Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Munculnya Tanda Baca pada Tulisan

Baca di App
Lihat Foto
national geographic
Ilustrasi tanda baca
Penulis: Ari Welianto
|
Editor: Ari Welianto

KOMPAS.com - Tanda baca merupakan tanda yang dipakai dalam sistem ejaan seperti titik, koma, titik dua.

Tanda-tanda tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tulisan. Di mana menunjukkan struktur gramatik dan membantu tulisan menjadi bahasa lisan atau gambar.

Tahukah kamu asal mula tanda baca?

Sejarah

Dilansir Encyclopaedia Britannica (2015), tanda baca yang sekarang digunakan dengan bahasa Inggri dan bahasa Eropa Barat berasal dari tanda baca yang digunakan dengan bahasa Yunani dan latin selama periode klasik.

Prasasti-prasasti Yunani biasanya ditulis terus menerus tanpa perpecahan antara kata-kata atau kalimat.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Naskah-naskah yang ditulis dengan huruf-huruf yang dideret tanpa tanda baca atau spasi. Tanpa pembedaan huruf kecil atau huruf besar.

Huruf-huruf yang sesak berjejeran itu, terserah pada pembaca untuk menemukan sendiri di mana sedia kata atau kalimat berakhir dan kalimat berikutnya bermula.

Tapi dalam beberapa prasasti lebih awal dari abad ke-5 sebelum masehi (SM), frasa kadang- kadang dipisahkan oleh barisan vertikal dua atau tiga poin.

Baca juga: Lebaran Ketupat, Tradisi Masyarakat Jawa

Dalam teks-teks Yunani tertua yang ditulis selama abad ke-4 SM, garis horizontal yang disebut paragraf ditempatkan di bawah awal garis di mana topik baru diperkenalkan.

Itu merupakan satu-satunya bentuk tanda baca yang disebutkan oleh Aristophanes. Aristophanes yang berasal dari Bizantium merupakan pustakawan museum di Alexandrian sekitar 200 SM.

Dalam teori retoris membagi wacana menjadi beberapa bagian dengan panjang yang berbeda.

Aristophanes menandai tulisan yang tak berkesudahan dengan titik-titik di bagian tengah (·), bawah (.) atau atas (·) dari setiap baris.

Tanda titik itu terhubung pada kalimat pendek, menengah, dan makin panjang. Pembaca bisa juga menyisipkan penanda dari apa yang disebut koma, titik dua, dan titik.

Karena waktu itu buku masih ditulis dalam huruf majuskule tinggi seperti yang digunakan pada prasasti dan huruf kapital modern. Ketiga posisi itu mudah digunakan.

Aristophanes memperlakukan itu untuk menunjukkan jeda sederhana, bukan penanda tata bahasa.

Berkembang

Tanda titik-titik yang sudah dilakukan oleh Aristophanes berkembang ke arah tanda baca.

Baca juga: Obat Paten dan Generik, Benarkah Berbeda?

Dikutip National Geographic, penyebaran tanda yang dibuat Aristophanes membuat agama Kristen mendayagunakan penulisan dan menghidupkan tanda baca.

Pada abad ke-6, para penulis Kristen mulai memberi tanda baca pada karya-karyanya jauh sebelum pembaca membacanya.

Pada abad ke-7, Isidore of Seville menjelaskan versi terbaru dari sistem Aristophanes.

Ia menata ulang sistem titik-titik berdasarkan ketinggian letaknya untuk menunjukkan jeda baca yang singkat, menengah, dan panjang.

Pada waktu itu, Isidora juga menghubungkan tanda baca dengan maknanya.

Tanda titik rendah yang sudah di kristenkan tidak lagi cuma menandai jeda sederhana tapi juga merupakan tanda dari koma berdasarkan ketentuan gramatika.

Sementara titik tinggi menandai akhir kalimat. Spasi di antara kata-kata muncul setelah itu.

Pada abad ke-8 atau ke-9 dilengkapi dengan bentuk tanda tanda Yunani (;). Sistem modern tanda baca teks-teks Yunani dibuat oleh percetakan Renaissance Italia dan Prancis.

Lama kelamaan titik-titik kecil Aristophanes menjadi hal biasa.

Namun dengan berkembangnya zaman muncul tanda baru, seperti punctus (titik koma digunakan untuk akhir kalimat) dan elevatus punctus.

Baca juga: Kenapa Bumi Semakin Panas?

Kemudian muncul tanda tanya (punctusinterrogativus) yang digunakan untuk menekankan pertanyaan.

Munculnya tanda baru tersebut membuat tiga titik Aristophanes yang melahirkan tanda baca tersingkir.

Simbol-simbol yang spesifik terus diciptakan. Perbedaan antara titik rendah, sedang dan tinggi jadi tidak jelas.

Bahkan pada abad ke-12 penulis Italia, Boncompagno da Signa mengusulkan sistem tanda baca yaitu garis miring (/) berati jeda dan tanda datar (-) berati mengentikan kalimat. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi