana pada waktu itu dinobatkan Raden Wijaya sebagai raja Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.

Raden Wijaya menikahi keempat putri Kertanegara yaitu Tribhuwaneswari, Narendraduhita, Prajnaparamita, dan Gayatri.

Raden Wijaya memerintah dengan baik dan bijaksana. Pada awal pemerintahannya ia memberi imbalan kepada orang atau panglima yang membantunya mendirikan Majapahit.

Pengganti Raden Wijaya adalah Jayanegara (1309-1328). Pada masa pemerintahannya terjadi banyak pemberontakan, seperti Juru Demang (1313), Gajah Biru (1314), Nambi (1314), Semi (1318) dan Kuti (1319).

Saat terjadi pemberontakan Kuti, Jayanegara terdesaK dan mengungsi di Badander. Di sana diselamatkan oleh pasukan pengawal raja (Bhayangkari) dibawah pimpinan Gajah Mada.

Atas jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi Patih Kahuripan. Tahun 1328 Jayanegara dibunuh oleh Tanca tabib istana dan digantikan oleh Tribhuwanatunggadewi. 

Baca juga: Kehidupan Masyarakat Masa Hindu Buddha

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: Kemendikbud
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi