Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebaran Ketupat, Tradisi Masyarakat Jawa

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Shutterstock/PurMoon
Ilustrasi ketupat.
Penulis: Ari Welianto
|
Editor: Ari Welianto

KOMPAS.com - Masyarakat Jawa pada umumnya mengenal dua kali pelaksanaan lebaran, yakni Idul Fitri dan lebaran ketupat.

Idul fitri dilaksanakan pada 1 Syawal, sementara lebaran ketupat dilaksanakan satu minggu kemudian.

Lebaran ketupat sudah menjadi tradisi masyarakat Jawa yang sudah ada sejak lama.

Tahukah kamu sejarah lebaran ketupat?

Dalam buku Indonesia Punya Cerita: Kebudayaan dan Kebiasaan Unik di Indonesia (2012) karya Yusuf, Toet, lebaran ketupat dilaksanakan enam hari setelah perayaan Idul Fitri yang berati masuk pada 7 Syawal.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain wayang, lebaran ketupat identik dengan masyarakat Jawa. Belakangan ini lebaran ketupat sudah menyebar di seluruh pelosok Indonesia, bahkan hingga ke Singapura dan Malaysia.

Baca juga: Ketupat Identik dengan Lebaran, Kenapa?

Penyebaran tersebut tidak lepas karena orang Jawa yang merantau. Sehingga tradisi lebaran ketupat berkembang dan menjadi warisan unik masyarakat Indonesia yang tetap dipertahankan.

Sejarah lebaran ketupat

Dilansir situs nu.or.id, lebaran ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu walisanga penyebar agama Islam di tanah Jawa.

Sunan Kalijaga memperkenalkan dua istilah bakda kepada masyarakat Jawa, yakni bakda lebaran dan bakda kupat.

Bakda lebaran dipahami sebagai proses pelaksanaan shalat ied pada 1 Syawal. Bakda kupat dimulai satu minggi setelah lebaran.

Saat lebaran ketupat, biasanya masyarakat membuat ketupat.

Ketupat merupakan jenis makanan dari beras yang dimasukan ke dalam anyaman daun kelapa (janur) yang dibuat berbentuk kantong.

Baca juga: Cara Menyimpan Ketupat yang Benar, Bisa Tahan sampai Satu Minggu

Setelah beras dimasukan kemudian di masak. Kemudian diantar ke kerabat terdekat dan kepada mereka yang lebih tua. Itu sebagai simbol kebersamaan dan lambang kasih sayang.

Dalam tradisi masyarakat Jawa, terdapat aneka macam bentuk ketupat yang dimiliki tiap-tiap daerah. Bentuk tersebut  juga memiliki arti dan maksud tersendiri.

Saat dihidangkan ketupat biasa dicampur dengan aneka sayuran dan tiap daerah memiliki ciri khas masing-masing. 

Filosofi ketupat

Lebaran ketupat melikiki filosofi. Kata "ketupat" atau "kupat" berasal dari istilah bahasa Jawa yaitu "ngaku lepat" (mengakui kesalahan) dan "laku papat" (empat tindakan).

Pada prosesi ngaku lepat biasanya dilaksanakan dengan tradisi sungkeman. Sungkeman adalah seorang anak yang bersimpuh dan memohon maaf di hadapan orang tua.

Adanya prosesi itu mengajak kita untuk memahami arti pentingnya menghormati orang tua, tidak angkuh, dan tidak sombong kepada mereka.

Selain itu senantiasa mengharap ridho dan bimbingan. Ini menandakan bukti cinta dan kasih sayang kepada orang tua.

Baca juga: Punya Sisa Ketupat? Coba Resep Gampang Bubur Ketupat dan Ketupat Kelapa Unti

Prosesi ngaku lepat tidak hanya tradisi sungkeman terhadap orang. Di mana memohon maaf kepada tetangga, kerabat dekat maupun jauh hingga masyarakat muslim lainnya.

Umat Islam dituntun untuk mengakui kesalahan dan saling memaafkan. Ketupat jadi simbol maaf bagi masyarakat Jawa.

Di mana ketika seorang datang ke rumah lalu disuguhi ketupat dan diminta makan. Saat ketupat itu dimakan, maka secara otomatis pintu maaf telah dibuka dan segala salah, khilaf terhapus.

Istilah laku papat, masyarakat Jawa mengartikannya dengan istilah lebaran, luberan, leburan, dan laburan. Penjelasannya yaitu: 

  • Lebaran, berarti akhir dan usai yang menandakan berakhirnya bulan Ramadhan dan menyongsong kemenangan.
  • Luberan, memiliki makna meluber atau melimpah. Pesan moral dari luberan itu adalah budaya berbagi dan mengeluarkan sebagian hartanya kepada fakir miskin.
  • Leburan, berarti habis dan melebur. Momen saling melebur dosa dan memaafkan satu sama lain.
  • Laburan, berasal dari kata labur atau kapur. Kapur adalah zat padat berwarna putih dan bisa menjernihkan zat cair.

Baca juga: Ini Bedanya Ketupat, Buras, dan Lontong

Dengan laburan, maka bisa dipahami jika seorang muslim harus kembali jernih dan putih. Itu menandakan simbol kejernihan dan kesucian hati.

Pesan moral

Lebaran ketupat diyakini merupakan tuntunan yang luhur untuk menjadi pribadi lebih baik. Lebaran ketupat merupakan tradisi baik yang telah lama mengakar kuat bagi masyarakat Jawa.

Lebaran ketupat juga salah satu budaya keislaman di tanah Jawa yang tetap dipertahankan dan tidak punah.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: www.nu.or.id
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Lihat Semua
Jelajahi